Ilustrasi simbolik tentang pemahaman dan pengelolaan alahan untuk mencapai kesejahteraan.
Alahan, atau reaksi alergi, adalah kondisi medis yang umum terjadi di mana sistem kekebalan tubuh seseorang bereaksi secara berlebihan terhadap zat yang biasanya tidak berbahaya bagi kebanyakan orang. Zat-zat ini disebut alergen. Alergen dapat berupa serbuk sari, bulu hewan, makanan tertentu, sengatan serangga, atau obat-obatan. Reaksi alergi dapat berkisar dari ringan hingga mengancam jiwa, sehingga pemahaman yang komprehensif tentang alahan menjadi sangat penting untuk pengelolaan dan pencegahan yang efektif.
Prevalensi alahan telah meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir, menjadikannya salah satu masalah kesehatan global yang paling banyak dibahas. Kondisi ini tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup individu, tetapi juga menimbulkan beban ekonomi yang substansial pada sistem kesehatan. Artikel ini akan membahas secara mendalam berbagai aspek alahan, mulai dari definisi, jenis-jenis, penyebab, mekanisme, gejala, metode diagnosis, hingga strategi penatalaksanaan dan pengobatan terkini, serta tips hidup sehat bagi penderita alahan.
Alahan adalah respons imun yang tidak tepat dan berlebihan terhadap zat asing (alergen) yang umumnya tidak berbahaya. Normalnya, sistem kekebalan tubuh kita bertugas melindungi diri dari patogen berbahaya seperti bakteri, virus, dan parasit. Namun, pada individu yang mengalami alahan, sistem imun keliru mengidentifikasi alergen sebagai ancaman dan melancarkan serangan terhadapnya.
Proses ini melibatkan produksi antibodi khusus yang disebut imunoglobulin E (IgE). Ketika seseorang terpapar alergen untuk pertama kalinya, sel-sel imun memproduksi antibodi IgE spesifik untuk alergen tersebut. Antibodi IgE ini kemudian menempel pada sel-sel mast, yang tersebar di seluruh tubuh, terutama di kulit, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan. Pada paparan berikutnya, ketika alergen masuk kembali ke dalam tubuh, ia akan berikatan dengan antibodi IgE yang sudah menempel pada sel mast. Ikatan ini memicu pelepasan bahan kimia inflamasi, termasuk histamin, yang bertanggung jawab atas timbulnya gejala alergi.
Pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya menyebabkan berbagai efek pada tubuh, seperti pelebaran pembuluh darah, peningkatan permeabilitas kapiler, kontraksi otot polos, dan stimulasi ujung saraf. Efek-efek inilah yang bermanifestasi sebagai gejala alergi yang bervariasi tergantung pada lokasi paparan dan respons tubuh.
Penting untuk membedakan alahan dari intoleransi. Meskipun keduanya bisa menyebabkan gejala yang tidak nyaman setelah mengonsumsi makanan tertentu, mekanismenya sangat berbeda. Intoleransi makanan tidak melibatkan sistem kekebalan tubuh dan sering kali disebabkan oleh kekurangan enzim (misalnya, intoleransi laktosa) atau reaksi farmakologis terhadap zat dalam makanan (misalnya, kafein). Gejala intoleransi umumnya terbatas pada saluran pencernaan, sedangkan alahan dapat mempengaruhi banyak sistem tubuh dan berpotensi mengancam jiwa.
Alahan dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis alergen yang memicunya atau sistem tubuh yang paling terpengaruh. Berikut adalah beberapa jenis alahan yang paling umum:
Alahan makanan terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap protein tertentu dalam makanan. Reaksi ini dapat terjadi dengan cepat, dalam hitungan menit hingga beberapa jam setelah mengonsumsi makanan pemicu. Sekitar 90% dari semua alahan makanan disebabkan oleh delapan alergen utama:
Gejala alahan makanan bervariasi, meliputi gatal-gatal, bengkak pada bibir atau wajah, muntah, diare, sakit perut, sesak napas, hingga anafilaksis. Pengelolaan utama adalah menghindari alergen pemicu secara ketat.
Alahan pernapasan mempengaruhi saluran pernapasan dan seringkali disebabkan oleh alergen yang dihirup. Jenis utama adalah rinitis alergi dan asma alergi.
Disebabkan oleh alergen seperti serbuk sari, tungau debu, bulu hewan, dan spora jamur. Gejalanya meliputi bersin berulang, hidung meler atau tersumbat, gatal pada hidung, mata, atau tenggorokan, dan mata berair. Kondisi ini dapat bersifat musiman (terkait serbuk sari tanaman) atau sepanjang tahun (terkait tungau debu atau bulu hewan).
Pada asma alergi, alergen memicu peradangan dan penyempitan saluran udara di paru-paru. Gejalanya meliputi sesak napas, mengi, batuk, dan dada terasa sesak. Asma alergi dapat dipicu oleh alergen yang sama dengan rinitis alergi, dan seringkali kedua kondisi ini terjadi bersamaan.
Alahan kulit bermanifestasi sebagai ruam, gatal, atau iritasi pada kulit.
Kondisi kulit kronis yang ditandai dengan kulit kering, gatal, merah, dan bersisik. Meskipun bukan alergi murni, seringkali diperparah oleh alergen lingkungan atau makanan tertentu, serta iritan.
Ditandai dengan munculnya bentol-bentol merah dan gatal yang dapat muncul di mana saja di tubuh. Urtikaria dapat disebabkan oleh makanan, obat-obatan, gigitan serangga, suhu ekstrem, atau tekanan.
Reaksi alergi yang terjadi ketika kulit bersentuhan langsung dengan alergen, seperti nikel (pada perhiasan), lateks, kosmetik, pewarna rambut, atau tanaman seperti poison ivy. Ruam biasanya muncul 24-48 jam setelah paparan dan disertai gatal hebat, kemerahan, bengkak, dan terkadang lepuh.
Reaksi alergi terhadap obat-obatan dapat bervariasi dari ruam kulit ringan hingga anafilaksis yang mengancam jiwa. Obat-obatan yang paling sering menyebabkan reaksi alergi meliputi antibiotik (terutama penisilin), aspirin, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dan beberapa agen kemoterapi.
Beberapa orang mengalami reaksi alergi parah terhadap sengatan serangga seperti lebah, tawon, semut api, atau jaket kuning. Reaksi lokal yang besar (bengkak di area sengatan) adalah umum, tetapi reaksi alergi sistemik seperti urtikaria di seluruh tubuh, sesak napas, atau anafilaksis membutuhkan perhatian medis segera.
Lateks, yang ditemukan dalam sarung tangan medis, balon, dan banyak produk karet lainnya, dapat memicu reaksi alergi pada individu yang sensitif. Gejala dapat berupa dermatitis kontak, urtikaria, rinitis, asma, atau anafilaksis.
Meskipun kita memahami bahwa alahan adalah respons imun yang berlebihan, pertanyaan mengapa beberapa orang mengalaminya sementara yang lain tidak, tetap menjadi subjek penelitian intensif. Kombinasi faktor genetik dan lingkungan diyakini memainkan peran kunci.
Kecenderungan untuk mengembangkan alahan seringkali diwarisi. Jika salah satu orang tua memiliki alahan, risiko anak untuk memiliki alahan meningkat. Jika kedua orang tua memiliki alahan, risikonya semakin tinggi. Namun, anak mungkin tidak alergi terhadap alergen yang sama dengan orang tuanya; yang diwariskan adalah kecenderungan umum untuk mengembangkan alahan (disebut atopi).
Teori Higiene: Salah satu teori terkemuka, "teori higiene," menyatakan bahwa paparan yang terbatas terhadap mikroorganisme dan infeksi di masa kanak-kanak dini dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi "terlalu steril" dan lebih cenderung bereaksi terhadap zat yang tidak berbahaya. Lingkungan yang terlalu bersih, penggunaan antibiotik yang berlebihan, dan pola makan modern semuanya telah dihipotesiskan berkontribusi pada peningkatan prevalensi alahan.
Polusi Udara: Paparan polutan udara, seperti asap kendaraan dan partikulat, juga dikaitkan dengan peningkatan risiko alahan dan asma, karena dapat mengiritasi saluran pernapasan dan memperburuk respons alergi.
Perubahan Pola Makan: Pergeseran dari pola makan tradisional ke pola makan modern yang kaya makanan olahan dan kurang serat, serta perubahan komposisi mikrobiota usus, juga sedang diteliti sebagai faktor yang mungkin mempengaruhi perkembangan alahan.
Perubahan Paparan Alergen: Urbanisasi dan perubahan gaya hidup dapat mengubah jenis dan intensitas paparan alergen. Misalnya, lebih banyak waktu di dalam ruangan dapat meningkatkan paparan tungau debu dan bulu hewan peliharaan.
Alahan yang paling umum, seperti alahan makanan, rinitis, dan asma alergi, termasuk dalam kategori hipersensitivitas tipe I, yang dimediasi oleh antibodi IgE. Prosesnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gejala alahan sangat bervariasi, tergantung pada jenis alergen, jalur masuknya ke tubuh, dan respons individu. Gejala dapat muncul segera setelah paparan (reaksi cepat) atau beberapa jam kemudian (reaksi lambat).
Gejala ini adalah tanda anafilaksis dan sangat serius:
Anafilaksis adalah reaksi alergi sistemik yang parah, terjadi secara tiba-tiba, dan dapat mengancam jiwa. Ini adalah keadaan darurat medis yang membutuhkan penanganan segera dengan epinefrin. Gejala anafilaksis sering melibatkan dua atau lebih sistem tubuh dan dapat berkembang sangat cepat:
Penting untuk diketahui bahwa bahkan jika gejala awal tampak ringan, anafilaksis dapat memburuk dengan cepat. Setiap orang yang berisiko anafilaksis harus membawa auto-injektor epinefrin (seperti EpiPen) dan tahu cara menggunakannya.
Diagnosis alahan yang akurat sangat penting untuk pengelolaan yang efektif. Proses diagnosis biasanya melibatkan riwayat medis yang cermat, pemeriksaan fisik, dan tes alergi spesifik.
Dokter akan menanyakan secara rinci tentang gejala yang dialami, kapan dan di mana munculnya, apa yang tampaknya memicu atau memperburuk gejala, riwayat alahan dalam keluarga, dan paparan terhadap alergen yang mungkin. Pemeriksaan fisik akan fokus pada area yang terpengaruh, seperti kulit, hidung, paru-paru, untuk mencari tanda-tanda alergi.
Ada beberapa jenis tes alergi yang dapat dilakukan:
Ini adalah tes yang paling umum dan cepat untuk mendiagnosis alergi IgE yang dimediasi. Sejumlah kecil ekstrak alergen yang berbeda diteteskan pada kulit lengan atau punggung, kemudian kulit ditusuk ringan dengan jarum kecil. Jika alergi hadir, dalam 15-20 menit akan muncul bentol merah dan gatal (wheal) dengan area kemerahan di sekitarnya (flare). Ukuran reaksi menunjukkan tingkat sensitivitas, tetapi tidak selalu berkorelasi dengan keparahan reaksi alergi.
Tes darah mengukur kadar antibodi IgE spesifik dalam darah terhadap alergen tertentu. Ini berguna ketika tes tusuk kulit tidak dapat dilakukan (misalnya, pada orang dengan kondisi kulit parah, atau yang mengonsumsi obat-obatan yang mengganggu tes tusuk kulit). Tes ini kurang sensitif dibandingkan tes tusuk kulit untuk beberapa alergen dan hasilnya membutuhkan waktu lebih lama.
Digunakan untuk mendiagnosis dermatitis kontak alergi. Alergen yang dicurigai ditempelkan pada kulit punggung menggunakan plester dan dibiarkan selama 48 jam. Kulit kemudian diperiksa setelah 48 dan 72 jam untuk melihat adanya reaksi (kemerahan, gatal, lepuh).
Ini adalah tes "standar emas" untuk mendiagnosis alergi makanan atau obat, tetapi harus dilakukan di bawah pengawasan medis ketat di fasilitas yang dilengkapi untuk menangani reaksi alergi parah. Pasien diberi dosis kecil alergen yang dicurigai secara bertahap untuk melihat apakah reaksi terjadi. Tes ini berisiko dan hanya dilakukan jika tes lain tidak memberikan hasil yang konklusif.
Terutama digunakan untuk alergi makanan. Pasien menghilangkan makanan tertentu dari diet mereka selama beberapa minggu untuk melihat apakah gejala membaik. Kemudian, makanan tersebut diperkenalkan kembali secara bertahap untuk melihat apakah gejala kembali. Ini bisa menjadi cara yang efektif untuk mengidentifikasi alergen makanan dengan bantuan ahli gizi.
Penting untuk diingat bahwa hasil tes alergi harus selalu diinterpretasikan oleh dokter dalam konteks riwayat medis dan gejala pasien. Hasil tes positif tidak selalu berarti seseorang akan mengalami reaksi klinis, dan sebaliknya.
Pengelolaan alahan bertujuan untuk mengurangi gejala, mencegah reaksi parah, dan meningkatkan kualitas hidup. Strategi penatalaksanaan seringkali melibatkan kombinasi menghindari alergen, penggunaan obat-obatan, dan imunoterapi.
Ini adalah pilar utama dalam pengelolaan alahan. Meskipun terkadang sulit, mengurangi paparan terhadap alergen pemicu dapat secara signifikan mengurangi frekuensi dan keparahan gejala.
Berbagai jenis obat dapat digunakan untuk meredakan gejala alergi. Pilihan obat tergantung pada jenis dan keparahan gejala.
Blokir aksi histamin, mengurangi gatal, bersin, dan hidung meler. Tersedia dalam bentuk oral (pil), semprot hidung, atau tetes mata. Generasi pertama dapat menyebabkan kantuk (misalnya, difenhidramin), sedangkan generasi kedua (misalnya, loratadin, cetirizin, fexofenadin) cenderung kurang menyebabkan kantuk dan lebih disukai untuk penggunaan sehari-hari.
Obat anti-inflamasi yang kuat. Tersedia dalam bentuk semprot hidung (untuk rinitis alergi), inhaler (untuk asma), krim topikal (untuk eksim), atau pil oral (untuk reaksi alergi parah jangka pendek). Penggunaan jangka panjang kortikosteroid oral harus diawasi ketat karena efek samping.
Membantu mengurangi hidung tersumbat. Tersedia dalam bentuk oral (misalnya, pseudoefedrin, fenilefrin) atau semprot hidung (misalnya, oksimetazolin). Semprot hidung dekongestan tidak boleh digunakan lebih dari beberapa hari karena dapat menyebabkan efek rebound (kongesti yang lebih parah).
Obat seperti montelukast memblokir leukotrien, mediator inflamasi yang berkontribusi pada asma dan rinitis alergi. Digunakan untuk pengelolaan asma dan rinitis alergi kronis.
Contohnya kromolin, bekerja dengan mencegah sel mast melepaskan histamin dan mediator lain. Tersedia dalam bentuk semprot hidung atau tetes mata, digunakan untuk mencegah gejala alergi ringan.
Inhaler penyelamat (beta-agonis kerja cepat) seperti albuterol digunakan untuk meredakan gejala asma akut (sesak napas, mengi) dengan cepat dengan membuka saluran napas. Digunakan sesuai kebutuhan.
Obat penyelamat hidup untuk anafilaksis. Harus segera disuntikkan ke paha luar saat terjadi reaksi anafilaksis. Bekerja cepat untuk mengkonstriksi pembuluh darah, relaksasi otot polos saluran napas, dan mengurangi pembengkakan.
Imunoterapi adalah pengobatan jangka panjang yang bertujuan untuk mengubah respons sistem kekebalan tubuh terhadap alergen. Ini adalah satu-satunya pengobatan yang dapat mengubah perjalanan alami penyakit alergi.
Melibatkan suntikan dosis alergen yang meningkat secara bertahap selama periode waktu tertentu (biasanya 3-5 tahun). Tubuh secara bertahap mengembangkan toleransi terhadap alergen, mengurangi keparahan gejala dan kebutuhan akan obat-obatan.
Alergen diberikan dalam bentuk tablet atau tetes yang diletakkan di bawah lidah. Ini dapat dilakukan di rumah setelah dosis pertama di bawah pengawasan dokter. Lebih nyaman tetapi mungkin tidak efektif untuk semua jenis alergen atau semua individu.
Untuk kasus asma alergi atau urtikaria kronis yang parah dan tidak responsif terhadap pengobatan lain, terapi biologis seperti omalizumab (anti-IgE) atau dupilumab (anti-IL-4/IL-13) dapat digunakan. Obat-obatan ini menargetkan molekul spesifik dalam jalur inflamasi alergi.
Mengelola alahan adalah proses berkelanjutan yang memerlukan kesadaran dan adaptasi gaya hidup. Berikut adalah beberapa tips praktis untuk hidup lebih nyaman dengan alahan:
Hidup dengan alahan, terutama yang parah, dapat menimbulkan stres, kecemasan, dan bahkan isolasi sosial. Jangan ragu untuk mencari dukungan dari kelompok pendukung alahan, konselor, atau psikolog jika Anda merasa terbebani. Berbicara dengan orang lain yang memahami tantangan serupa bisa sangat membantu.
Dunia alergi terus berkembang dengan penelitian dan penemuan baru. Tetaplah terhubung dengan dokter alergi Anda dan sumber informasi terpercaya untuk mendapatkan pembaruan tentang pengobatan dan manajemen terbaru.
Banyak kesalahpahaman umum tentang alahan yang dapat menyebabkan kebingungan dan bahkan tindakan yang salah. Mari kita luruskan beberapa di antaranya:
Fakta: Sementara beberapa alahan (seperti susu dan telur) memang sering hilang pada masa kanak-kanak, banyak alahan (seperti kacang tanah, kacang pohon, ikan, kerang, dan alergi pernapasan) cenderung bersifat permanen. Alahan juga bisa berkembang pada usia berapa pun, bahkan pada orang dewasa yang sebelumnya tidak pernah mengalaminya.
Fakta: Bahkan reaksi alergi yang ringan pun harus ditanggapi dengan serius. Reaksi alergi dapat memburuk pada paparan berikutnya, dan reaksi ringan yang berulang dapat mengganggu kualitas hidup. Selain itu, gejala alergi yang ringan dapat menjadi penanda risiko anafilaksis di masa depan.
Fakta: Bagi individu yang sangat sensitif, bahkan jejak kecil alergen (kontaminasi silang) sudah cukup untuk memicu reaksi yang parah. Inilah mengapa pembacaan label yang cermat dan pencegahan kontaminasi silang sangat penting, terutama untuk alergi makanan.
Fakta: Tidak ada hewan yang 100% hipoalergenik. Alergen bulu hewan tidak berasal dari bulunya itu sendiri, melainkan dari kulit mati (dander), air liur, dan urin hewan. Semua hewan berbulu menghasilkan dander, terlepas dari panjang bulunya. Beberapa ras mungkin menghasilkan lebih sedikit dander, tetapi mereka masih bisa memicu reaksi pada individu yang sensitif.
Fakta: Saat ini, tidak ada "obat" untuk alahan yang bisa menyembuhkan sepenuhnya. Namun, imunoterapi alergen (suntikan alergi atau tablet sublingual) dapat secara signifikan mengurangi sensitivitas dan bahkan menyebabkan remisi jangka panjang pada banyak individu. Pengelolaan dan penghindaran alergen juga dapat membantu mengontrol gejala secara efektif.
Fakta: Ini tidak selalu benar. Misalnya, seseorang mungkin alergi terhadap udang tetapi tidak terhadap ikan. Namun, ada risiko reaktivitas silang antara makanan yang terkait erat (misalnya, antara kacang tanah dan kacang pohon tertentu, atau antara udang dan kepiting). Dokter atau ahli alergi Anda dapat memberikan panduan spesifik.
Fakta: Penelitian menunjukkan bahwa membatasi diet ibu hamil atau menyusui secara ketat tidak terbukti mencegah alergi pada bayi dan bahkan dapat menyebabkan kekurangan nutrisi bagi ibu. Sebaliknya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa memperkenalkan makanan alergen potensial pada bayi pada waktu yang tepat mungkin justru dapat membantu mencegah alergi.
Mencegah alahan sepenuhnya adalah tantangan kompleks, mengingat multifaktorialnya penyebabnya. Namun, ada beberapa strategi yang sedang diteliti dan beberapa telah menunjukkan janji dalam mengurangi risiko perkembangan alahan, terutama pada anak-anak.
Pergeseran paradigma telah terjadi dalam rekomendasi pengenalan makanan alergen. Sebelumnya, dianjurkan untuk menunda pengenalan makanan seperti kacang tanah dan telur. Namun, bukti terbaru menunjukkan bahwa memperkenalkan makanan alergen umum (seperti kacang tanah dan telur) pada usia dini (antara 4-6 bulan) setelah bayi siap untuk makanan padat, dapat secara signifikan mengurangi risiko perkembangan alergi makanan tersebut pada anak-anak berisiko tinggi.
Mengurangi paparan terhadap alergen lingkungan tertentu di masa kanak-kanak dini, seperti tungau debu atau bulu hewan peliharaan, pada anak-anak yang berisiko tinggi mungkin dapat mengurangi risiko sensitisasi. Namun, bukti untuk ini masih beragam, dan beberapa penelitian bahkan menyarankan bahwa paparan awal mungkin bersifat protektif (Teori Higiene).
Penelitian menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara komposisi mikrobiota usus (bakteri baik di usus) dan perkembangan sistem kekebalan tubuh, termasuk risiko alergi. Faktor-faktor seperti cara persalinan (normal vs. caesar), pemberian ASI, penggunaan antibiotik, dan pola makan di masa kanak-kanak dini dapat mempengaruhi mikrobiota usus dan, berpotensi, risiko alergi.
Teori higiene berpendapat bahwa paparan dini terhadap berbagai mikroorganisme di lingkungan yang kurang "steril" (misalnya, kehidupan di pedesaan, kontak dengan hewan ternak) dapat membantu sistem kekebalan tubuh mengembangkan toleransi dan mengurangi kecenderungan alergi. Meskipun sulit untuk secara sengaja meniru lingkungan ini, ini memberikan wawasan tentang bagaimana gaya hidup modern dapat berkontribusi pada peningkatan alergi.
Pencegahan alergi adalah bidang penelitian yang aktif dan terus berkembang. Penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter atau ahli alergi untuk mendapatkan rekomendasi yang dipersonalisasi, terutama untuk anak-anak, berdasarkan riwayat keluarga dan faktor risiko individu.
Mengetahui kapan harus mencari bantuan medis adalah kunci dalam pengelolaan alahan yang efektif dan untuk mencegah komplikasi yang serius. Berikut adalah panduan:
Jika salah satu gejala ini terjadi, segera cari bantuan medis darurat (hubungi nomor darurat setempat atau pergi ke UGD terdekat) dan gunakan epinefrin auto-injektor jika tersedia.
Alahan adalah kondisi kompleks yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Memahami apa itu alahan, jenis-jenisnya, penyebab, mekanisme, gejala, diagnosis, dan penatalaksanaan adalah langkah pertama yang krusial untuk hidup lebih nyaman dan aman.
Meskipun tidak ada obat yang bisa menyembuhkan semua jenis alahan sepenuhnya, kemajuan dalam diagnosis dan pengobatan telah memberikan banyak cara efektif untuk mengelola gejala dan mencegah reaksi parah. Dari menghindari alergen, penggunaan obat-obatan yang tepat, hingga imunoterapi yang mengubah respons imun, ada berbagai pilihan yang tersedia.
Peran aktif pasien dalam mengelola alahannya sangatlah penting. Ini meliputi pemahaman yang baik tentang pemicu pribadi, kepatuhan terhadap rencana pengobatan, kesiapsiagaan darurat, dan komunikasi terbuka dengan penyedia layanan kesehatan. Dengan pendekatan yang komprehensif dan proaktif, individu yang menderita alahan dapat menjalani hidup yang produktif, aktif, dan memuaskan, meminimalkan dampak kondisi ini pada kesejahteraan mereka.
Ingatlah bahwa informasi dalam artikel ini bersifat umum dan tidak menggantikan nasihat medis profesional. Selalu konsultasikan dengan dokter atau ahli alergi untuk diagnosis dan rencana perawatan yang dipersonalisasi sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.
© Hak Cipta Dilindungi