Di tengah lanskap pegunungan yang megah dan lembah-lembah hijau subur di Asia Tengah, tersembunyi kekayaan budaya yang tak ternilai, diwujudkan dalam bentuk melodi yang mengalir dari alat musik tradisional. Salah satu permata sonik yang paling memukau dari wilayah ini adalah arbab, sebuah instrumen senar yang secara khusus erat kaitannya dengan tradisi musik rakyat Afghanistan dan beberapa wilayah tetangganya. Arbab bukan sekadar alat musik; ia adalah penjaga cerita, pembawa emosi, dan simbol identitas budaya yang telah bertahan melintasi generasi dan gejolak sejarah.
Mendengar suara arbab adalah seperti menyelami kedalaman jiwa Afghanistan itu sendiri. Nada-nada yang dihasilkan dapat menjadi melankolis dan meratap, menggambarkan penderitaan dan kerinduan, atau sebaliknya, penuh semangat dan riang gembira, mengiringi tarian dan perayaan. Keunikan suaranya, yang seringkali digambarkan memiliki kualitas yang "menggumam" atau "meratap," menjadikannya pusat perhatian dalam ansambel musik tradisional, baik sebagai instrumen melodi utama maupun sebagai pengiring yang harmonis.
Dalam artikel panjang ini, kita akan menjelajahi setiap aspek dari arbab, mulai dari asal-usulnya yang misterius, evolusinya yang kaya, konstruksinya yang rumit namun artistik, hingga teknik permainannya yang memerlukan keterampilan tinggi. Kita akan menelusuri peran integralnya dalam berbagai tradisi musik dan upacara budaya, penyebarannya di berbagai wilayah, serta tantangan yang dihadapinya di era modern dan upaya-upaya untuk melestarikan warisan berharga ini. Bersiaplah untuk sebuah perjalanan mendalam ke jantung musik Afghanistan melalui pesona arbab.
Sejarah alat musik arbab, seperti banyak tradisi lisan lainnya di Asia Tengah, terjalin erat dengan mitos dan legenda, serta jejak-jejak migrasi dan interaksi budaya yang telah membentuk wilayah tersebut selama berabad-abad. Akar arbab dapat ditelusuri kembali ke instrumen senar kuno yang tersebar luas di peradaban Persia, Asia Tengah, dan anak benua India. Konon, arbab adalah salah satu turunan langsung atau saudara dekat dari rubab, sebuah instrumen yang memiliki kedudukan penting dalam sejarah musik Persia dan Afghanistan.
Istilah "rubab" sendiri memiliki etimologi yang menarik, berasal dari bahasa Arab yang berarti "satu yang memiliki banyak muka" atau "yang berbunyi dengan banyak suara," sebuah deskripsi yang cocok untuk instrumen serbaguna ini. Rubab diyakini telah ada sejak milenium pertama Masehi, dengan bukti-bukti awal yang ditemukan dalam seni dan sastra kuno. Selama berabad-abad, rubab mengalami berbagai modifikasi dan adaptasi regional, melahirkan instrumen-instrumen serupa namun unik di berbagai kebudayaan.
Transformasi dari rubab kuno ke arbab yang kita kenal sekarang adalah sebuah proses panjang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk ketersediaan bahan, preferensi musisi, dan kebutuhan akustik dalam konteks ansambel tertentu. Sementara rubab seringkali dikaitkan dengan musik klasik dan istana, arbab cenderung lebih dekat dengan tradisi musik rakyat, terutama di kalangan etnis Pashtun dan Tajik di Afghanistan timur dan selatan, serta beberapa komunitas di Pakistan barat laut.
Perjalanan sejarah arbab juga tak lepas dari jalur perdagangan kuno seperti Jalur Sutra. Jalur ini bukan hanya sarana pertukaran barang, tetapi juga koridor vital bagi penyebaran ide, filosofi, seni, dan tentu saja, musik. Alat musik seperti arbab dan kerabatnya mungkin telah melakukan perjalanan jauh, beradaptasi dengan budaya lokal di setiap persinggahan. Interaksi antara musisi dari berbagai latar belakang etnis dan geografis berperan penting dalam pembentukan karakteristik unik arbab.
Pada masa-masa kejayaannya, arbab adalah instrumen yang sangat dihormati dan dimainkan di berbagai acara, mulai dari pertemuan keluarga intim hingga perayaan besar di desa. Namun, sejarah Afghanistan yang bergolak, termasuk invasi asing dan konflik internal, telah menempatkan tekanan besar pada pelestarian tradisi budaya, termasuk musik. Banyak musisi terpaksa mengungsi, dan transmisi pengetahuan dari generasi ke generasi terganggu. Meskipun demikian, semangat arbab terus menyala, dijaga oleh para penjaga tradisi yang gigih.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun ada kemiripan antara arbab dan rubab, keduanya memiliki perbedaan signifikan dalam detail konstruksi, jumlah senar, teknik permainan, dan repertoire musik yang dimainkan. Arbab seringkali memiliki leher yang lebih panjang dan ramping, dan terkadang jumlah senarnya lebih sedikit dibandingkan rubab yang lebih kompleks. Perbedaan-perbedaan ini mencerminkan adaptasi instrumen terhadap kebutuhan dan estetika musik rakyat setempat.
Dalam konteks modern, dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pelestarian warisan budaya, ada upaya yang dilakukan untuk mendokumentasikan dan mempromosikan arbab. Organisasi-organisasi budaya, baik lokal maupun internasional, berupaya mendukung musisi dan pembuat instrumen, serta mendirikan sekolah-sekolah musik untuk mengajarkan teknik permainan arbab kepada generasi muda. Melalui upaya kolektif ini, suara kuno arbab diharapkan akan terus bergema di masa depan, menceritakan kisah-kisah masa lalu dan menginspirasi generasi mendatang.
Arbab adalah contoh nyata dari keahlian tangan dan pemahaman mendalam tentang akustik yang dimiliki oleh para pengrajin tradisional. Setiap bagian instrumen dirancang dengan cermat untuk berkontribusi pada kualitas suara dan daya tahan. Meskipun ada variasi regional, struktur dasar arbab konsisten dan mencerminkan filosofi desain yang berakar pada tradisi.
Secara umum, arbab terdiri dari beberapa komponen kunci:
Pembuatan arbab adalah seni yang membutuhkan kesabaran, keahlian, dan pemahaman mendalam tentang karakteristik kayu dan kulit. Prosesnya dimulai dengan pemilihan kayu. Kayu murbei (tut) atau kenari adalah pilihan umum karena kepadatan dan resonansinya yang baik. Pengrajin akan memilih balok kayu yang tepat, seringkali dari pohon yang sudah tua, dan kemudian memahatnya menjadi bentuk mangkuk resonansi. Proses pemahatan ini adalah bagian yang paling memakan waktu dan membutuhkan keahlian tinggi untuk memastikan ketebalan dinding yang seragam dan bentuk internal yang optimal.
Setelah badan terbentuk, kulit hewan dipersiapkan. Kulit direndam, dibersihkan, dan kemudian diregangkan di atas mulut mangkuk resonansi. Pengeringan dan penegangan kulit ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencapai ketegangan yang tepat. Proses ini dapat memakan waktu beberapa hari atau minggu, tergantung pada kondisi cuaca dan metode pengeringan.
Sementara itu, leher dan kepala instrumen diukir dan dihaluskan. Lubang untuk pasak penala dibor dengan presisi. Pasak penala sendiri juga dibuat dari kayu keras dan dibentuk agar pas dengan lubang. Terkadang, pasak ini diberi sentuhan akhir dengan lilin atau minyak untuk memastikan putaran yang lancar namun tetap kencang.
Setelah semua bagian utama siap, perakitan dimulai. Leher dipasang dengan kuat ke badan. Jembatan ditempatkan, dan senar diikatkan. Tahap terakhir adalah penyetelan awal dan penyesuaian minor untuk memastikan instrumen menghasilkan suara terbaik. Seluruh proses pembuatan sebuah arbab dapat memakan waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, mencerminkan dedikasi dan keahlian tinggi dari para pengrajin.
Setiap arbab yang dibuat oleh pengrajin ahli adalah unik, membawa jejak tangan pembuatnya dan mencerminkan nuansa artistik yang berbeda. Kerumitan konstruksi dan bahan alami yang digunakan tidak hanya memberikan arbab karakternya yang khas tetapi juga menjadikannya sebuah karya seni yang dapat dinikmati secara visual maupun auditori.
Memainkan arbab adalah sebuah seni yang membutuhkan kombinasi antara kepekaan musikal, kekuatan jari, dan pemahaman mendalam tentang melodi dan ritme tradisional. Teknik permainan arbab berbeda secara signifikan dari instrumen senar lainnya, menawarkan suara yang unik dan ekspresif yang menjadi ciri khas musik Afghanistan.
Arbab biasanya dipegang secara horizontal atau sedikit miring di pangkuan pemain, dengan leher menjulur ke samping. Posisi ini memungkinkan pemain untuk dengan mudah mengakses senar dengan tangan dominan (biasanya tangan kanan) untuk memetik, dan tangan non-dominan (tangan kiri) untuk menekan senar pada leher, mengubah nada.
Penyetelan arbab bervariasi tergantung pada tradisi regional dan jenis musik yang akan dimainkan. Tidak ada satu penyetelan standar universal. Namun, musisi seringkali menyetel senar-senar utama dalam interval kuart atau kuint. Senar-senar resonansi, jika ada, biasanya disetel untuk beresonansi secara harmonis dengan senar-senar melodi, memperkaya gema dan kedalaman suara.
Pemain arbab menggunakan plectrum (pemantik) atau jari-jari tangan kanan untuk memetik senar. Plectrum tradisional seringkali terbuat dari tulang, cangkang kura-kura, atau bahkan irisan kulit. Pemilihan bahan plectrum memengaruhi serangan dan sustain suara. Teknik memetik sangat bervariasi:
Keunikan petikan arbab seringkali terletak pada dinamika dan nuansa, bukan hanya kecepatan. Musisi terampil dapat mengubah warna suara hanya dengan sedikit perubahan pada sudut dan kekuatan petikan.
Tangan kiri bertanggung jawab untuk menentukan nada melodi dengan menekan senar pada leher. Karena arbab tradisional seringkali tidak memiliki fret, pemain harus mengembangkan indra pendengaran yang sangat akurat dan presisi jari yang luar biasa untuk menghasilkan nada yang tepat. Ini memungkinkan mereka untuk memainkan mikroton dan melodi yang sangat ornamen, yang merupakan ciri khas musik tradisional Asia Tengah.
Musik yang dimainkan dengan arbab seringkali berakar pada tradisi lisan, dengan penekanan kuat pada improvisasi dalam kerangka mode melodi (sering disebut rag atau maqam dalam tradisi yang lebih luas). Musisi akan mengikuti melodi dasar atau tema, tetapi kemudian mengembangkannya dengan variasi, ornamen, dan bagian improvisasi yang mencerminkan kreativitas pribadi mereka.
Struktur musikal seringkali mengikuti format yang fleksibel: sebuah pengantar lambat dan meditatif (seringkali tanpa iringan ritmis), diikuti oleh bagian-bagian yang lebih cepat dan ritmis. Arbab sering dimainkan dalam konteks ansambel kecil, di mana ia berinteraksi dengan instrumen lain seperti tabla (gendang), harmonium, atau sarangi. Dalam ansambel ini, arbab dapat menjadi instrumen melodi utama, pengiring yang harmonis, atau bahkan mengambil peran sebagai instrumen ritmis dengan pola petikan yang cepat dan berulang.
Ekspresi musikal arbab sangat terkait dengan emosi. Dari melodi yang meratap kesedihan hingga irama yang membangkitkan semangat sukacita, arbab adalah media yang ampuh untuk menyampaikan pengalaman manusia. Pemain yang mahir tidak hanya memainkan nada, tetapi juga "menceritakan kisah" melalui instrumen mereka, menarik pendengar ke dalam narasi sonik yang kaya.
Mempelajari arbab adalah sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan bimbingan dari master musisi (ustad) dan dedikasi yang tak tergoyahkan. Setiap petikan, setiap nada, dan setiap improvisasi adalah refleksi dari warisan budaya yang mendalam dan ekspresi jiwa seorang seniman.
Arbab bukan hanya sebuah instrumen; ia adalah pilar budaya, narator sejarah, dan pembawa emosi yang mendalam dalam masyarakat Afghanistan dan wilayah sekitarnya. Perannya meluas jauh melampaui sekadar hiburan, menyentuh inti identitas spiritual, sosial, dan artistik komunitas.
Dalam konteks musik tradisional Afghanistan, arbab seringkali menjadi bagian integral dari ansambel kecil yang disebut "dasta". Ansambel ini biasanya terdiri dari arbab sebagai instrumen melodi utama, ditemani oleh instrumen perkusi seperti tabla (sepasang gendang tangan) yang menyediakan fondasi ritmis yang kompleks, dan kadang-kadang harmonium (organ reed genggam) untuk akord dan melodi pendukung. Instrument lain yang mungkin ikut serta adalah dilruba atau sarangi (instrumen gesek) atau tanbur (instrumen senar panjang). Interaksi antara instrumen-instrumen ini menciptakan tekstur sonik yang kaya dan dinamis, di mana setiap instrumen memiliki ruang untuk bersinar sekaligus berkontribusi pada keseluruhan harmoni.
Dalam ansambel, arbab seringkali memimpin melodi, dengan karakter suaranya yang khas mampu menembus dan menambahkan kedalaman pada aransemen. Keunikan arbab, terutama senar simpatiknya, menciptakan gema yang "berkumandang" di latar belakang, memberikan dimensi etereal pada musik. Ini memungkinkan arbab untuk berfungsi sebagai jembatan antara melodi yang langsung dan resonansi yang lebih halus, mengisi ruang sonik dengan aura misterius dan meditatif.
Arbab sangat serbaguna dan ditemukan dalam berbagai genre musik:
Arbab juga memiliki peran yang tak tergantikan dalam berbagai upacara dan ritual sosial. Kehadirannya tidak hanya sebagai hiburan, melainkan sebagai elemen esensial yang memberikan makna dan atmosfer pada peristiwa penting:
Bagi masyarakat Afghanistan, arbab lebih dari sekadar instrumen musik; ia adalah simbol dari warisan budaya yang kaya dan identitas nasional. Suaranya membangkitkan rasa nostalgia akan tanah air, mengingat pegunungan dan lembah, serta semangat pantang menyerah rakyatnya.
Para musisi arbab seringkali sangat dihormati dalam komunitas mereka. Mereka adalah penjaga tradisi, pembawa obor seni yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Melalui musik mereka, mereka tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik, menginspirasi, dan mempertahankan ikatan budaya yang kuat.
Meskipun menghadapi ancaman modernisasi dan konflik, arbab terus menjadi suara yang berani, meratapi masa lalu, merayakan masa kini, dan menyuarakan harapan untuk masa depan. Perannya dalam musik dan budaya tidak dapat diremehkan, menjadikannya salah satu permata paling bersinar dalam khazanah seni Afghanistan.
Meskipun arbab paling erat dikaitkan dengan Afghanistan, instrumen dan variannya memiliki jejak yang lebih luas di seluruh wilayah Asia Tengah dan anak benua India, mencerminkan sejarah panjang interaksi budaya dan migrasi. Keberadaan arbab atau instrumen yang sangat mirip di berbagai wilayah menunjukkan betapa dinamisnya evolusi musik dan bagaimana instrumen beradaptasi dengan preferensi lokal.
Di Afghanistan, arbab tersebar luas, namun konsentrasinya sangat terlihat di wilayah timur dan selatan, terutama di provinsi-provinsi yang mayoritas penduduknya adalah etnis Pashtun, seperti Kandahar, Ghazni, dan Nangarhar. Di sini, arbab adalah instrumen utama dalam musik rakyat dan perayaan. Juga ditemukan di antara masyarakat Tajik dan Hazara di wilayah lain, menunjukkan kemampuannya untuk melintasi batas-batas etnis.
Dalam setiap kelompok etnis dan wilayah, arbab mungkin memiliki sedikit perbedaan dalam penyetelan, gaya permainan, atau bahkan ornamen visual. Misalnya, arbab yang dimainkan di perbatasan Pakistan mungkin memiliki gaya yang lebih cepat dan ritmis, dipengaruhi oleh musik rakyat daerah Peshawar, sementara arbab di lembah-lembah pegunungan mungkin memainkan melodi yang lebih lambat dan meditatif.
Di Pakistan, varian arbab yang dikenal sebagai rubab (atau seringkali juga disebut arbab secara umum) adalah instrumen ikonik, khususnya di provinsi Khyber Pakhtunkhwa (sebelumnya NWFP), dengan kota Peshawar sebagai pusat kebudayaan Pashtun. Rubab Peshawar memiliki beberapa perbedaan tipis dari arbab Afghanistan, meskipun garis keturunannya jelas sama. Ini seringkali memiliki bodi yang sedikit lebih besar dan mungkin menggunakan senar yang berbeda. Rubab di sini adalah inti dari musik Pashto, yang seringkali energik dan berirama, mengiringi tarian pedang tradisional seperti attan.
Musisi rubab di Pakistan, seperti di Afghanistan, sangat dihormati. Banyak keluarga musisi telah mewariskan tradisi ini selama bergenerasi-generasi. Konser dan acara musik dengan rubab sangat populer di kalangan komunitas Pashtun, baik di Pakistan maupun di kalangan diaspora global.
Di negara-negara Asia Tengah seperti Tajikistan, Uzbekistan, dan bahkan di beberapa bagian Tiongkok (seperti Xinjiang di kalangan Uighur), ditemukan instrumen yang sangat mirip dengan arbab, yang sering disebut sebagai rubab atau dutar (meskipun dutar memiliki leher yang lebih panjang dan bodi yang berbeda). Rubab Tajik dan Uzbek, misalnya, seringkali lebih bervariasi dalam bentuk dan ukuran, dan beberapa mungkin memiliki fret yang lebih jelas atau senar ganda.
Variasi ini menunjukkan bahwa konsep instrumen senar berleher panjang dengan bodi berlapis kulit adalah kuno dan tersebar luas. Setiap budaya telah mengadaptasinya sesuai dengan kebutuhan estetika dan fungsional musik mereka. Misalnya, rubab Kashgar dari Xinjiang Tiongkok memiliki bentuk yang sangat berbeda, dengan bodi yang lebih kecil dan membulat, namun tetap berbagi karakteristik dasar dengan arbab Afghanistan.
Beberapa faktor berkontribusi pada variasi regional arbab:
Studi tentang arbab dan variannya adalah jendela menuju kompleksitas dan kekayaan sejarah musik Asia Tengah. Setiap variasi regional adalah bukti adaptasi, inovasi, dan vitalitas budaya yang terus berkembang, memperkaya khazanah musik dunia dengan melodi dan suara yang unik.
Di tengah pusaran globalisasi, modernisasi, dan gejolak sosial-politik, alat musik tradisional seperti arbab menghadapi berbagai tantangan yang mengancam kelangsungan hidupnya. Namun, di sisi lain, ada juga upaya-upaya gigih yang dilakukan untuk melestarikan dan merevitalisasi warisan budaya yang tak ternilai ini.
Meskipun menghadapi tantangan yang signifikan, ada banyak individu dan organisasi yang berdedikasi untuk memastikan bahwa suara arbab tidak akan pernah padam:
Masa depan arbab tergantung pada keseimbangan antara menghormati tradisi dan beradaptasi dengan perubahan. Dengan dedikasi yang berkelanjutan dari musisi, pengrajin, peneliti, dan komunitas, suara unik dari arbab akan terus bergema, menjadi jembatan antara masa lalu yang kaya dan masa depan yang penuh harapan.
Perjalanan kita menjelajahi dunia arbab telah membawa kita melewati lanskap sejarah yang kaya, detail konstruksi yang memukau, teknik permainan yang ekspresif, dan peran budaya yang tak tergantikan. Dari akar kuno di Asia Tengah hingga posisinya sebagai suara hati Afghanistan, arbab berdiri sebagai simbol ketahanan budaya dan keindahan artistik yang mendalam.
Kita telah melihat bagaimana arbab, dengan badan kayu padatnya yang dipahat dengan cermat, leher ramping, dan senar-senar resonansi yang bergetar secara simpatik, menghasilkan melodi yang mampu menyentuh jiwa. Suaranya yang unik—gabungan antara gumaman yang meratap dan dentingan yang penuh semangat—telah mengiringi kehidupan masyarakat selama berabad-abad, dari perayaan gembira hingga momen-momen refleksi yang mendalam.
Perannya sebagai instrumen melodi utama dalam ansambel tradisional, pengiring bagi para pendongeng, dan inti dari berbagai upacara telah mengukir posisinya bukan hanya sebagai alat musik, melainkan sebagai penjaga cerita, pemancar emosi, dan penentu identitas budaya. Variasi regionalnya di Afghanistan, Pakistan, dan wilayah Asia Tengah lainnya menunjukkan kapasitas adaptasinya yang luar biasa, sementara tetap mempertahankan esensi intinya.
Namun, seperti banyak warisan budaya lainnya di era modern, arbab tidak luput dari ancaman. Konflik, globalisasi, dan tantangan pelestarian keterampilan tradisional telah menempatkannya pada posisi yang rentan. Meskipun demikian, semangat manusia untuk mempertahankan keindahan dan warisan tidak pernah padam. Melalui upaya kolektif dari musisi yang berdedikasi, pengrajin yang terampil, organisasi budaya, dan penggemar di seluruh dunia, ada harapan yang kuat bahwa suara arbab akan terus bergema.
Arbab adalah lebih dari sekadar kumpulan kayu, kulit, dan senar; ia adalah manifestasi hidup dari sejarah, seni, dan jiwa sebuah bangsa. Mendengarkannya adalah mendengarkan gema masa lalu, merasakan denyut nadi masa kini, dan merangkul janji masa depan. Semoga melodi arbab terus mengalir, menceritakan kisah-kisah abadi, dan menginspirasi generasi yang akan datang untuk menghargai dan melestarikan kekayaan budaya dunia yang tak ternilai.