Di tengah lautan informasi yang tak ada habisnya, notifikasi yang tiada henti, dan tuntutan multi-peran dalam kehidupan modern, satu kemampuan kognitif menjadi semakin langka namun krusial: atensi. Atensi, atau perhatian, adalah jembatan menuju pemahaman, produktivitas, kreativitas, dan bahkan kesejahteraan mental. Tanpa atensi yang terarah, kita hanya akan melayang-layang di permukaan, menyentuh banyak hal tanpa pernah benar-benar menyelaminya.
Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk atensi: apa itu, mengapa ia penting, bagaimana otak kita memprosesnya, faktor-faktor yang memengaruhinya, serta strategi praktis untuk meningkatkan dan melestarikannya di tengah badai distraksi. Mari kita selami lebih dalam dunia atensi, dan temukan bagaimana menguasainya dapat mengubah kualitas hidup Anda secara fundamental.
Memahami Atensi: Sebuah Definisi Mendalam
Atensi adalah kemampuan untuk memusatkan kesadaran pada suatu stimulus, baik internal (pikiran, perasaan) maupun eksternal (suara, gambar, tugas), sambil secara selektif mengabaikan stimulus lain. Ini bukan sekadar tindakan pasif, melainkan proses aktif yang melibatkan alokasi sumber daya kognitif kita.
Definisi Ilmiah dan Psikologis
Dalam psikologi kognitif, atensi sering digambarkan sebagai mekanisme selektif yang memungkinkan kita untuk memilih dan memproses informasi yang relevan dari lingkungan. William James, seorang bapak psikologi modern, mendefinisikannya sebagai "pencabutan pikiran dari beberapa hal agar dapat secara efektif menangani yang lain." Ini menunjukkan bahwa atensi adalah tindakan menolak, sama seperti tindakan menerima.
Secara neurobiologis, atensi melibatkan jaringan kompleks di otak, termasuk korteks prefrontal (untuk kontrol eksekutif dan pengambilan keputusan), talamus (sebagai stasiun relay sensorik), dan korteks parietal (untuk orientasi spasial dan integrasi sensorik). Ketika kita mengarahkan atensi, area-area ini bekerja sama untuk memperkuat sinyal dari stimulus yang dipilih dan menekan sinyal dari stimulus yang tidak relevan.
Jenis-jenis Atensi
Atensi bukan konsep tunggal; ia memiliki berbagai bentuk dan fungsi yang bekerja secara sinergis:
-
Atensi Selektif (Selective Attention)
Kemampuan untuk fokus pada satu stimulus sambil mengabaikan distraksi. Contoh paling klasik adalah "Cocktail Party Effect," di mana Anda dapat mengikuti percakapan seseorang di ruangan yang bising sambil menyaring suara-suara lainnya.
-
Atensi Berkelanjutan (Sustained Attention / Vigilance)
Kemampuan untuk mempertahankan fokus pada tugas atau stimulus dalam jangka waktu yang lama. Ini penting untuk pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi, seperti mengemudi jarak jauh, membaca buku tebal, atau mengawasi monitor.
-
Atensi Terbagi (Divided Attention / Multitasking)
Kemampuan untuk mengalokasikan sumber daya atensi ke beberapa tugas secara bersamaan. Meskipun sering disebut "multitasking," penelitian menunjukkan bahwa otak sebenarnya beralih dengan cepat antara tugas-tugas daripada memprosesnya secara paralel penuh, yang seringkali menurunkan efisiensi dan akurasi.
-
Atensi Berganti (Alternating Attention)
Kemampuan untuk secara fleksibel mengalihkan fokus atensi dari satu tugas ke tugas lain dan kembali lagi. Ini sering terjadi ketika kita harus beralih antara email, laporan, dan panggilan telepon.
-
Atensi Terarah (Orienting Attention)
Kemampuan untuk mengarahkan atensi ke lokasi atau objek tertentu, baik secara sadar maupun tidak sadar. Misalnya, saat Anda mendengar suara keras dan secara otomatis menoleh ke arah sumber suara tersebut.
Memahami perbedaan jenis atensi ini membantu kita mengidentifikasi di mana kita mungkin kesulitan dan strategi apa yang paling tepat untuk mengatasinya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Atensi
Atensi adalah proses yang rapuh dan dapat dengan mudah terpengaruh oleh berbagai faktor, baik dari dalam diri maupun lingkungan sekitar.
Faktor Internal
- Motivasi dan Minat: Kita cenderung lebih mudah memperhatikan hal-hal yang kita anggap penting, menarik, atau relevan dengan tujuan kita. Sebaliknya, tugas yang membosankan atau tidak relevan seringkali sulit untuk difokuskan.
- Kondisi Emosional: Emosi yang kuat seperti stres, kecemasan, marah, atau bahkan kegembiraan yang berlebihan dapat mengganggu atensi. Pikiran yang melayang-layang karena khawatir atau cemas dapat mencuri sumber daya kognitif yang seharusnya digunakan untuk fokus.
- Kesehatan Fisik dan Mental: Kelelahan, kurang tidur, pola makan yang buruk, dehidrasi, dan kondisi kesehatan tertentu (misalnya, ADHD, depresi, masalah tiroid) semuanya dapat secara signifikan mengurangi kapasitas atensi.
- Tingkat Energi Kognitif: Otak memiliki kapasitas atensi yang terbatas. Setelah periode konsentrasi yang intens, kita membutuhkan istirahat untuk mengisi ulang energi kognitif kita.
- Pengetahuan dan Pengalaman Sebelumnya: Pengetahuan yang relevan dapat membantu kita memproses informasi baru lebih efisien dan mengarahkan atensi ke detail-detail penting.
Faktor Eksternal
- Lingkungan Fisik: Suara bising, suhu yang tidak nyaman, penerangan yang buruk, atau kekacauan visual dapat menjadi distraksi yang kuat. Lingkungan yang dirancang dengan baik dapat mendukung atensi.
- Stimulus yang Kuat: Informasi baru, terang, bergerak, atau yang menonjol secara signifikan dari latar belakang cenderung menarik atensi kita secara otomatis. Ini adalah dasar dari banyak iklan dan desain antarmuka pengguna.
- Teknologi dan Notifikasi: Notifikasi dari ponsel, email, media sosial, dan berbagai aplikasi adalah salah satu penyebab utama gangguan atensi di era modern. Dirancang untuk menarik perhatian, mereka secara konstan menarik kita dari tugas utama.
- Tuntutan Sosial: Interupsi dari rekan kerja, anggota keluarga, atau tuntutan mendadak dari orang lain juga dapat mengalihkan atensi kita.
- Informasi Berlebihan (Information Overload): Terlalu banyak data atau tugas yang harus diproses sekaligus dapat membanjiri kapasitas atensi kita, membuat kita sulit memutuskan ke mana harus fokus.
Atensi di Era Digital: Krisis Fokus Global
Era digital telah membawa kemudahan dan konektivitas yang luar biasa, namun juga menjadi biang keladi krisis atensi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sejak kemunculan internet, smartphone, dan media sosial, rentang perhatian kolektif kita tampak semakin menyusut.
Dampak Smartphone dan Media Sosial
Smartphone, dengan notifikasi yang terus-menerus dan akses instan ke dunia informasi dan hiburan, adalah alat distraksi yang paling ampuh. Setiap "ping" atau getaran adalah panggilan untuk mengalihkan atensi, menarik kita dari tugas yang sedang kita lakukan. Aplikasi media sosial dirancang secara cermat oleh para insinyur dan psikolog untuk memaksimalkan keterlibatan pengguna, yang berarti memaksimalkan waktu atensi kita pada platform mereka. Algoritma yang personalisasi, "like" instan, dan "fear of missing out" (FOMO) menciptakan lingkaran umpan balik adiktif yang sangat sulit dipatahkan.
Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata orang memeriksa ponsel mereka puluhan, bahkan ratusan kali sehari. Setiap kali kita beralih ke ponsel dan kemudian mencoba kembali ke tugas sebelumnya, ada "biaya peralihan atensi" (attention residue) yang membuat kita membutuhkan waktu lebih lama untuk sepenuhnya fokus kembali.
Informasi Berlebihan (Information Overload)
Internet memberikan kita akses tak terbatas ke informasi, tetapi juga membanjiri kita dengan data. Otak kita tidak dirancang untuk memproses volume informasi sebesar ini setiap detik. Akibatnya, kita sering merasa kewalahan, sulit untuk membedakan antara yang penting dan tidak penting, dan akhirnya hanya memindai informasi dangkal tanpa pemahaman mendalam.
Mitos Multitasking
Banyak dari kita bangga dengan kemampuan "multitasking" kita, percaya bahwa kita bisa melakukan beberapa hal sekaligus secara efisien. Namun, ilmu saraf dan psikologi telah berulang kali membuktikan bahwa multitasking sejati, yaitu memproses dua tugas kognitif secara paralel, hampir tidak mungkin. Yang kita lakukan sebenarnya adalah "task switching" atau peralihan tugas yang cepat. Setiap peralihan ini menghabiskan energi kognitif, memperlambat kita, meningkatkan kemungkinan kesalahan, dan mengurangi kualitas pekerjaan.
Ekonomi Atensi (Attention Economy)
Kita hidup di era "ekonomi atensi" di mana komoditas paling berharga bukanlah uang atau data, melainkan atensi kita. Perusahaan teknologi, pemasar, dan bahkan media berlomba-lomba untuk merebut dan mempertahankan atensi kita. Mereka menggunakan berbagai trik psikologis untuk membuat kita terus "terkunci" pada layar dan konten mereka. Memahami bahwa atensi kita adalah aset yang berharga adalah langkah pertama untuk merebut kembali kendali.
Konsekuensi Kekurangan Atensi
Dampak dari atensi yang terfragmentasi dan sulit difokuskan meluas ke hampir setiap aspek kehidupan kita, baik secara pribadi maupun profesional.
Produktivitas dan Kualitas Kerja Menurun
Ini adalah konsekuensi yang paling jelas. Jika kita tidak bisa fokus pada satu tugas dalam waktu yang memadai, pekerjaan kita akan membutuhkan waktu lebih lama untuk diselesaikan, dan kualitasnya akan menurun. Kesalahan meningkat, detail penting terlewatkan, dan hasil akhir menjadi kurang memuaskan. Pekerjaan yang membutuhkan pemikiran mendalam (deep work) menjadi hampir mustahil.
Kesalahan Fatal dan Risiko Keselamatan
Dalam profesi tertentu, seperti pilot, dokter bedah, pengemudi, atau operator mesin, kekurangan atensi bisa berakibat fatal. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, distraksi saat mengemudi atau berjalan kaki dapat menyebabkan kecelakaan serius.
Kesehatan Mental yang Buruk
- Stres dan Kecemasan: Perasaan terus-menerus dikejar waktu, tidak mampu menyelesaikan tugas, atau kewalahan oleh informasi dapat menyebabkan tingkat stres dan kecemasan yang tinggi.
- Kelelahan Mental (Burnout): Upaya terus-menerus untuk memerangi distraksi dapat menguras energi mental, menyebabkan kelelahan ekstrem dan sinisme terhadap pekerjaan.
- Depresi: Beberapa penelitian menunjukkan korelasi antara penggunaan media sosial yang berlebihan dan kurangnya atensi dengan peningkatan risiko depresi, terutama pada kaum muda.
- Penurunan Kualitas Tidur: Paparan cahaya biru dari layar sebelum tidur dan pikiran yang berpacu karena informasi berlebihan dapat mengganggu pola tidur yang sehat, yang pada gilirannya memperburuk atensi keesokan harinya.
Hubungan Interpersonal yang Terganggu
Saat kita terus-menerus memeriksa ponsel atau melamun saat berinteraksi dengan orang lain, kita tidak memberikan "atensi penuh" kepada mereka. Hal ini dapat membuat lawan bicara merasa tidak dihargai, menyebabkan kesalahpahaman, dan pada akhirnya merusak kualitas hubungan kita dengan teman, keluarga, dan rekan kerja.
Pembelajaran yang Tidak Efektif
Untuk belajar secara efektif, kita perlu memproses, memahami, dan menginternalisasi informasi. Ini membutuhkan atensi berkelanjutan. Jika kita hanya memindai buku atau video pembelajaran sambil memeriksa notifikasi, informasi tidak akan disimpan dengan baik di memori jangka panjang.
Strategi Meningkatkan Atensi: Membangun Otot Fokus Anda
Kabar baiknya, atensi adalah keterampilan yang dapat dilatih dan ditingkatkan. Dengan strategi yang tepat dan disiplin, kita dapat merebut kembali kendali atas fokus kita.
1. Praktikkan Mindfulness dan Meditasi
Mindfulness adalah praktik kesadaran penuh terhadap momen sekarang tanpa penghakiman. Meditasi mindfulness adalah salah satu cara paling efektif untuk melatih atensi. Dengan secara sadar mengarahkan fokus pada napas, sensasi tubuh, atau suara, dan kemudian mengembalikannya setiap kali pikiran mulai melayang, Anda melatih "otot" atensi Anda.
- Manfaat: Meningkatkan kemampuan atensi selektif dan berkelanjutan, mengurangi stres, meningkatkan regulasi emosi, dan bahkan menyebabkan perubahan struktural di otak yang mendukung fokus.
- Tips Praktis: Mulailah dengan 5-10 menit meditasi setiap hari. Gunakan aplikasi meditasi terpandu jika Anda pemula. Perhatikan napas Anda saat makan atau berjalan.
2. Terapkan Teknik Manajemen Waktu yang Efektif
Struktur dapat menjadi sekutu terkuat atensi. Teknik manajemen waktu membantu kita mengalokasikan waktu spesifik untuk tugas-tugas yang membutuhkan fokus.
- Teknik Pomodoro: Bekerja selama 25 menit dengan fokus penuh, diikuti istirahat 5 menit. Setelah empat "pomodoro", istirahat lebih lama (15-30 menit). Ini melatih atensi berkelanjutan dalam blok waktu yang terkelola dan memberikan istirahat yang teratur untuk mencegah kelelahan.
- Time Blocking: Jadwalkan blok waktu spesifik untuk tugas-tugas tertentu dalam kalender Anda. Selama blok waktu tersebut, berikan atensi penuh pada tugas tersebut dan hindari gangguan lainnya.
- Matrix Eisenhower: Kategorikan tugas berdasarkan urgensi dan kepentingan (Urgent/Important, Important/Not Urgent, Urgent/Not Important, Not Urgent/Not Important). Ini membantu Anda memprioritaskan dan mengarahkan atensi pada hal yang benar-benar penting.
3. Ciptakan Lingkungan yang Optimal
Lingkungan fisik kita memiliki dampak besar pada kemampuan kita untuk fokus.
- Minimalisir Gangguan Visual: Bersihkan meja kerja Anda dari kekacauan. Kurangi dekorasi yang berlebihan yang bisa menarik perhatian.
- Reduksi Kebisingan: Gunakan headphone peredam bising, putar musik instrumental yang menenangkan (jika membantu), atau cari tempat yang tenang untuk bekerja.
- Penerangan yang Baik: Pastikan Anda memiliki penerangan yang cukup, idealnya cahaya alami. Pencahayaan yang buruk dapat menyebabkan kelelahan mata dan mengurangi fokus.
- Atur Suhu dan Kenyamanan: Pastikan Anda nyaman secara fisik. Suhu yang terlalu panas atau dingin, atau kursi yang tidak ergonomis, dapat mengganggu konsentrasi.
4. Istirahat yang Cukup dan Berkualitas
Kurang tidur adalah salah satu musuh terbesar atensi. Otak membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan diri, mengonsolidasi memori, dan mempersiapkan diri untuk fungsi kognitif yang optimal. Tidur yang tidak memadai dapat mengurangi kemampuan atensi selektif dan berkelanjutan.
- Tidur Malam yang Cukup: Usahakan 7-9 jam tidur setiap malam secara konsisten.
- Jeda Singkat (Micro-breaks): Bahkan istirahat 5-10 menit setelah 45-60 menit kerja intens dapat menyegarkan pikiran dan meningkatkan atensi. Lakukan peregangan, lihat keluar jendela, atau minum air.
- Tidur Siang (Naps): Tidur siang singkat (20-30 menit) dapat meningkatkan kewaspadaan dan kinerja kognitif tanpa menyebabkan inersia tidur.
5. Nutrisi dan Gaya Hidup Sehat
Apa yang kita masukkan ke dalam tubuh kita sangat memengaruhi kemampuan otak kita untuk berfungsi optimal.
- Makanan Seimbang: Konsumsi makanan kaya antioksidan, asam lemak omega-3 (ikan berlemak, biji-bijian), buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh. Hindari gula olahan dan makanan cepat saji yang dapat menyebabkan fluktuasi energi dan kabut otak.
- Hidrasi yang Cukup: Dehidrasi ringan pun dapat memengaruhi konsentrasi dan suasana hati. Minumlah air yang cukup sepanjang hari.
- Olahraga Teratur: Aktivitas fisik meningkatkan aliran darah ke otak, yang mendukung fungsi kognitif termasuk atensi. Bahkan jalan kaki singkat dapat menyegarkan pikiran.
6. Latih Otak Anda
Sama seperti otot fisik, otak juga dapat dilatih untuk meningkatkan kemampuannya.
- Membaca Mendalam: Bacalah buku, artikel panjang, atau literatur yang membutuhkan konsentrasi. Hindari kebiasaan hanya memindai.
- Permainan Kognitif: Teka-teki silang, sudoku, catur, atau aplikasi pelatihan otak tertentu dapat membantu melatih memori kerja, kecepatan pemrosesan, dan atensi.
- Belajar Keterampilan Baru: Mempelajari bahasa baru, alat musik, atau keterampilan kompleks lainnya memaksa otak untuk membentuk koneksi saraf baru dan meningkatkan fleksibilitas kognitif.
7. Manajemen Teknologi yang Disiplin
Ini mungkin adalah langkah paling krusial di era digital.
- Matikan Notifikasi: Nonaktifkan semua notifikasi yang tidak esensial dari ponsel dan komputer Anda. Anda yang memutuskan kapan harus memeriksa pesan, bukan perangkat Anda.
- Batasi Waktu Layar: Tetapkan batas waktu harian untuk penggunaan media sosial atau hiburan digital. Gunakan aplikasi pelacak waktu jika perlu.
- "Digital Detox": Sesekali, luangkan waktu seharian atau bahkan lebih lama tanpa perangkat digital. Gunakan waktu ini untuk aktivitas yang membutuhkan atensi penuh seperti membaca, berjalan-jalan di alam, atau berinteraksi langsung.
- Mode "Jangan Ganggu" (Do Not Disturb): Manfaatkan fitur ini saat Anda perlu fokus mendalam.
- Jauhkan Ponsel: Saat bekerja atau belajar, letakkan ponsel di ruangan lain atau di laci yang tidak terlihat. "Out of sight, out of mind" sangat efektif.
8. Prioritaskan dan Klarifikasi Tujuan
Seringkali, kita kehilangan fokus karena tidak yakin apa yang harus difokuskan. Dengan tujuan yang jelas, atensi kita memiliki arah.
- Tetapkan Tujuan SMART: Spesifik, Terukur, Dapat Dicapai, Relevan, Berbatas Waktu. Ini membantu memberikan kejelasan.
- Daftar Tugas Harian: Buat daftar 3-5 tugas terpenting yang harus diselesaikan setiap hari. Prioritaskan ini di atas segalanya.
- Aturan "Satu Hal": Saat mengerjakan proyek, identifikasi "satu hal" terpenting yang perlu Anda lakukan saat ini dan berikan atensi penuh padanya.
9. Latih Fokus Mendalam (Deep Work)
Konsep "Deep Work" yang dipopulerkan oleh Cal Newport adalah kemampuan untuk fokus pada tugas kognitif yang menantang tanpa distraksi, mendorong kemampuan kognitif Anda hingga batasnya. Ini adalah keterampilan yang dapat dilatih.
- Jadwalkan Sesi Deep Work: Alokasikan blok waktu yang tidak terputus (misalnya, 90 menit) untuk Deep Work.
- Singkirkan Semua Distraksi: Masuk ke mode "gua" atau "perpustakaan", matikan internet (jika memungkinkan), matikan ponsel, dan beritahu orang lain agar tidak mengganggu Anda.
- Latih Diri untuk Merasa Bosan: Saat tidak bekerja, jangan langsung meraih ponsel. Biarkan pikiran Anda melayang, biarkan kebosanan muncul. Ini melatih toleransi Anda terhadap jeda dan memperkuat kemampuan untuk fokus saat dibutuhkan.
10. Manajemen Stres dan Emosi
Stres dan emosi yang tidak terkelola adalah pencuri atensi yang signifikan. Belajar mengelola emosi Anda akan secara langsung meningkatkan kapasitas fokus Anda.
- Jurnal: Menuliskan pikiran dan perasaan dapat membantu membersihkan kepala dan mengurangi beban mental yang mengganggu atensi.
- Pernapasan Dalam: Teknik pernapasan dapat menenangkan sistem saraf dan mengembalikan Anda ke keadaan yang lebih fokus.
- Terapi Kognitif Perilaku (CBT): Untuk masalah stres dan kecemasan yang lebih parah, CBT dapat memberikan alat untuk mengelola pikiran dan emosi yang mengganggu.
Atensi dalam Konteks Spesifik
Pentingnya atensi melampaui produktivitas pribadi. Ia merupakan fondasi bagi berbagai aspek kehidupan.
Atensi dalam Pembelajaran
Kemampuan untuk menyerap informasi baru, memahaminya, dan mengingatnya sangat bergantung pada atensi. Di kelas, atensi selektif membantu siswa mendengarkan guru dan mengabaikan teman yang berbisik. Saat belajar mandiri, atensi berkelanjutan memungkinkan siswa membaca buku pelajaran atau mengerjakan tugas kompleks.
- Strategi: Aktif mendengarkan, membuat catatan tangan (bukan mengetik), mengajukan pertanyaan, mengajarkan materi kepada orang lain.
Atensi dalam Pekerjaan
Dalam dunia kerja yang kompetitif, kemampuan untuk fokus dan menghasilkan pekerjaan berkualitas tinggi adalah aset yang tak ternilai. Baik Anda seorang programmer yang membutuhkan konsentrasi untuk menulis kode, seorang desainer yang memerlukan atensi detail, atau seorang manajer yang harus menganalisis data kompleks, atensi adalah kunci keberhasilan.
- Strategi: Prioritaskan tugas, hindari notifikasi saat "deep work", tetapkan batasan waktu untuk rapat dan email, delegasikan tugas jika memungkinkan.
Atensi dalam Hubungan Sosial
Memberikan atensi penuh kepada orang lain adalah bentuk penghargaan tertinggi dan fondasi komunikasi yang efektif. Mendengarkan secara aktif, menatap mata, dan tidak terganggu oleh perangkat seluler saat berinteraksi membangun kepercayaan dan memperdalam ikatan. Kurangnya atensi dalam percakapan dapat menyebabkan kesalahpahaman, perasaan tidak dihargai, dan keretakan hubungan.
- Strategi: Letakkan ponsel, buat kontak mata, dengarkan untuk memahami, bukan hanya untuk membalas, ajukan pertanyaan klarifikasi.
Atensi dan Kreativitas
Meskipun seringkali dianggap sebagai proses yang spontan, kreativitas seringkali membutuhkan atensi yang mendalam. Kemampuan untuk berkonsentrasi pada suatu masalah, menjelajahi berbagai kemungkinan, dan kemudian membiarkan pikiran "berkeliaran" (mode difus) juga membutuhkan dasar atensi yang kuat. Gagasan inovatif sering muncul ketika kita telah secara intensif memusatkan perhatian pada suatu masalah dan kemudian memberi otak ruang untuk memprosesnya di latar belakang.
- Strategi: Dedikasikan waktu untuk eksplorasi ide tanpa gangguan, catat semua ide (bahkan yang tampak konyol), beri waktu untuk refleksi dan jeda mental.
Masa Depan Atensi: Sebuah Tantangan yang Terus Berkembang
Dengan kemajuan teknologi yang pesat, tantangan terhadap atensi kita kemungkinan akan terus meningkat. Metaverse, kecerdasan buatan, dan antarmuka otak-komputer mungkin akan memperkenalkan bentuk-bentuk distraksi dan interaksi yang sama sekali baru.
Oleh karena itu, kemampuan untuk mengelola dan melindungi atensi kita akan menjadi keterampilan yang semakin penting bagi setiap individu. Ini bukan lagi hanya tentang produktivitas, tetapi tentang otonomi, kesehatan mental, dan bahkan makna hidup. Jika kita tidak mengendalikan atensi kita, orang lain atau algoritma yang akan mengendalikannya.
Membangun kesadaran kolektif tentang krisis atensi ini adalah langkah penting. Masyarakat, pendidik, dan pembuat kebijakan perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk fokus, daripada terus-menerus merangsang dan mengganggu kita.