Surah Az-Zumar adalah surah ke-39 dalam Al-Qur'an, yang terdiri dari 75 ayat. Surah ini tergolong surah Makkiyah, artinya diturunkan di Mekah sebelum hijrah Nabi Muhammad ﷺ ke Madinah. Nama "Az-Zumar" sendiri berarti "Rombongan-Rombongan" atau "Golongan-Golongan", yang diambil dari ayat 71 dan 73, menggambarkan pembagian manusia menjadi dua golongan besar pada hari Kiamat: golongan orang-orang kafir yang digiring ke neraka Jahannam dan golongan orang-orang bertakwa yang digiring ke surga.
Sebagai surah Makkiyah, Az-Zumar secara dominan membahas masalah-masalah fundamental akidah, tauhid (keesaan Allah), kenabian, hari Kiamat, kebangkitan setelah kematian, dan ganjaran serta siksaan. Surah ini menekankan pentingnya beribadah hanya kepada Allah semata, menjauhkan diri dari syirik, dan memberikan peringatan keras kepada orang-orang yang menentang kebenaran. Pada saat yang sama, ia juga menawarkan harapan dan kasih sayang Allah bagi mereka yang bertaubat dan kembali kepada-Nya.
Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai aspek Surah Az-Zumar, mulai dari konteks penurunannya, tema-tema utama yang diangkat, pelajaran-pelajaran berharga, hingga relevansinya dalam kehidupan modern. Kita akan menyelami kedalaman makna ayat-ayatnya untuk menggali hikmah dan petunjuk yang terkandung di dalamnya, dengan harapan dapat meningkatkan pemahaman dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Surah Az-Zumar, sebagaimana surah-surah Makkiyah lainnya, memiliki ciri khas yang kuat. Penurunannya di Mekah terjadi pada periode awal dakwah Islam, di mana Nabi Muhammad ﷺ menghadapi penolakan dan permusuhan yang intens dari kaum Quraisy. Oleh karena itu, tema-tema utama surah ini berpusat pada:
Dalam Az-Zumar, kita dapat melihat penekanan kuat pada kekuasaan Allah atas seluruh alam semesta, penciptaan yang sempurna, dan kemampuan-Nya untuk menghidupkan dan mematikan. Ini semua digunakan sebagai argumen logis untuk mengukuhkan tauhid dan menyanggah klaim syirik.
Nama "Az-Zumar" (الزمر) yang berarti "Rombongan-Rombongan" atau "Golongan-Golongan" adalah cerminan dari salah satu adegan paling dramatis pada Hari Kiamat yang dijelaskan dalam surah ini. Ayat 71 dan 73 secara eksplisit menyebutkan bagaimana manusia akan digiring dalam rombongan-rombongan menuju tempat ganjaran mereka:
Dan orang-orang kafir digiring ke neraka Jahannam secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya, pintu-pintunya dibuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, "Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu, yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan (dengan) harimu ini?" Mereka menjawab, "Benar (telah datang)." Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang kafir.
Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya digiring ke surga secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya sedang pintu-pintunya telah dibuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, "Kesejahteraan dilimpahkan kepadamu, berbahagialah kamu! maka masuklah ke dalamnya, sedang kamu kekal di dalamnya."
Penamaan ini tidak hanya menyoroti pemisahan yang jelas antara dua golongan ini, tetapi juga berfungsi sebagai peringatan dan motivasi. Peringatan bagi orang-orang kafir tentang nasib buruk yang menanti mereka, dan motivasi bagi orang-orang mukmin untuk terus berpegang teguh pada keimanan dan ketakwaan agar termasuk dalam golongan yang berbahagia. Ini menunjukkan betapa pentingnya pilihan hidup di dunia ini dalam menentukan nasib abadi seseorang di akhirat.
Tauhid adalah inti dari seluruh Surah Az-Zumar. Surah ini berulang kali menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang patut disembah, tanpa sekutu dalam rububiyah (ketuhanan) maupun uluhiyah (penyembahan). Argumentasi untuk tauhid ini dibangun di atas bukti-bukti nyata dalam penciptaan alam semesta.
Melalui bukti-bukti ini, Surah Az-Zumar mengajak manusia untuk merenungkan kebesaran Allah dan menyimpulkan bahwa hanya Dialah yang berhak disembah. Menyembah selain Allah adalah kebodohan dan kesesatan yang nyata.
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam, dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Al-Qur'an diperkenalkan dalam Az-Zumar sebagai kitab yang diturunkan dari Allah, Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (ayat 1). Surah ini menjelaskan karakteristik Al-Qur'an sebagai kitab yang sempurna, konsisten, dan penuh hikmah:
Melalui Al-Qur'an, Allah memberikan petunjuk yang jelas agar manusia tidak tersesat. Mereka yang berpaling darinya hanya akan menemukan kerugian di dunia dan akhirat.
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
Az-Zumar memberikan gambaran yang hidup dan menakutkan tentang Hari Kiamat, dimulai dari tiupan sangkakala hingga proses pengadilan dan penentuan nasib akhir manusia.
Deskripsi ini bertujuan untuk menanamkan rasa takut dan kesadaran akan tanggung jawab, agar manusia mempersiapkan diri menghadapi hari yang pasti datang ini.
Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).
Meskipun Surah Az-Zumar penuh dengan peringatan keras dan gambaran mengerikan tentang neraka, ia juga menyajikan salah satu ayat yang paling penuh harapan dan kasih sayang dalam Al-Qur'an, yaitu ayat 53. Ayat ini dikenal sebagai 'Ayat Harapan':
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Ayat ini adalah mercusuar harapan bagi setiap pendosa, bahkan bagi mereka yang merasa dosa-dosa mereka terlalu banyak untuk diampuni. Ini menunjukkan betapa luasnya rahmat dan ampunan Allah. Syaratnya adalah taubat yang sungguh-sungguh (taubat nasuha) dan kembali kepada-Nya dengan hati yang tulus. Ayat ini memotivasi orang untuk tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah, tidak peduli seberapa besar dosa yang telah dilakukan, selama pintu taubat masih terbuka.
Pesan ini sangat penting, terutama bagi mereka yang mungkin telah melakukan syirik atau dosa-dosa besar lainnya. Allah membuka jalan bagi mereka untuk kembali kepada fitrah yang suci, dengan janji ampunan yang menyeluruh.
Surah Az-Zumar juga menekankan pentingnya keikhlasan (sincerity) dalam beribadah kepada Allah. Ibadah tidak boleh dicampuri dengan riya (pamer), sum'ah (ingin didengar orang lain), atau motif-motif duniawi lainnya. Allah memerintahkan agar manusia menyembah-Nya dengan memurnikan ketaatan hanya kepada-Nya (ayat 2).
Keikhlasan adalah fondasi dari setiap amal perbuatan yang diterima di sisi Allah. Tanpa keikhlasan, ibadah akan menjadi sia-sia, bahkan dapat mendatangkan murka Allah jika tujuannya adalah untuk menarik perhatian selain-Nya. Surah ini menyeru agar manusia mengosongkan hati dari segala bentuk syirik dan hanya menyembah Allah semata, karena Dialah yang menciptakan, memberi rezeki, dan mengatur segala sesuatu.
Katakanlah (Muhammad): "Sesungguhnya aku diperintah supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama."
Surah Az-Zumar tidak hanya menyajikan doktrin-doktrin keimanan, tetapi juga memberikan banyak pelajaran praktis dan hikmah yang relevan bagi kehidupan seorang Muslim.
Surah ini berulang kali mengajak kita untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta: pergantian siang dan malam, penciptaan langit dan bumi, pergerakan matahari dan bulan, turunnya hujan yang menghidupkan bumi. Dengan merenungkan semua ini, keimanan kita akan semakin kuat dan kita akan semakin yakin akan keesaan dan kekuasaan Allah. Ini akan menjauhkan kita dari syirik dan kekufuran.
Ayat 53 adalah pengingat konstan bahwa rahmat Allah itu luas tak terhingga. Tidak peduli seberapa besar dosa yang telah kita lakukan, pintu taubat senantiasa terbuka. Yang terpenting adalah segera kembali kepada Allah dengan penyesalan yang tulus dan tekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut. Keputusasaan adalah salah satu perangkap setan untuk menjauhkan manusia dari ampunan Tuhan.
Narasi tentang dua rombongan (zummar) yang digiring ke surga dan neraka adalah peringatan yang gamblang. Setiap pilihan yang kita buat di dunia ini memiliki konsekuensi abadi. Apakah kita akan mengikuti jalan kebenaran (tauhid, amal saleh, ketakwaan) atau jalan kesesatan (syirik, maksiat)? Pilihan ini menentukan rombongan mana yang akan kita ikuti pada hari Kiamat. Ini mendorong kita untuk senantiasa mengevaluasi diri dan memastikan langkah kita sesuai dengan ajaran Allah.
Dalam ayat 9, Allah berfirman: "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Ini menegaskan keutamaan ilmu dan orang-orang yang berilmu. Ilmu, khususnya ilmu agama yang mendekatkan diri kepada Allah, adalah cahaya yang membimbing manusia kepada kebenaran. Orang berilmu lebih mampu memahami tanda-tanda kebesaran Allah dan lebih takut kepada-Nya. Oleh karena itu, kita didorong untuk terus mencari ilmu dan meningkatkan pemahaman kita tentang agama.
Ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Ayat 42 tentang Allah menggenggam jiwa pada waktu kematiannya dan pada waktu tidurnya adalah pengingat bahwa kematian adalah sebuah keniscayaan. Tidur adalah "mati sementara" yang memberikan gambaran kecil tentang hakikat kematian. Kematian dapat datang kapan saja, tanpa peringatan. Oleh karena itu, seorang Muslim harus senantiasa mempersiapkan diri dengan beramal saleh, bertaubat, dan tidak menunda-nunda kebaikan.
Dalam Az-Zumar, disinggung mengenai sifat manusia yang berputus asa ketika ditimpa musibah, namun lupa ketika diberi nikmat. Ini mengajarkan kita pentingnya kesabaran (sabar) dalam kesulitan dan syukur dalam kemudahan. Cobaan adalah bagian dari kehidupan, dan respons kita terhadap cobaan tersebut menentukan kekuatan iman kita.
Surah ini juga memberikan peringatan keras kepada orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka adalah orang-orang yang tertipu oleh kehidupan dunia, yang meremehkan janji dan ancaman Allah. Nasib mereka adalah azab yang kekal. Ini mendorong kita untuk senantiasa menghormati dan mengamalkan ajaran Al-Qur'an, tidak meragukannya sedikit pun.
Pada hari Kiamat, pengadilan Allah akan berlangsung dengan keadilan yang sempurna. Setiap jiwa akan dibalas sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya, dan tidak ada yang terzalimi. Ini menanamkan keyakinan bahwa kebaikan sekecil apapun akan mendapatkan balasan, dan keburukan sekecil apapun juga akan diperhitungkan. Keadilan ini harus menjadi motivasi bagi kita untuk berbuat baik dan menjauhi keburukan, bahkan ketika tidak ada manusia yang melihat.
Surah Az-Zumar dibuka dengan penegasan bahwa Al-Qur'an adalah wahyu yang diturunkan dari Allah, Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Ini langsung menepis keraguan dan menegaskan otoritas ilahiah Al-Qur'an.
Ayat-ayat ini menetapkan pondasi: tujuan utama penurunan Al-Qur'an adalah agar manusia menyembah Allah dengan ikhlas, memurnikan agama hanya untuk-Nya. Ayat 3 secara tegas membantah argumen kaum musyrikin yang menyembah berhala dengan dalih "untuk mendekatkan diri kepada Allah". Allah menyatakan bahwa Dia tidak akan membimbing orang yang pendusta dan ingkar. Ayat 4 lebih lanjut membantah keyakinan bahwa Allah memiliki anak, menegaskan kesucian dan keesaan-Nya.
Ayat 5 dan 6 adalah seruan untuk merenungkan kebesaran Allah melalui penciptaan. Dari penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam, hingga penciptaan manusia dari satu jiwa dan delapan pasang ternak, semuanya adalah bukti nyata kekuasaan Allah yang tak terbatas.
Ayat ini berfungsi sebagai bukti logis keberadaan dan keesaan Allah, sekaligus pengingat akan asal-usul manusia dan ketergantungan penuh kita kepada Pencipta. Proses penciptaan manusia dalam tiga kegelapan (perut, rahim, selaput) juga menunjuk pada keajaiban biologis yang sempurna.
Ayat ini secara indah menggambarkan efek Al-Qur'an pada hati orang-orang beriman. Kitab yang mutasyabih (serupa dalam kebenaran) dan mathani (berulang-ulang dalam pelajaran) ini mampu menggetarkan kulit orang yang takut kepada Tuhan, lalu menenangkan hati mereka dalam mengingat Allah. Ini adalah petunjuk Allah yang membimbing siapa yang Dia kehendaki.
Perumpamaan ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an bukanlah sekadar kumpulan kata, melainkan sebuah kekuatan spiritual yang mampu mengubah jiwa, membangkitkan rasa takut kepada Tuhan, dan menumbuhkan ketenangan. Ini adalah salah satu ayat yang paling kuat dalam menggambarkan keajaiban psikologis dan spiritual Al-Qur'an.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, ayat ini adalah salah satu ayat terpenting dalam Al-Qur'an yang menegaskan luasnya rahmat Allah. Ini adalah seruan langsung dari Allah kepada hamba-hamba-Nya yang telah berbuat dosa, bahkan yang melampaui batas, untuk tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Allah berjanji untuk mengampuni semua dosa bagi mereka yang bertaubat dengan tulus. Ayat ini menekankan sifat Allah sebagai Al-Ghafur (Maha Pengampun) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang), memberikan motivasi tak terbatas untuk kembali kepada-Nya.
Ayat-ayat ini adalah puncak dari gambaran Hari Kiamat dalam Az-Zumar. Dimulai dengan tiupan sangkakala yang mematikan, diikuti dengan tiupan kedua yang membangkitkan semua makhluk. Pengadilan ilahi pun dimulai, di mana setiap jiwa diadili tanpa zalim. Kemudian datanglah adegan "romongan-rombongan" yang digiring.
Adegan ini sangat kontras: rombongan orang kafir digiring ke neraka Jahannam dengan penjaga yang menegur mereka karena mendustakan rasul, sementara rombongan orang bertakwa digiring ke surga dengan ucapan salam dan berita gembira dari penjaga surga. Orang-orang bertakwa akan memuji Allah karena telah menepati janji-Nya dan mewariskan bumi surga kepada mereka. Surah ditutup dengan gambaran para malaikat yang mengelilingi Arsy sambil bertasbih memuji Tuhan mereka, dan segala perkara telah diputuskan dengan adil.
Ayat-ayat ini adalah klimaks yang memberikan gambaran jelas tentang akhir dari dua jalan yang berbeda, memotivasi orang beriman untuk tetap teguh dan memperingatkan orang kafir tentang konsekuensi pilihan mereka.
Meskipun diturunkan lebih dari 14 abad yang lalu, pesan-pesan Surah Az-Zumar tetap sangat relevan dan mendalam bagi kehidupan manusia di era modern ini. Dalam dunia yang serba cepat, penuh tantangan, dan seringkali membingungkan, Az-Zumar menawarkan panduan yang tak lekang oleh waktu.
Di tengah berbagai ideologi dan pandangan dunia yang bersaing, banyak orang, termasuk Muslim, yang mungkin menghadapi keraguan tentang tujuan hidup, keberadaan Tuhan, atau kebenaran agama. Az-Zumar, dengan argumentasinya yang kuat tentang tauhid melalui tanda-tanda alam semesta (ayat 5-6, 21), memberikan fondasi yang kokoh untuk keimanan. Ia mengajak kita untuk melihat melampaui hiruk pikuk duniawi dan merenungkan kebesaran Sang Pencipta. Ini adalah penawar bagi krisis eksistensial yang banyak melanda jiwa manusia modern.
Kehidupan modern seringkali dibarengi dengan tingkat stres, kecemasan, dan depresi yang tinggi. Ayat 23 yang menjelaskan bagaimana hati orang beriman menjadi tenang ketika mengingat Allah melalui Al-Qur'an, menawarkan solusi spiritual. Membaca, memahami, dan merenungkan Al-Qur'an dapat menjadi penenang jiwa yang paling efektif. Ketika kita berserah diri sepenuhnya kepada Allah (seperti yang diajarkan dalam keikhlasan beribadah), beban hidup terasa lebih ringan karena kita tahu ada kekuatan yang Maha Kuasa yang mengurus segalanya.
Dalam menghadapi kegagalan, dosa, atau musibah, manusia modern cenderung mudah berputus asa. Ayat 53, "Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah," adalah pesan yang sangat relevan. Ia memberikan harapan abadi bahwa tidak peduli seberapa buruk situasi atau seberapa besar kesalahan yang telah diperbuat, pintu taubat dan ampunan Allah selalu terbuka. Ini mendorong individu untuk bangkit kembali, bertaubat, dan terus berusaha menjadi lebih baik, alih-alih menyerah pada keputusasaan.
Gambaran dua rombongan pada hari Kiamat (ayat 71-75) adalah motivator yang sangat kuat. Ia mengingatkan bahwa setiap perbuatan, baik dan buruk, memiliki konsekuensi yang kekal. Ini mendorong kita untuk melakukan introspeksi diri secara teratur, memperbaiki kesalahan, dan meningkatkan amal saleh. Dalam dunia yang serba instan, Az-Zumar mengingatkan kita akan pentingnya pandangan jangka panjang dan investasi untuk akhirat.
Ayat 9, yang membedakan orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu, menyoroti pentingnya mencari ilmu. Di era informasi ini, akses terhadap pengetahuan sangat mudah, namun membedakan antara informasi yang benar dan salah menjadi semakin menantang. Az-Zumar mendorong kita untuk mencari ilmu yang hakiki, yang meningkatkan pemahaman kita tentang Allah dan alam semesta, bukan hanya ilmu yang berorientasi duniawi semata. Ilmu yang benar akan menuntun kepada ketakwaan.
Penegasan bahwa setiap jiwa akan diadili dengan adil di hari Kiamat (ayat 69-70) memiliki implikasi besar terhadap etika dan keadilan sosial. Ini mengingatkan para pemimpin, penguasa, dan individu bahwa tidak ada yang luput dari perhitungan Allah. Ini seharusnya mendorong rasa tanggung jawab untuk berlaku adil, tidak menzalimi orang lain, dan berpegang pada kebenaran dalam setiap aspek kehidupan.
Di era media sosial di mana segala sesuatu cenderung dipamerkan, pesan Az-Zumar tentang keikhlasan dalam beribadah (ayat 2, 11) menjadi sangat krusial. Ia mengingatkan kita untuk menjaga kemurnian niat dalam setiap perbuatan, memastikan bahwa ibadah dan amal baik kita semata-mata karena Allah, bukan untuk mencari pujian atau pengakuan dari manusia. Ini membantu menjaga hati dari riya dan sum'ah yang dapat merusak pahala amal.
Secara keseluruhan, Surah Az-Zumar adalah sebuah surah yang komprehensif, tidak hanya menegaskan pilar-pilar keimanan, tetapi juga memberikan pedoman etika dan spiritual yang mendalam. Pesan-pesannya memberikan cahaya dan harapan bagi setiap individu yang mencari makna dan arah dalam kehidupan, membimbing mereka menuju kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat.
Surah Az-Zumar adalah permata Al-Qur'an yang kaya akan makna dan pelajaran. Melalui penegasan tauhid yang kuat, penggambaran Hari Kiamat yang dramatis, serta seruan kasih sayang dan ampunan Allah yang luas, surah ini memberikan panduan lengkap bagi setiap Muslim untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan tujuan. Ia mengingatkan kita akan kebesaran Allah sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta, mendorong kita untuk beribadah kepada-Nya dengan keikhlasan, dan memperingatkan kita tentang konsekuensi dari setiap pilihan hidup.
Kisah dua rombongan (zummar) yang digiring ke surga dan neraka adalah puncak dari pesan surah ini, sebuah metafora yang jelas tentang pilihan abadi yang harus kita buat di dunia ini. Pilihan untuk mengikuti petunjuk Allah dan mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati, atau berpaling dan menghadapi penyesalan yang tiada akhir.
Semoga dengan merenungkan ayat-ayat Surah Az-Zumar, keimanan kita semakin kokoh, hati kita semakin tenang dalam mengingat Allah, dan kita termasuk dalam golongan orang-orang bertakwa yang digiring menuju surga. Marilah kita jadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup yang sejati, karena di dalamnya terkandung segala petunjuk untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.