Audiometri: Pengertian, Tujuan, Prosedur, dan Interpretasi Lengkap

Pendengaran adalah salah satu indra terpenting yang memungkinkan manusia untuk berinteraksi dengan dunia sekitar, berkomunikasi, dan menikmati kehidupan. Namun, gangguan pendengaran merupakan masalah kesehatan global yang memengaruhi jutaan orang dari segala usia, mulai dari bayi baru lahir hingga lansia. Deteksi dini dan diagnosis yang akurat adalah kunci untuk penanganan yang efektif dan pencegahan komplikasi yang lebih serius. Di sinilah peran vital audiometri menjadi sangat krusial.

Audiometri adalah serangkaian tes non-invasif yang digunakan untuk mengukur kemampuan pendengaran seseorang, mengidentifikasi ambang pendengaran untuk berbagai frekuensi suara, dan mengevaluasi fungsi telinga bagian dalam, tengah, dan jalur saraf pendengaran hingga ke otak. Proses ini tidak hanya menentukan apakah seseorang memiliki gangguan pendengaran, tetapi juga jenis gangguan, tingkat keparahan, dan bahkan lokasi masalahnya dalam sistem pendengaran.

Artikel ini akan mengulas secara mendalam segala aspek mengenai audiometri, mulai dari dasar-dasar pendengaran, sejarah perkembangannya, berbagai jenis tes yang dilakukan, prosedur, hingga interpretasi hasil dan implikasinya dalam penanganan gangguan pendengaran. Pemahaman yang komprehensif tentang audiometri akan membantu individu yang khawatir tentang pendengaran mereka, keluarga mereka, serta para profesional kesehatan dalam memberikan perawatan yang optimal.

Ilustrasi Headphone Audiometer Gambar sederhana sepasang headphone yang terhubung ke sebuah perangkat audiometer, melambangkan tes pendengaran. 👂

Ilustrasi sederhana audiometer dengan headphone, melambangkan proses tes pendengaran.

Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Pendengaran

Untuk memahami audiometri, penting untuk memiliki pemahaman dasar tentang bagaimana telinga bekerja. Telinga adalah organ kompleks yang dirancang untuk menangkap gelombang suara, mengubahnya menjadi sinyal listrik, dan mengirimkannya ke otak untuk diinterpretasikan.

Struktur Telinga

Telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian utama:

  1. Telinga Luar: Bagian ini terdiri dari aurikula (daun telinga) dan saluran telinga (meatus auditorius eksternal). Aurikula berfungsi untuk mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga. Saluran telinga, yang panjangnya sekitar 2,5 cm pada orang dewasa, mengarahkan suara ke gendang telinga.
  2. Telinga Tengah: Sebuah rongga berisi udara yang dipisahkan dari telinga luar oleh membran timpani (gendang telinga). Di dalam telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran terkecil di tubuh, yaitu malleus (martil), inkus (landasan), dan stapes (sanggurdi), yang secara kolektif disebut osikula. Tulang-tulang ini berfungsi untuk memperkuat dan menghantarkan getaran suara dari gendang telinga ke telinga dalam. Telinga tengah juga terhubung ke nasofaring melalui tuba Eustachius, yang berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara di kedua sisi gendang telinga.
  3. Telinga Dalam: Bagian ini adalah struktur yang paling kompleks dan berisi koklea (organ pendengaran berbentuk siput) dan sistem vestibular (organ keseimbangan). Koklea berisi cairan dan sel-sel rambut kecil yang sensitif terhadap getaran. Sel-sel rambut ini mengubah getaran mekanis menjadi impuls listrik. Impuls-impuls ini kemudian dikirim melalui saraf koklea (bagian dari saraf vestibulokoklearis atau saraf kranial VIII) ke batang otak dan akhirnya ke korteks pendengaran di otak, tempat suara diinterpretasikan.

Proses Pendengaran

Proses pendengaran dimulai ketika gelombang suara memasuki telinga luar dan menyebabkan gendang telinga bergetar. Getaran ini kemudian ditransfer melalui malleus, inkus, dan stapes di telinga tengah. Stapes, yang menempel pada jendela oval koklea, mendorong dan menarik cairan di dalam koklea. Gerakan cairan ini menyebabkan sel-sel rambut di dalam koklea membengkok. Pembengkokan sel-sel rambut ini menghasilkan impuls listrik yang kemudian ditransmisikan melalui saraf koklea ke otak, yang pada akhirnya menginterpretasikan impuls tersebut sebagai suara.

Anatomi Telinga Sederhana Diagram sederhana anatomi telinga yang menunjukkan telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga Luar Telinga Tengah Telinga Dalam Saraf Pendengaran

Diagram sederhana yang menunjukkan bagian-bagian utama telinga: telinga luar, tengah, dan dalam.

Apa Itu Audiometri?

Audiometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan pendengaran seseorang. Tes ini menggunakan alat khusus yang disebut audiometer untuk menghasilkan suara pada berbagai frekuensi (pitch) dan intensitas (volume). Tujuan utamanya adalah untuk menentukan ambang dengar seseorang, yaitu tingkat suara terendah yang dapat didengar pada frekuensi tertentu.

Pemeriksaan audiometri biasanya dilakukan oleh seorang audiolog, yaitu tenaga profesional kesehatan yang mengkhususkan diri dalam identifikasi, diagnosis, pengobatan, dan pencegahan gangguan pendengaran serta masalah keseimbangan. Hasil dari tes audiometri direkam dalam sebuah grafik yang disebut audiogram, yang menjadi peta visual kemampuan pendengaran seseorang.

Tujuan Audiometri

Audiometri dilakukan untuk berbagai tujuan penting dalam bidang kesehatan pendengaran:

Persiapan Sebelum Tes Audiometri

Agar hasil tes audiometri akurat, ada beberapa persiapan yang perlu diperhatikan, baik oleh pasien maupun lingkungan dan peralatan:

Persiapan Pasien

Persiapan Lingkungan dan Alat

Jenis-jenis Tes Audiometri

Ada beberapa jenis tes audiometri yang digunakan untuk mengevaluasi berbagai aspek pendengaran. Masing-masing tes memiliki tujuan spesifik dan memberikan informasi yang berbeda tentang fungsi telinga.

1. Audiometri Nada Murni (Pure Tone Audiometry - PTA)

PTA adalah tes dasar dan paling umum dalam audiometri. Tes ini mengukur ambang dengar seseorang untuk nada murni (suara dengan frekuensi tunggal) pada berbagai frekuensi yang relevan untuk bicara dan pendengaran sehari-hari.

Prosedur PTA:

a. Ambang Dengar Udara (Air Conduction - AC)

Mengukur seberapa baik suara dihantarkan melalui telinga luar, tengah, dan dalam. Headphone digunakan untuk menyampaikan suara.

b. Ambang Dengar Tulang (Bone Conduction - BC)

Mengukur seberapa baik suara dihantarkan langsung ke telinga dalam melalui tulang tengkorak, melewati telinga luar dan tengah. Vibrator tulang diletakkan di tulang mastoid di belakang telinga.

Perbandingan antara ambang dengar udara dan tulang sangat penting untuk menentukan jenis gangguan pendengaran:

Interpretasi PTA (Audiogram)

Hasil PTA diplot pada grafik yang disebut audiogram. Sumbu horizontal mewakili frekuensi (Hz) dari rendah ke tinggi (nada bas ke nada tinggi), dan sumbu vertikal mewakili intensitas (dB HL – Hearing Level) dari tenang ke keras. Simbol khusus digunakan untuk menandai ambang dengar setiap telinga untuk AC dan BC.

Contoh Grid Audiogram Sederhana Representasi grid audiogram dengan sumbu frekuensi dan intensitas, serta beberapa titik data hipotetis. Frekuensi (Hz) Intensitas (dB HL) 250 500 1000 2000 4000 8000 0 25 50 75 100 O = Telinga Kanan (AC) X = Telinga Kiri (AC) < = Telinga Kanan (BC) > = Telinga Kiri (BC)

Contoh grid audiogram, menunjukkan frekuensi (Hz) dan intensitas (dB HL), dengan garis ambang dengar yang diplot.

2. Audiometri Tutur (Speech Audiometry - SA)

Berbeda dengan PTA yang menggunakan nada murni, SA mengukur kemampuan pasien untuk mendengar dan memahami ucapan. Tes ini lebih mendekati pengalaman mendengarkan di kehidupan nyata.

Jenis Tes SA:

3. Impedansmetri (Impedance Audiometry)

Impedansmetri adalah serangkaian tes objektif (tidak memerlukan respons aktif dari pasien) yang mengevaluasi fungsi telinga tengah, termasuk gendang telinga, tuba Eustachius, dan tulang-tulang pendengaran.

a. Timpanometri (Tympanometry)

Mengukur kepatuhan (mobilitas) gendang telinga dan tekanan udara di telinga tengah saat tekanan udara di saluran telinga diubah. Probe kecil ditempatkan di saluran telinga. Hasilnya diplot dalam grafik yang disebut timpanogram.

b. Refleks Akustik (Acoustic Reflexes)

Mengukur respons involunter otot stapedius di telinga tengah terhadap suara keras. Otot ini berkontraksi untuk melindungi telinga dari suara yang terlalu keras. Keberadaan, ambang, dan pola refleks akustik dapat memberikan informasi tentang fungsi telinga tengah, koklea, dan jalur saraf pendengaran.

4. Otoacoustic Emissions (OAEs)

OAEs adalah suara yang dihasilkan oleh sel-sel rambut luar yang sehat di koklea sebagai respons terhadap rangsangan suara. Suara-suara ini dapat dideteksi oleh mikrofon kecil yang ditempatkan di saluran telinga.

Keberadaan OAEs menunjukkan bahwa koklea dan telinga tengah berfungsi dengan baik, dan ambang dengar kemungkinan besar di bawah 30 dB HL. OAEs sangat berguna untuk skrining pendengaran bayi baru lahir dan pasien yang sulit diajak bekerja sama, serta untuk membedakan antara gangguan pendengaran sensorineural koklea dan retrokoklea.

5. Auditory Brainstem Response (ABR) / Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA)

ABR adalah tes objektif yang mengukur respons listrik dari saraf pendengaran dan batang otak terhadap suara. Elektrode ditempatkan di kulit kepala pasien untuk merekam aktivitas listrik ini.

ABR digunakan untuk memperkirakan ambang dengar pada individu yang tidak dapat atau tidak mau bekerja sama (misalnya, bayi, anak kecil, individu dengan disabilitas), mendiagnosis neuropati auditori, dan membantu mendeteksi lesi di jalur saraf pendengaran (seperti tumor neuroma akustik).

6. Auditory Steady State Response (ASSR)

ASSR mirip dengan ABR tetapi menggunakan stimulus modulasi frekuensi dan mengukur respons otak secara statistik. Keuntungan ASSR adalah kemampuannya untuk mendapatkan ambang dengar frekuensi spesifik untuk kedua telinga secara bersamaan, bahkan pada tingkat gangguan yang sangat berat. Ini sangat berharga untuk menentukan tingkat keparahan gangguan pendengaran pada bayi dan anak-anak yang akan dipasangi alat bantu dengar atau implan koklea.

7. Tes Audiometri Khusus untuk Anak-anak

Untuk bayi dan anak kecil, tes audiometri disesuaikan karena mereka mungkin tidak dapat memberikan respons sukarela seperti orang dewasa.

8. Tes Garpu Tala (Tuning Fork Tests)

Meskipun bukan bagian dari audiometri modern yang komprehensif, tes garpu tala (misalnya, tes Rinne dan Weber) sering digunakan sebagai skrining cepat di praktik klinis untuk membedakan antara gangguan pendengaran konduktif dan sensorineural. Tes ini dilakukan dengan menempatkan garpu tala yang bergetar di dekat telinga atau di tulang kepala.

Interpretasi Hasil Audiometri

Interpretasi hasil audiometri membutuhkan keahlian dan pemahaman mendalam tentang setiap jenis tes serta hubungannya satu sama lain. Audiolog akan menganalisis data dari semua tes yang dilakukan untuk membentuk gambaran lengkap tentang status pendengaran pasien.

Membaca Audiogram (PTA)

Menggabungkan Hasil dari Berbagai Tes

Audiolog tidak hanya melihat satu hasil tes, tetapi mengintegrasikan semua informasi:

Penyakit dan Kondisi yang Dideteksi Melalui Audiometri

Audiometri adalah alat diagnostik yang fundamental untuk berbagai kondisi yang memengaruhi pendengaran:

Peran Audiometri dalam Penanganan Gangguan Pendengaran

Setelah diagnosis ditegakkan melalui audiometri, hasilnya menjadi panduan krusial untuk langkah penanganan selanjutnya. Penanganan gangguan pendengaran sangat bervariasi tergantung pada jenis, tingkat keparahan, dan penyebabnya.

Rekomendasi Alat Bantu Dengar (ABD)

Bagi individu dengan gangguan pendengaran sensorineural atau campuran yang tidak dapat diperbaiki secara medis atau bedah, alat bantu dengar seringkali menjadi solusi utama. Hasil audiogram adalah peta jalan untuk audiolog dalam memilih dan memprogram ABD yang tepat. Frekuensi dan tingkat kehilangan pendengaran pada audiogram akan menentukan seberapa banyak penguatan yang dibutuhkan pada setiap frekuensi, serta fitur-fitur ABD yang paling sesuai. Misalnya, seseorang dengan gangguan pendengaran frekuensi tinggi akan membutuhkan ABD yang memberikan penguatan lebih pada frekuensi tersebut.

Selain itu, tes audiometri tutur membantu memverifikasi bahwa ABD meningkatkan kemampuan pasien untuk memahami ucapan, bukan hanya membuat suara lebih keras. MCL dan UCL juga sangat penting agar ABD diprogram pada tingkat yang nyaman dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan atau bahkan kerusakan lebih lanjut pada pendengaran.

Evaluasi Implan Koklea

Implan koklea adalah perangkat elektronik yang dapat memberikan sensasi pendengaran pada individu dengan gangguan pendengaran sensorineural berat hingga sangat berat yang tidak mendapatkan manfaat memadai dari ABD konvensional. Audiometri, terutama ABR dan ASSR, sangat penting dalam proses evaluasi pra-implantasi untuk mengkonfirmasi tingkat keparahan gangguan pendengaran dan memastikan bahwa pasien memenuhi kriteria medis untuk implan. Hasil audiometri pasca-implantasi juga digunakan untuk memprogram prosesor suara implan koklea dan memantau kemajuan pendengaran pasien.

Terapi Rehabilitasi dan Auditory Training

Selain perangkat pendengaran, banyak pasien mendapat manfaat dari terapi rehabilitasi pendengaran, yang dikenal sebagai auditory training atau rehabilitasi auditori. Program ini dirancang untuk membantu individu mengembangkan kembali atau meningkatkan kemampuan mereka dalam mendengarkan dan memahami ucapan, terutama di lingkungan bising. Audiometri, khususnya tes audiometri tutur, digunakan untuk mengidentifikasi area kesulitan spesifik pasien dan untuk melacak kemajuan mereka selama terapi.

Konseling dan Edukasi

Diagnosis gangguan pendengaran dapat menjadi pengalaman yang menantang bagi individu dan keluarga mereka. Audiolog menggunakan hasil audiometri sebagai alat untuk memberikan konseling dan edukasi yang efektif. Mereka menjelaskan jenis dan tingkat keparahan gangguan, apa artinya dalam kehidupan sehari-hari, pilihan penanganan yang tersedia, dan strategi komunikasi yang efektif. Pemahaman yang jelas tentang hasil tes membantu pasien membuat keputusan yang tepat tentang perawatan mereka.

Manajemen Kondisi Medis

Dalam kasus gangguan pendengaran konduktif, hasil audiometri akan mengarahkan dokter THT untuk mempertimbangkan intervensi medis atau bedah. Misalnya, jika timpanometri menunjukkan cairan di telinga tengah (OME), dokter mungkin akan merekomendasikan observasi, obat-obatan, atau pemasangan grommet (tabung ventilasi). Untuk otosklerosis, stapedektomi (operasi untuk mengganti tulang stapes yang kaku) mungkin dipertimbangkan. Dalam kondisi seperti neuroma akustik, audiometri akan mengarahkan pada pemeriksaan pencitraan lebih lanjut (MRI) dan penanganan oleh tim spesialis saraf.

Keterbatasan Audiometri

Meskipun audiometri adalah alat yang sangat kuat dan esensial, penting untuk mengakui bahwa ia memiliki keterbatasan:

Masa Depan Audiometri

Bidang audiometri terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan pemahaman kita tentang sistem pendengaran. Beberapa tren dan inovasi yang mungkin membentuk masa depan audiometri meliputi:

Ilustrasi Gelombang Suara Representasi visual sederhana dari gelombang suara.

Ilustrasi gelombang suara yang bergerak, melambangkan esensi pendengaran.

Kesimpulan

Audiometri adalah pilar utama dalam diagnosis dan manajemen gangguan pendengaran. Dengan berbagai jenis tes yang tersedia, audiolog dapat memperoleh gambaran yang sangat detail tentang fungsi sistem pendengaran seseorang, mulai dari telinga luar hingga batang otak. Dari audiometri nada murni hingga tes objektif seperti ABR dan OAEs, setiap tes memberikan kepingan informasi penting yang, ketika digabungkan, membentuk diagnosis yang komprehensif.

Pemahaman yang akurat tentang jenis dan tingkat keparahan gangguan pendengaran tidak hanya membantu dalam perencanaan intervensi seperti alat bantu dengar atau implan koklea, tetapi juga dalam memberikan konseling yang relevan kepada pasien dan keluarga mereka. Meskipun memiliki keterbatasan, kemajuan teknologi terus mendorong batas-batas kemampuan audiometri, menjanjikan deteksi yang lebih dini, diagnosis yang lebih tepat, dan penanganan yang lebih personal di masa depan.

Bagi siapa pun yang mencurigai adanya masalah pendengaran pada diri sendiri atau orang yang dicintai, sangat penting untuk mencari evaluasi audiometri profesional. Langkah ini adalah fondasi untuk menjaga salah satu indra terpenting dalam kehidupan manusia, memungkinkan interaksi yang kaya dan koneksi yang mendalam dengan dunia.