Menjelajahi Keindahan dan Misteri Kepulauan Aru Indonesia

Ilustrasi stilasi burung endemik dan flora Kepulauan Aru, simbol kekayaan biodiversitasnya.

Di ujung timur Nusantara, tersembunyi sebuah gugusan pulau yang menyimpan keindahan alam tiada tara dan kekayaan budaya yang otentik: Kepulauan Aru. Gugusan pulau yang berada di Provinsi Maluku ini seringkali luput dari perhatian, padahal ia adalah permata yang menunggu untuk dijelajahi. Dari hutan lebat yang menjadi rumah bagi spesies endemik langka hingga perairan biru jernih yang memeluk terumbu karang yang hidup, Aru menawarkan pengalaman otentik yang tak terlupakan bagi siapa pun yang bersedia menyingkap tabirnya.

Artikel ini akan membawa Anda dalam sebuah perjalanan komprehensif untuk memahami lebih dalam Kepulauan Aru. Kita akan mengupas tuntas mulai dari geografi dan demografinya, menelusuri jejak sejarah yang membentuk identitasnya, menyelami keanekaragaman hayati yang menakjubkan baik di darat maupun di laut, hingga mengungkap kearifan lokal dan potensi ekonominya. Lebih dari sekadar destinasi wisata, Aru adalah sebuah narasi tentang kehidupan yang harmonis antara manusia dan alam, sebuah cerminan kekayaan Indonesia yang sesungguhnya.

Geografi dan Letak Strategis Kepulauan Aru

Kepulauan Aru merupakan bagian dari Provinsi Maluku, Indonesia, dan terletak di antara Laut Arafura di sebelah timur dan selatan, serta Laut Banda di sebelah barat laut. Gugusan ini terdiri dari lebih dari 100 pulau besar dan kecil, dengan tiga pulau utama yang paling menonjol yaitu Pulau Wokam, Pulau Kobroor, dan Pulau Tanahbesar (Jemja). Secara administratif, Kepulauan Aru merupakan sebuah kabupaten dengan Dobo sebagai ibu kota, yang terletak di Pulau Wamar.

Posisi Geografis dan Karakteristik Fisik

Secara geografis, Aru berada di lempeng Sahul, yang secara geologis masih terhubung dengan daratan Papua dan Australia. Koneksi geologis ini menjadi kunci mengapa Aru memiliki keanekaragaman hayati yang unik, mirip dengan wilayah Papua. Topografi pulau-pulau ini cenderung datar hingga bergelombang ringan, dengan sebagian besar wilayah ditutupi oleh hutan hujan tropis yang lebat, hutan mangrove, dan savana.

Aru memiliki garis pantai yang panjang dengan banyak teluk, laguna, dan muara sungai. Perairan di sekitarnya dikenal sangat kaya akan sumber daya kelautan, dengan kedalaman yang bervariasi dari dangkal di sekitar pesisir hingga sangat dalam di beberapa cekungan laut. Iklim di Aru adalah tropis, dengan dua musim utama: musim kemarau dan musim hujan, yang dipengaruhi oleh angin muson.

Letak Kepulauan Aru yang strategis di jalur perdagangan kuno antara Asia Tenggara, Papua, dan Australia, telah menjadikannya titik persinggahan penting sejak berabad-abad lalu. Meskipun terpencil, posisinya memberikan keuntungan tersendiri dalam konteks biodiversitas dan potensi maritim.

Jejak Sejarah: Kisah Aru dari Masa Lalu

Sejarah Kepulauan Aru adalah tapestry yang kaya akan interaksi budaya, perdagangan, dan kolonialisme. Jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa, Aru telah menjadi bagian integral dari jaringan perdagangan maritim Nusantara.

Periode Pra-Kolonial

Bukti arkeologis menunjukkan bahwa Kepulauan Aru telah dihuni oleh manusia sejak ribuan tahun lalu. Penduduk asli Aru, yang memiliki kekerabatan dengan suku-suku di Papua, telah mengembangkan sistem sosial dan budaya yang kompleks. Mereka dikenal sebagai pelaut ulung dan pedagang yang aktif dalam pertukaran komoditas seperti mutiara, teripang, kerang, dan hasil hutan lainnya dengan pedagang dari Makasar, Bugis, Jawa, bahkan dari Asia Tenggara lainnya.

Aru juga memiliki tradisi lisan yang kaya, menceritakan tentang asal-usul, migrasi, dan mitos-mitos yang membentuk identitas kolektif mereka. Sistem kepemimpinan tradisional berbasis marga dan adat istiadat telah mengakar kuat dan masih lestari hingga saat ini.

Pengaruh Kolonialisme

Pada abad ke-16 dan ke-17, Aru mulai menarik perhatian kekuatan kolonial Eropa, terutama Belanda dan Inggris, karena kekayaan sumber daya alamnya. Komoditas seperti rempah-rempah (meskipun tidak sebanyak di Maluku Utara), mutiara, dan teripang menjadi daya tarik utama.

VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda, secara bertahap memperluas pengaruhnya di Aru. Namun, karena letaknya yang relatif terpencil dan tantangan geografis, kontrol Belanda di Aru tidak seintens di pusat-pusat rempah-rempah lainnya. Meskipun demikian, Aru tetap menjadi bagian dari jaringan perdagangan dan politik kolonial Belanda, yang berdampak pada struktur sosial dan ekonomi masyarakatnya.

Periode ini ditandai dengan perubahan dalam pola perdagangan, pengenalan agama baru (Kristen dan Islam), serta sistem administrasi kolonial yang menggantikan sebagian tatanan adat. Namun, masyarakat Aru tetap mempertahankan banyak aspek budaya dan identitas mereka, menunjukkan ketahanan yang luar biasa.

Aru di Era Kemerdekaan Indonesia

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Kepulauan Aru secara resmi menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proses integrasi ini tidak selalu mulus, mengingat letak geografisnya yang terpencil dan kurangnya infrastruktur. Pembangunan di Aru berjalan perlahan, dengan fokus pada sektor perikanan dan pertanian.

Peran Aru dalam pembangunan nasional terus berkembang, terutama dengan pengakuan akan potensi maritim dan keanekaragaman hayati yang luar biasa. Pemerintah mulai meningkatkan perhatian terhadap Aru, baik dalam hal konservasi alam, pengembangan ekonomi berkelanjutan, maupun peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Tantangan seperti isolasi geografis, keterbatasan akses, dan isu-isu lingkungan tetap menjadi perhatian utama dalam upaya memajukan Kepulauan Aru.

Demografi dan Kekayaan Budaya Aru

Masyarakat Kepulauan Aru adalah cerminan dari kekayaan etnis dan budaya Indonesia. Mereka adalah pewaris tradisi panjang yang diwariskan secara turun-temurun, membentuk identitas yang unik dan kuat.

Kelompok Etnis dan Bahasa

Mayoritas penduduk asli Aru berasal dari rumpun Melanesia, dengan ciri fisik dan budaya yang memiliki kemiripan dengan suku-suku di Papua. Namun, karena sejarah panjang interaksi dan perdagangan, terdapat pula pengaruh dari suku-suku lain di Nusantara seperti Bugis, Makasar, Jawa, dan Tionghoa, yang kini telah berasimilasi atau membentuk komunitas mereka sendiri.

Kepulauan Aru sangat kaya akan bahasa daerah. Ada beberapa bahasa Aruik yang digunakan di gugusan pulau ini, seperti Lorang, Kompane, Karey, dan Tarangan, yang masing-masing memiliki dialek dan variasi unik. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pemersatu dan bahasa pengantar dalam pendidikan serta pemerintahan.

Tradisi, Adat Istiadat, dan Kehidupan Sosial

Masyarakat Aru sangat menjunjung tinggi adat istiadat yang telah mengakar dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sistem kekerabatan, upacara adat, dan hukum adat masih sangat dihormati dan dijalankan. Salah satu aspek penting adalah hubungan yang kuat dengan alam, tercermin dalam praktik-praktik konservasi tradisional dan ritual yang menghormati laut dan hutan.

Kehidupan sosial di Aru umumnya bersifat komunal, dengan semangat gotong royong yang tinggi. Acara-acara adat seperti perkawinan, kematian, atau panen, menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga. Musik, tarian, dan cerita rakyat juga menjadi bagian tak terpisahkan dari ekspresi budaya Aru.

Seni dan kerajinan tangan lokal juga sangat berkembang, dengan produk-produk seperti anyaman, ukiran kayu, dan perhiasan dari kerang mutiara yang menunjukkan keterampilan dan kreativitas masyarakat Aru. Ini bukan hanya karya seni, tetapi juga refleksi dari nilai-nilai budaya dan spiritual mereka.

Sistem Kepercayaan

Mayoritas penduduk Kepulauan Aru memeluk agama Kristen Protestan dan Katolik, serta Islam. Namun, kepercayaan tradisional dan animisme tetap hidup berdampingan, terutama dalam bentuk ritual dan penghormatan terhadap leluhur serta kekuatan alam. Sinkretisme ini menciptakan lanskap spiritual yang kaya dan unik di Aru.

Perayaan hari-hari besar keagamaan dirayakan dengan meriah, seringkali diwarnai dengan sentuhan tradisi lokal. Kehidupan beragama yang harmonis menjadi salah satu ciri khas masyarakat Aru, di mana toleransi dan saling menghormati adalah nilai yang dijunjung tinggi.

Aru: Surga Keanekaragaman Hayati di Darat dan Laut

Kepulauan Aru adalah salah satu hotspot keanekaragaman hayati yang paling penting di Indonesia, bahkan di dunia. Letaknya yang berada di garis Wallacea dan Sahul memberikannya perpaduan unik antara flora dan fauna Asia dan Australia.

Flora yang Menakjubkan

Hutan hujan tropis Aru sangat lebat dan beragam, menjadi rumah bagi ribuan spesies tumbuhan. Pohon-pohon raksasa menjulang tinggi, epifit dan anggrek hutan tumbuh subur, menciptakan ekosistem yang kompleks. Beberapa jenis kayu berharga seperti merbau dan besi juga ditemukan di sini. Selain itu, Aru juga memiliki ekosistem mangrove yang luas, yang berperan penting sebagai nursery bagi berbagai jenis ikan dan krustasea, serta sebagai benteng alami terhadap abrasi pantai.

Kawasan pesisir juga dihiasi oleh padang lamun yang luas, menyediakan makanan dan tempat berlindung bagi mamalia laut seperti dugong dan penyu laut. Keunikan flora Aru juga terletak pada adanya beberapa spesies tumbuhan yang hanya ditemukan di wilayah ini, menjadikannya laboratorium alam yang berharga bagi para peneliti botani.

Fauna Endemik dan Langka

Keunikan fauna Aru adalah daya tarik utamanya, dengan banyak spesies endemik yang tidak ditemukan di tempat lain. Ini mencakup baik mamalia, burung, reptil, maupun serangga.

Kehidupan Laut yang Spektakuler

Perairan Kepulauan Aru adalah salah satu surga bawah laut yang belum banyak terjamah. Terumbu karang yang luas dan sehat membentang di bawah permukaan, menjadi rumah bagi ribuan spesies ikan karang berwarna-warni, moluska, dan krustasea.

Terumbu karang di Aru sangat vital bagi ekosistem laut. Mereka tidak hanya menyediakan habitat bagi kehidupan laut, tetapi juga melindungi garis pantai dari erosi. Beberapa situs penyelaman di Aru menawarkan pemandangan yang tak tertandingi, dengan formasi karang keras dan lunak yang beragam, serta visibilitas air yang sangat jernih.

Selain ikan karang, perairan Aru juga menjadi jalur migrasi bagi mamalia laut besar seperti dugong, lumba-lumba, dan berbagai jenis paus. Penyu laut (penyu hijau, penyu sisik, penyu belimbing) juga sering terlihat di perairan ini, bahkan beberapa pantai di Aru adalah tempat mereka bertelur. Kekayaan ini menjadikan Aru sebagai salah satu target utama untuk konservasi laut.

Sumber daya perikanan Aru juga sangat melimpah, dari ikan pelagis seperti tuna dan cakalang, hingga ikan demersal dan berbagai jenis moluska seperti teripang, mutiara, dan kerang raksasa. Inilah yang menjadi tulang punggung ekonomi bagi sebagian besar masyarakat Aru.

Ekonomi dan Potensi Pembangunan Berkelanjutan

Ekonomi Kepulauan Aru didominasi oleh sektor perikanan dan kelautan, namun potensi pengembangan sektor lain juga sangat menjanjikan, terutama pariwisata berkelanjutan.

Sektor Perikanan dan Kelautan

Dengan perairan yang luas dan kaya, perikanan menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian besar penduduk Aru. Hasil laut seperti ikan, udang, teripang, kepiting, dan mutiara menjadi komoditas ekspor penting. Budidaya mutiara di Aru terkenal hingga mancanegara, menghasilkan mutiara berkualitas tinggi yang sangat dihargai.

Namun, tantangan dalam sektor ini adalah praktik penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan dan penangkapan ilegal yang mengancam kelestarian sumber daya laut. Upaya konservasi dan pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab menjadi sangat krusial untuk memastikan keberlanjutan sektor ini bagi generasi mendatang.

Pertanian dan Kehutanan

Meskipun tidak sebesar sektor perikanan, pertanian juga menjadi penopang ekonomi lokal. Komoditas pertanian meliputi sagu, kelapa, umbi-umbian, dan berbagai jenis buah-buahan tropis. Sagu, sebagai makanan pokok tradisional, memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Aru.

Sektor kehutanan menghasilkan kayu-kayu berkualitas tinggi. Namun, pengelolaan hutan yang lestari adalah kunci untuk menghindari deforestasi dan kerusakan lingkungan. Integrasi antara kehutanan dan konservasi menjadi penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem.

Potensi Pariwisata Berkelanjutan

Aru memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, terutama untuk ekowisata dan wisata bahari. Keindahan alam yang masih perawan, keanekaragaman hayati yang unik, dan kekayaan budaya yang otentik adalah daya tarik utama.

Destinasi potensial meliputi:

Pengembangan pariwisata di Aru harus dilakukan secara berkelanjutan, dengan melibatkan masyarakat lokal dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Infrastruktur seperti akses transportasi, akomodasi, dan fasilitas pendukung lainnya perlu ditingkatkan, namun tetap menjaga kelestarian alam dan budaya Aru.

Tantangan dan Upaya Konservasi

Meskipun memiliki kekayaan yang luar biasa, Kepulauan Aru menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diatasi untuk memastikan kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakatnya di masa depan.

Ancaman Lingkungan

Ancaman utama meliputi deforestasi akibat penebangan liar, penangkapan ikan yang merusak (seperti penggunaan bom dan sianida), perburuan ilegal terhadap spesies langka (terutama burung cendrawasih dan mamalia endemik), serta perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan permukaan air laut dan pemutihan karang. Sampah plastik juga menjadi isu yang semakin mendesak, mengancam ekosistem pesisir dan laut.

"Melindungi Kepulauan Aru bukan hanya tentang menjaga keindahan alam, tetapi juga tentang melestarikan warisan bumi yang tak ternilai bagi generasi mendatang."

Keterbatasan Infrastruktur dan Aksesibilitas

Keterpencilan Aru menyebabkan keterbatasan dalam akses transportasi (udara dan laut), listrik, air bersih, serta fasilitas pendidikan dan kesehatan. Hal ini menjadi hambatan dalam pengembangan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Peningkatan infrastruktur yang terencana dan berkelanjutan sangat dibutuhkan.

Upaya Konservasi dan Perlindungan

Berbagai upaya telah dilakukan untuk melindungi keanekaragaman hayati Aru. Penetapan beberapa wilayah sebagai kawasan konservasi, seperti taman laut dan cagar alam, adalah langkah penting. Organisasi nirlaba lokal dan internasional juga terlibat dalam program konservasi, mulai dari penelitian, patroli anti-perburuan, hingga edukasi masyarakat.

Pentingnya pelibatan masyarakat lokal dalam setiap program konservasi juga tidak bisa diabaikan. Penanaman kesadaran akan pentingnya menjaga alam sejak dini melalui pendidikan, serta pemberdayaan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan, adalah kunci keberhasilan konservasi di Aru.

Pemerintah juga mulai menggencarkan program-program pengembangan ekonomi yang berbasis konservasi, seperti ekowisata dan perikanan berkelanjutan, untuk memberikan alternatif mata pencarian bagi masyarakat tanpa harus merusak lingkungan.

Perjalanan Menuju Aru: Tips dan Persiapan

Bagi Anda yang tertarik untuk menjelajahi keindahan Kepulauan Aru, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk memastikan perjalanan yang aman dan menyenangkan.

Akses Menuju Aru

Gerbang utama menuju Kepulauan Aru adalah melalui ibu kota Dobo.

Setelah tiba di Dobo, untuk menjelajahi pulau-pulau lain di gugusan Aru, Anda bisa menyewa perahu motor atau kapal nelayan lokal. Pastikan untuk selalu bernegosiasi harga dan pastikan aspek keselamatan.

Akomodasi dan Fasilitas

Dobo memiliki beberapa penginapan sederhana atau hotel kecil. Di luar Dobo, akomodasi sangat terbatas, mungkin hanya tersedia homestay di desa-desa nelayan yang bisa memberikan pengalaman lokal yang otentik. Fasilitas umum seperti listrik dan air bersih mungkin tidak selalu tersedia 24 jam, terutama di pulau-pulau terpencil.

Hal yang Perlu Disiapkan

Mengunjungi Aru adalah sebuah petualangan yang membutuhkan jiwa penjelajah dan apresiasi terhadap alam serta budaya. Namun, imbalannya adalah pengalaman yang tak ternilai, jauh dari hiruk pikuk modern, di tengah keindahan yang masih asri.

Aru di Mata Dunia: Pesona yang Terungkap

Meskipun terpencil, pesona Kepulauan Aru perlahan mulai menarik perhatian global. Para peneliti, konservasionis, fotografer, dan sedikit wisatawan petualang telah mulai menyingkap keajaiban tersembunyi ini, membawa Aru ke panggung internasional.

Penelitian Ilmiah dan Ekspedisi

Aru telah menjadi lokasi penting bagi berbagai ekspedisi ilmiah, terutama dalam bidang biologi kelautan, ornitologi (ilmu burung), dan botani. Keunikan posisi geografisnya di perbatasan Wallacea dan Sahul menjadikannya area studi yang menarik untuk memahami evolusi spesies dan distribusi biodiversitas. Hasil-hasil penelitian ini seringkali diterbitkan dalam jurnal-jurnal ilmiah internasional, mengangkat nama Aru di kalangan komunitas ilmiah global.

Penemuan spesies baru atau pemahaman yang lebih mendalam tentang ekosistem langka di Aru turut memperkuat argumen untuk perlindungan dan konservasi wilayah ini. Banyak lembaga penelitian dan universitas dari berbagai negara telah mengirimkan tim ke Aru untuk melakukan studi lapangan, memperkaya data tentang kekayaan alam Indonesia.

Pencitraan Media dan Dokumenter

Beberapa rumah produksi film dokumenter dan majalah-majalah pariwisata serta lingkungan hidup internasional telah membuat liputan khusus tentang Aru. Kisah-kisah tentang keindahan terumbu karangnya, tarian eksotis cendrawasih, atau kehidupan sehari-hari masyarakat Aru, telah ditampilkan kepada audiens yang lebih luas. Pencitraan ini tidak hanya mempromosikan Aru sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai area penting untuk konservasi lingkungan.

Fotografer satwa liar sering menjadikan Aru sebagai target utama untuk mengabadikan momen langka dari spesies endemik. Gambar-gambar menakjubkan dari burung cendrawasih, kuskus, atau lanskap bawah laut Aru seringkali memenangkan penghargaan internasional, semakin menyorot keunikan dan pentingnya Aru.

Peran Komunitas Internasional dalam Konservasi

Melihat urgensi konservasi di Aru, beberapa organisasi konservasi internasional telah menjalin kemitraan dengan pemerintah daerah dan masyarakat lokal. Program-program ini berfokus pada:

Keterlibatan komunitas internasional ini menunjukkan bahwa Kepulauan Aru bukan hanya aset bagi Indonesia, tetapi juga bagian dari warisan alam global yang harus dilindungi bersama. Dukungan ini sangat vital mengingat tantangan besar yang dihadapi Aru.

Masa Depan Kepulauan Aru: Harapan dan Tantangan

Masa depan Kepulauan Aru adalah tentang menyeimbangkan antara pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat dan pelestarian alam yang menjadi identitas serta sumber kehidupan mereka. Ini adalah tugas kolektif yang membutuhkan visi jangka panjang.

Pembangunan Berkelanjutan

Strategi pembangunan di Aru harus mengedepankan prinsip keberlanjutan. Ini berarti:

Pemerintah daerah bersama pemerintah pusat dan mitra pembangunan harus bekerja sama untuk menyusun rencana induk pembangunan Aru yang komprehensif, inklusif, dan berwawasan lingkungan.

Peran Masyarakat Adat

Masyarakat adat Aru adalah penjaga kearifan lokal yang telah terbukti menjaga kelestarian alam selama berabad-abad. Pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak masyarakat adat, serta pelibatan mereka dalam setiap proses pengambilan keputusan terkait pengelolaan sumber daya alam, adalah krusial.

Pengetahuan tradisional mereka tentang hutan, laut, dan cuaca adalah aset berharga yang dapat diintegrasikan dengan ilmu pengetahuan modern untuk menciptakan solusi konservasi yang lebih efektif dan sesuai dengan konteks lokal. Pemberdayaan komunitas melalui program-program yang mendukung praktik-praktik berkelanjutan akan memperkuat ketahanan mereka.

Konservasi adalah Investasi

Melihat Aru sebagai aset global berarti menganggap konservasi bukan sebagai beban, melainkan sebagai investasi jangka panjang. Investasi ini akan menghasilkan manfaat ekologis (penjaga iklim, penyedia air bersih, pelindung keanekaragaman hayati), ekonomi (pariwisata, perikanan lestari), dan sosial budaya (identitas, warisan). Kesadaran ini harus terus dibangun, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.

Aru adalah laboratorium alam yang hidup, sebuah mosaik ekosistem dan budaya yang saling terkait. Menjaga Aru adalah menjaga sepotong surga yang belum terjamah, memastikan bahwa keindahannya dapat dinikmati dan dipelajari oleh generasi yang akan datang.

Penutup: Pesan dari Hati Aru

Kepulauan Aru adalah lebih dari sekadar gugusan pulau; ia adalah sebuah ekosistem yang bernafas, sebuah museum hidup dari sejarah dan budaya, serta sebuah mercusuar keanekaragaman hayati yang tak ternilai harganya. Setiap jengkal tanahnya, setiap tetes air lautnya, menyimpan cerita dan keajaiban yang menunggu untuk ditemukan dan dilindungi.

Melalui artikel ini, kami berharap dapat sedikit banyak membuka mata dan hati Anda terhadap pesona Aru. Mungkin, suatu hari nanti, Anda akan tergerak untuk mengunjungi pulau-pulau ini, bukan hanya sebagai turis, tetapi sebagai seorang penjelajah yang bertanggung jawab, yang datang untuk belajar, mengagumi, dan berkontribusi pada pelestarian permata tersembunyi Indonesia ini.

Aru mengajarkan kita bahwa kekayaan sejati bukan hanya tentang materi, melainkan tentang keharmonisan dengan alam, kekuatan komunitas, dan ketahanan dalam menghadapi perubahan. Ia adalah pengingat bahwa di tengah dunia yang terus berubah, masih ada tempat-tempat di mana keindahan murni dan kehidupan otentik tetap lestari, menunggu untuk kita jaga bersama.

Semoga perjalanan kita menelusuri Kepulauan Aru ini memberikan inspirasi dan kesadaran akan betapa berharganya setiap sudut Nusantara kita.