Anjing tanah, dikenal juga dengan sebutan orong-orong di banyak daerah di Indonesia, adalah salah satu serangga yang memiliki karakteristik unik dan seringkali menjadi perhatian utama bagi para petani dan pekebun. Nama "anjing tanah" sendiri cukup menarik, menggambarkan perilakunya yang mirip anjing dalam menggali tanah, meskipun secara biologis ia adalah serangga.
Serangga ini termasuk dalam famili Gryllotalpidae, dan merupakan kerabat dekat jangkrik. Ciri khasnya adalah kaki depan yang termodifikasi menjadi seperti sekop, sangat efisien untuk menggali terowongan di dalam tanah. Kemampuan menggali inilah yang membuatnya menjadi serangga yang sangat adaptif, namun juga dapat menimbulkan kerusakan signifikan pada sistem perakaran tanaman.
Artikel komprehensif ini akan membawa Anda menyelami dunia anjing tanah secara mendalam. Kita akan membahas segala aspek, mulai dari klasifikasi ilmiah, morfologi, siklus hidup yang menarik, habitat dan distribusinya di seluruh dunia, perilaku dan adaptasinya yang menakjubkan, peran ekologisnya, hingga dampak negatifnya sebagai hama pertanian. Selain itu, kami juga akan menyajikan strategi pengendalian yang efektif dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah anjing tanah, serta membahas berbagai spesies anjing tanah yang umum dan beberapa mitos serta fakta menarik seputar serangga ini. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman holistik agar kita dapat berinteraksi dengan anjing tanah, baik sebagai bagian dari ekosistem maupun sebagai tantangan dalam pertanian, dengan lebih bijak dan terinformasi.
Ilustrasi Anjing Tanah (Orong-orong) dengan ciri khas kaki depannya yang kuat untuk menggali.
Apa Itu Anjing Tanah?
Anjing tanah, atau yang dalam bahasa ilmiah dikenal sebagai Gryllotalpidae, adalah famili serangga dalam ordo Orthoptera, yang juga mencakup belalang, jangkrik, dan cengkerik. Mereka dikenal luas karena kebiasaan hidupnya di bawah tanah dan kemampuannya yang luar biasa dalam menggali. Nama umum "anjing tanah" atau "mole cricket" dalam bahasa Inggris merujuk pada kesamaan perilaku menggali mereka dengan mamalia penggali seperti anjing atau tikus tanah (mole).
Serangga ini biasanya memiliki tubuh silindris, berwarna coklat kekuningan hingga coklat gelap, dan ditutupi oleh bulu-bulu halus. Ukurannya bervariasi tergantung spesiesnya, mulai dari beberapa sentimeter hingga mencapai lebih dari 5 sentimeter pada beberapa spesies tropis. Ciri paling mencolok dan adaptif dari anjing tanah adalah kaki depannya yang sangat besar dan kuat, termodifikasi khusus untuk menggali. Kaki ini dilengkapi dengan gigi-gigi tajam yang berfungsi layaknya sekop atau cakar, memungkinkan mereka untuk dengan mudah membuat terowongan dan jaringan lorong di dalam tanah.
Anjing tanah hidup hampir sepenuhnya di bawah permukaan tanah, menggali lorong-lorong yang kompleks untuk mencari makanan, berlindung dari predator, dan berkembang biak. Mereka aktif terutama pada malam hari, dan kadang-kadang dapat terdengar suaranya yang khas—seringkali berupa desauan atau kicauan yang mirip jangkrik—terutama saat jantan memanggil betina untuk kawin. Suara ini diproduksi dengan menggesekkan bagian sayapnya, sebuah mekanisme yang umum pada Orthoptera.
Meskipun memiliki peran alami dalam ekosistem, seperti aerasi tanah melalui aktivitas penggaliannya dan sebagai bagian dari rantai makanan, anjing tanah seringkali dianggap sebagai hama serius di area pertanian dan perkebunan. Mereka dapat merusak akar tanaman, umbi-umbian, bibit muda, dan bahkan memakan tunas, menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi petani. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang biologi dan ekologi anjing tanah menjadi krusial untuk pengembangan strategi pengendalian yang efektif dan berkelanjutan.
Klasifikasi dan Morfologi Anjing Tanah
Untuk memahami anjing tanah secara lebih detail, mari kita telusuri klasifikasi ilmiah dan karakteristik morfologinya. Pengetahuan ini esensial dalam membedakan anjing tanah dari serangga lain dan juga dalam merancang metode pengendalian yang tepat.
Klasifikasi Ilmiah
Anjing tanah termasuk dalam taksonomi sebagai berikut:
- Kingdom: Animalia (Hewan)
- Filum: Arthropoda (Hewan beruas, dengan kerangka luar)
- Kelas: Insecta (Serangga)
- Ordo: Orthoptera (Ordo yang mencakup belalang, jangkrik, dan kerabatnya)
- Famili: Gryllotalpidae (Famili anjing tanah)
- Genus: Tergantung spesiesnya, contohnya Gryllotalpa, Scapteriscus, Neocurtilla.
- Spesies: Ada banyak spesies anjing tanah di seluruh dunia, masing-masing dengan ciri dan distribusi geografis yang sedikit berbeda. Contoh spesies umum adalah Gryllotalpa gryllotalpa (anjing tanah Eropa), Gryllotalpa africana (anjing tanah Afrika, juga banyak ditemukan di Asia termasuk Indonesia), dan beberapa spesies Scapteriscus di Amerika.
Penempatan mereka dalam ordo Orthoptera menunjukkan bahwa mereka memiliki beberapa ciri umum dengan jangkrik dan belalang, seperti metamorfosis tidak sempurna, alat pendengaran (tympana) yang terletak di kaki depan, dan kemampuan untuk menghasilkan suara (stridulasi).
Morfologi (Bentuk Tubuh)
Anjing tanah memiliki beberapa ciri morfologi yang khas dan sangat adaptif terhadap gaya hidupnya di bawah tanah:
Ukuran dan Bentuk Tubuh
Ukuran anjing tanah bervariasi antarspesies, namun umumnya panjang tubuhnya berkisar antara 3 hingga 5 sentimeter, meskipun ada beberapa spesies yang bisa mencapai 7 sentimeter. Tubuhnya silindris dan memanjang, bentuk ini ideal untuk bergerak melalui terowongan tanah dengan resistensi minimal. Warnanya umumnya coklat kekuningan hingga coklat gelap, yang memberikan kamuflase efektif di lingkungan tanah.
Kepala
Kepala anjing tanah relatif kecil dibandingkan dengan ukuran tubuhnya, berbentuk kerucut, dan menyatu dengan protoraks (segmen pertama toraks). Memiliki sepasang mata majemuk yang kecil, yang mungkin kurang berkembang dibandingkan serangga yang hidup di permukaan karena adaptasi terhadap kehidupan di lingkungan gelap. Antena anjing tanah pendek dan filiform (seperti benang), membantu mereka dalam navigasi di dalam terowongan dan mendeteksi sumber makanan.
Bagian mulut anjing tanah adalah tipe pengunyah (mandibulate), yang cocok untuk memakan akar tanaman, umbi-umbian, dan serangga kecil lainnya. Mandibulanya kuat dan tajam.
Toraks (Dada)
Toraks adalah bagian tubuh di mana kaki dan sayap melekat. Pada anjing tanah, protoraks (segmen toraks pertama) sangat berkembang dan kuat, berfungsi sebagai basis bagi kaki depan penggali. Bagian ini juga melindungi kepala ketika anjing tanah bergerak di dalam tanah.
Kaki: Ini adalah bagian yang paling istimewa dari morfologi anjing tanah. Kaki depan anjing tanah sangat termodifikasi menjadi struktur yang kuat dan lebar, menyerupai sekop atau cakar penggali. Tibia (betis) dan tarsus (jari kaki) kaki depan sangat pipih dan dilengkapi dengan gigi-gigi tajam yang berfungsi sebagai alat untuk memotong dan mendorong tanah. Adaptasi ini memungkinkan anjing tanah untuk menggali terowongan dengan kecepatan dan efisiensi yang luar biasa. Kaki tengah dan belakang anjing tanah lebih ramping, meskipun kaki belakang masih cukup kuat untuk mendorong tubuh ke depan saat menggali atau melompat jarak pendek di permukaan.
Sayap: Anjing tanah memiliki dua pasang sayap. Sayap depan (tegmina) tebal dan bertekstur, berfungsi sebagai pelindung sayap belakang. Sayap belakang (sayap membran) lebih besar dan tipis, digunakan untuk terbang. Meskipun beberapa spesies anjing tanah mampu terbang dengan baik, terutama saat mencari pasangan atau habitat baru, sebagian besar waktu mereka dihabiskan di bawah tanah. Sayap depan jantan juga memiliki struktur khusus untuk menghasilkan suara (stridulasi).
Abdomen (Perut)
Abdomen anjing tanah berbentuk silindris, terdiri dari beberapa segmen. Pada ujung abdomen, terdapat sepasang cerci (struktur mirip ekor) yang pendek dan berbulu, yang berfungsi sebagai organ sensorik untuk mendeteksi perubahan lingkungan atau predator. Pada betina, ovipositor (alat peletak telur) sangat pendek dan tersembunyi, berbeda dengan banyak jangkrik atau belalang lain yang memiliki ovipositor panjang dan menonjol. Ini sesuai dengan kebiasaan mereka bertelur di dalam tanah.
Secara keseluruhan, morfologi anjing tanah adalah contoh sempurna dari adaptasi evolusioner yang memungkinkan suatu organisme untuk mendominasi ceruk ekologis tertentu—dalam hal ini, kehidupan di bawah tanah. Setiap detail dari bentuk tubuhnya, dari kaki depan yang kokoh hingga tubuh yang ramping, dirancang untuk efisiensi maksimal dalam lingkungan tempat tinggalnya.
Siklus Hidup Anjing Tanah
Anjing tanah menjalani metamorfosis tidak sempurna, yang berarti mereka melewati tiga tahap utama dalam siklus hidupnya: telur, nimfa, dan dewasa. Durasi setiap tahap dan keseluruhan siklus hidup dapat bervariasi tergantung pada spesies, kondisi lingkungan, dan ketersediaan makanan, namun secara umum, siklus ini memakan waktu antara satu hingga tiga tahun.
Tahap Telur
Siklus hidup dimulai ketika anjing tanah betina dewasa bertelur. Proses ini biasanya terjadi di dalam sarang yang digalinya sendiri, beberapa sentimeter hingga puluhan sentimeter di bawah permukaan tanah. Sarang telur ini dirancang khusus untuk melindungi telur dari kekeringan, fluktuasi suhu ekstrem, dan predator. Betina dapat bertelur puluhan hingga ratusan telur dalam satu kelompok, yang disebut "clutch".
Telur anjing tanah biasanya berbentuk oval, berwarna putih pucat atau kekuningan, dan berukuran kecil. Setelah diletakkan, betina seringkali menunjukkan perilaku perawatan induk, yaitu menjaga sarang telur hingga menetas. Ini termasuk membersihkan telur dan memastikan kelembaban optimal. Periode inkubasi telur umumnya berlangsung sekitar 10 hingga 25 hari, tergantung pada suhu dan kelembaban tanah. Suhu hangat dan kelembaban tinggi mempercepat penetasan.
Tahap Nimfa
Setelah menetas, telur menghasilkan nimfa yang menyerupai anjing tanah dewasa dalam bentuk mini, tetapi tanpa sayap yang berkembang penuh dan organ reproduksi yang matang. Nimfa ini akan melalui serangkaian molting (pergantian kulit) untuk tumbuh dan berkembang. Jumlah instar (tahap antar molting) bervariasi, biasanya antara 6 hingga 10 kali.
Selama tahap nimfa, anjing tanah tetap hidup di bawah tanah, menggali lorong-lorong dan mencari makan. Mereka mulai menunjukkan perilaku menggali yang sama seperti dewasa, meskipun mungkin tidak seefisien. Kerusakan pada akar tanaman oleh anjing tanah seringkali disebabkan oleh nimfa, terutama instar yang lebih besar, karena mereka membutuhkan banyak nutrisi untuk tumbuh.
Tahap nimfa adalah tahap terlama dalam siklus hidup anjing tanah, seringkali berlangsung beberapa bulan hingga lebih dari setahun. Ini tergantung pada ketersediaan makanan, suhu, dan spesies. Pada daerah beriklim sedang, anjing tanah dapat menghabiskan musim dingin sebagai nimfa sebelum melanjutkan perkembangannya di musim semi.
Tahap Dewasa
Setelah molting terakhir, nimfa berubah menjadi anjing tanah dewasa yang sudah memiliki sayap berkembang sempurna (pada sebagian besar spesies) dan organ reproduksi yang matang. Anjing tanah dewasa dapat terbang, meskipun tidak semua spesies terbang secara teratur. Penerbangan ini sering digunakan untuk mencari pasangan atau menyebar ke habitat baru, terutama pada malam hari atau setelah hujan lebat.
Pada tahap dewasa inilah anjing tanah jantan mulai menghasilkan suara khasnya (stridulasi) untuk menarik betina. Setelah kawin, betina akan mulai mencari lokasi yang cocok untuk bertelur, memulai siklus hidup baru. Anjing tanah dewasa dapat hidup selama beberapa bulan, dan sebagian besar siklus hidup mereka dihabiskan di bawah tanah. Meskipun umur total anjing tanah (dari telur hingga dewasa mati) bisa mencapai satu hingga tiga tahun, tahap dewasa aktif mereka biasanya lebih pendek.
Fakta Menarik: Anjing tanah dewasa jantan dapat membuat "corong akustik" di pintu masuk sarangnya. Struktur ini dirancang untuk memperkuat suara panggilannya, memungkinkan suaranya terdengar lebih jauh dan menarik lebih banyak betina. Ini adalah adaptasi yang cerdik untuk reproduksi dalam lingkungan bawah tanah yang sulit.
Memahami siklus hidup anjing tanah sangat penting dalam pengembangan strategi pengendalian hama. Misalnya, menargetkan tahap telur atau nimfa muda dengan perlakuan tertentu dapat lebih efektif daripada mencoba mengendalikan populasi dewasa yang lebih menyebar dan sulit dijangkau.
Habitat dan Distribusi Anjing Tanah
Anjing tanah adalah serangga yang sangat adaptif dan memiliki distribusi geografis yang luas di seluruh dunia. Mereka dapat ditemukan di berbagai jenis habitat, meskipun ada preferensi tertentu terhadap kondisi tanah dan iklim.
Habitat Ideal
Habitat ideal bagi anjing tanah adalah tanah yang gembur, lembab, dan kaya akan bahan organik. Kondisi tanah seperti ini memungkinkan mereka untuk menggali terowongan dengan mudah dan menyediakan sumber makanan yang melimpah. Area-area berikut seringkali menjadi tempat tinggal favorit anjing tanah:
- Lahan Pertanian dan Perkebunan: Ini adalah habitat paling umum di mana anjing tanah menjadi masalah. Tanah yang diolah, diaerasi, dan diberi pupuk secara teratur menciptakan kondisi ideal bagi mereka. Tanaman budidaya juga menyediakan sumber makanan utama (akar, umbi, bibit).
- Padang Rumput dan Lapangan Golf: Anjing tanah dapat merusak rumput dengan aktivitas menggali mereka, menciptakan gundukan tanah dan merusak perakaran rumput, yang mengakibatkan bercak-bercak mati.
- Taman dan Kebun Rumah: Kebun sayur, taman bunga, dan area berumput di sekitar rumah juga rentan terhadap serangan anjing tanah, terutama jika tanahnya subur dan sering disiram.
- Area Lembab Dekat Sumber Air: Beberapa spesies anjing tanah menunjukkan preferensi untuk tinggal di dekat sumber air seperti sungai, danau, atau rawa-rawa, di mana kelembaban tanah lebih terjamin.
Tanah yang terlalu padat, kering, atau berbatu tidak disukai oleh anjing tanah karena mempersulit aktivitas penggalian mereka. Mereka juga cenderung menghindari tanah yang terlalu asam atau basa ekstrem. Kelembaban tanah adalah faktor kunci; tanah yang terlalu kering dapat membunuh telur dan nimfa muda, sementara tanah yang terlalu basah (terendam) juga tidak kondusif untuk kelangsungan hidup mereka.
Distribusi Geografis
Anjing tanah ditemukan hampir di seluruh benua di dunia, kecuali Antarktika. Keanekaragaman spesiesnya sangat tinggi di daerah tropis dan subtropis, di mana iklim hangat dan ketersediaan makanan memungkinkan siklus hidup yang lebih cepat dan populasi yang lebih besar. Namun, mereka juga ditemukan di daerah beriklim sedang, di mana mereka dapat berhibernasi sebagai nimfa atau dewasa di musim dingin.
- Eropa: Gryllotalpa gryllotalpa adalah spesies yang paling dikenal dan tersebar luas di Eropa.
- Asia: Benua Asia, termasuk Indonesia, merupakan rumah bagi berbagai spesies anjing tanah, dengan Gryllotalpa africana menjadi salah satu yang paling umum dan dikenal sebagai hama pertanian yang signifikan.
- Afrika: Seperti namanya, Gryllotalpa africana berasal dari Afrika tetapi telah menyebar ke banyak wilayah lain.
- Amerika Utara dan Selatan: Di Amerika, genus Scapteriscus dan Neocurtilla adalah yang paling dominan. Beberapa spesies Scapteriscus, seperti Scapteriscus borellii dan Scapteriscus vicinus, adalah hama invasif yang menyebabkan kerusakan parah di lahan pertanian dan lapangan golf, terutama di Amerika Serikat bagian selatan.
- Australia: Anjing tanah juga ditemukan di Australia, dengan beberapa spesies endemik.
Penyebaran anjing tanah seringkali dibantu oleh aktivitas manusia, terutama melalui transportasi tanah, tanaman yang terinfestasi, atau bahkan sebagai umpan pancing. Beberapa spesies telah menjadi invasif di luar wilayah asalnya, menyebabkan gangguan ekologis dan kerugian ekonomi yang besar.
Penting untuk Diketahui: Meskipun anjing tanah adalah hama, mereka juga memainkan peran penting dalam aerasi tanah. Terowongan yang mereka gali membantu sirkulasi udara dan air di dalam tanah, yang dapat bermanfaat bagi pertumbuhan akar tanaman. Namun, jika populasinya meledak, dampak negatifnya akan jauh melampaui manfaat ini.
Pemahaman mengenai habitat dan distribusi anjing tanah membantu dalam mengidentifikasi area berisiko tinggi dan merencanakan strategi pencegahan serta pengendalian yang lebih terarah dan efektif.
Perilaku dan Adaptasi Anjing Tanah
Anjing tanah adalah serangga yang sangat menarik dengan berbagai perilaku dan adaptasi unik yang memungkinkan mereka untuk berhasil hidup di lingkungan bawah tanah.
Perilaku Menggali
Ini adalah perilaku paling dominan dan karakteristik anjing tanah. Dengan kaki depannya yang termodifikasi, anjing tanah adalah penggali yang sangat efisien. Mereka membangun sistem terowongan yang luas di bawah permukaan tanah. Terowongan ini berfungsi untuk berbagai tujuan:
- Mencari Makanan: Anjing tanah bergerak melalui terowongan untuk mencari akar tanaman, umbi-umbian, larva serangga lain, dan cacing tanah.
- Berlindung: Terowongan memberikan perlindungan dari predator di permukaan (seperti burung, mamalia, dan reptil) serta dari kondisi lingkungan ekstrem (suhu panas, kekeringan).
- Bersarang: Betina menggali ruang khusus sebagai sarang untuk bertelur dan merawat telur-telurnya.
- Termoregulasi: Mereka dapat bergerak ke kedalaman yang berbeda di dalam tanah untuk menemukan suhu yang optimal.
Aktivitas penggalian ini seringkali meninggalkan jejak berupa gundukan tanah kecil atau punggung bukit di permukaan, yang menjadi indikator keberadaan mereka.
Perilaku Makan
Anjing tanah adalah omnivora, yang berarti mereka memakan tumbuhan dan hewan. Makanan utamanya meliputi:
- Bagian Tumbuhan: Akar, umbi, bibit, tunas muda, dan bagian bawah batang tanaman. Ini yang menjadikannya hama pertanian.
- Serangga Lain dan Invertebrata: Larva serangga, pupa, telur serangga, cacing tanah, dan bahkan terkadang anjing tanah lain yang lebih kecil. Aspek ini menunjukkan bahwa mereka juga memiliki peran sebagai predator di ekosistem bawah tanah.
Preferensi makanan dapat bervariasi antarspesies. Beberapa spesies lebih herbivora, sementara yang lain lebih karnivora atau oportunistik. Kebiasaan makan ini dapat berubah seiring tahap perkembangannya; nimfa muda mungkin lebih suka bahan organik yang meluruh, sedangkan dewasa mungkin lebih agresif dalam mencari akar atau mangsa.
Perilaku Reproduksi dan Komunikasi
Reproduksi anjing tanah melibatkan beberapa perilaku yang menarik:
- Stridulasi (Bersuara): Anjing tanah jantan menghasilkan suara khas dengan menggesekkan bagian sayap depannya. Suara ini, seringkali berupa desauan atau kicauan, berfungsi untuk menarik betina. Suara anjing tanah sering terdengar pada malam hari, terutama setelah hujan atau saat kelembaban tinggi.
- "Sarang" Akustik: Beberapa spesies jantan membangun corong atau rongga khusus di pintu masuk terowongan mereka. Struktur ini bertindak sebagai resonator, memperkuat suara panggilan mereka dan memancarkannya lebih jauh untuk menarik betina dari jarak yang lebih jauh.
- Perkawinan: Setelah betina menemukan jantan, perkawinan terjadi di dalam terowongan.
- Perawatan Induk: Anjing tanah betina menunjukkan tingkat perawatan induk yang cukup tinggi. Mereka akan menggali sarang telur, menempatkan telur dalam kelompok, dan menjaganya dari predator. Beberapa betina bahkan akan membersihkan telur dari jamur dan memastikan kelembaban optimal sampai menetas. Betina akan tetap di sarang sampai nimfa pertama menetas.
Perilaku Terbang
Meskipun sebagian besar hidupnya dihabiskan di bawah tanah, anjing tanah dewasa, terutama jantan, memiliki kemampuan terbang. Penerbangan ini biasanya terjadi pada malam hari, seringkali setelah hujan lebat atau pada malam yang lembab dan hangat. Mereka terbang untuk mencari pasangan atau untuk menyebar ke habitat baru yang lebih cocok, misalnya setelah populasi di suatu area menjadi terlalu padat atau sumber makanan menipis. Cahaya lampu sering menarik anjing tanah yang sedang terbang.
Adaptasi Terhadap Lingkungan Bawah Tanah
Anjing tanah memiliki beberapa adaptasi fisik dan fisiologis untuk kehidupan bawah tanah:
- Kaki Depan Penggali: Seperti yang sudah dibahas, kaki depan yang kuat dan berskopi adalah adaptasi paling menonjol untuk mobilitas di dalam tanah.
- Tubuh Silindris: Bentuk tubuh ini mengurangi gesekan saat bergerak melalui tanah, memungkinkan pergerakan yang lebih efisien.
- Kerangka Luar yang Kuat: Kutikula yang tebal dan kuat memberikan perlindungan dari tekanan tanah dan abrasi.
- Sensorik yang Berkembang: Antena dan cerci membantu mereka merasakan perubahan di lingkungan bawah tanah, seperti getaran, kelembaban, dan bau.
- Toleransi Terhadap Karbon Dioksida: Lingkungan bawah tanah seringkali memiliki konsentrasi CO2 yang lebih tinggi dan O2 yang lebih rendah. Anjing tanah memiliki adaptasi fisiologis untuk menoleransi kondisi ini.
- Hibernasi: Di daerah beriklim sedang, anjing tanah dapat berhibernasi di lapisan tanah yang lebih dalam selama musim dingin untuk menghindari suhu beku.
Perilaku dan adaptasi ini menjadikan anjing tanah sebagai serangga yang sangat tangguh dan sukses dalam menempati ceruk ekologis bawah tanah. Namun, adaptasi ini jugalah yang membuatnya menjadi hama yang sulit dikendalikan ketika populasinya meledak di lahan pertanian.
Peran Ekologis Anjing Tanah
Meskipun seringkali dianggap sebagai hama, anjing tanah juga memiliki peran ekologis yang tidak dapat diabaikan dalam ekosistem tanah. Memahami peran ini penting untuk mengembangkan strategi pengendalian yang seimbang dan berkelanjutan, serta untuk menghargai kompleksitas alam.
Aerasi dan Struktur Tanah
Salah satu kontribusi utama anjing tanah terhadap ekosistem adalah melalui aktivitas penggalian terowongan mereka. Saat mereka bergerak melalui tanah, mereka menciptakan jaringan lorong dan rongga. Proses ini secara alami akan:
- Mengaerasi Tanah: Terowongan-terowongan ini meningkatkan sirkulasi udara di dalam tanah, yang krusial untuk respirasi akar tanaman dan aktivitas mikroorganisme tanah.
- Meningkatkan Drainase Air: Jaringan lorong membantu air hujan atau air irigasi meresap lebih baik ke dalam tanah, mengurangi genangan air di permukaan.
- Mencampur Bahan Organik: Saat menggali, anjing tanah mencampur bahan organik dari permukaan ke lapisan tanah yang lebih dalam, membantu dekomposisi dan penyebaran nutrisi.
- Meningkatkan Struktur Tanah: Aktivitas mereka dapat membantu mencegah pemadatan tanah, menjaga struktur tanah tetap gembur dan sehat.
Dalam populasi yang terkontrol, peran ini sangat bermanfaat, mirip dengan cacing tanah yang juga dikenal sebagai "insinyur ekosistem" tanah.
Bagian dari Rantai Makanan
Anjing tanah, baik nimfa maupun dewasa, merupakan sumber makanan bagi berbagai predator alami, baik di atas maupun di bawah tanah. Mereka adalah mata rantai penting dalam jaring-jaring makanan:
- Predator di Permukaan: Burung (seperti bangau, ayam, gagak), mamalia kecil (tikus, landak, musang), reptil (ular, kadal), dan amfibi (katak, kodok) seringkali memangsa anjing tanah yang muncul ke permukaan.
- Predator Bawah Tanah: Beberapa jenis serangga predator, seperti kumbang tanah (carabid beetles), laba-laba, dan kalajengking tanah, juga memangsa anjing tanah dan nimfanya. Cacing tanah predator dan nematoda parasitik juga dapat menyerang anjing tanah.
- Sebagai Umpan: Di beberapa daerah, anjing tanah juga digunakan sebagai umpan pancing, menunjukkan nilainya sebagai biomassa dalam ekosistem.
Keberadaan anjing tanah mendukung kelangsungan hidup populasi predator-predator ini, menjaga keseimbangan ekosistem.
Predator Serangga Hama Lain (Terbatas)
Meskipun anjing tanah sering menjadi hama karena memakan akar, beberapa spesies anjing tanah atau pada tahap tertentu, juga memakan serangga lain, termasuk larva hama. Misalnya, mereka dapat memakan larva kumbang, ulat, atau telur serangga yang juga hidup di dalam tanah. Sifat omnivora mereka berarti mereka bukan hanya pemakan akar, tetapi juga predator oportunistik.
Namun, peran ini seringkali tertutupi oleh kerusakan yang mereka timbulkan pada tanaman, terutama di lingkungan pertanian monokultur di mana sumber makanan nabati melimpah.
Keseimbangan Ekosistem: Penting untuk diingat bahwa di alam, tidak ada organisme yang sepenuhnya "baik" atau "buruk". Anjing tanah, seperti banyak spesies lainnya, memiliki peran vital dalam ekosistem. Masalah muncul ketika keseimbangan alami terganggu, seringkali oleh praktik pertanian manusia, yang menyebabkan populasi anjing tanah meledak dan dampaknya menjadi merugikan. Pengendalian yang berlebihan dapat mengganggu predator alami mereka dan mikroorganisme tanah yang bergantung pada keberadaan mereka.
Oleh karena itu, ketika mempertimbangkan pengendalian anjing tanah, pendekatan yang mengintegrasikan aspek ekologis (seperti menjaga keanekaragaman hayati dan mempromosikan predator alami) seringkali lebih berkelanjutan daripada hanya mengandalkan intervensi kimiawi yang dapat merusak keseimbangan ekosistem tanah.
Anjing Tanah sebagai Hama: Dampak dan Kerusakan
Di lahan pertanian, kebun, dan lapangan golf, anjing tanah seringkali dianggap sebagai hama serius karena aktivitas penggalian dan kebiasaan makannya yang merusak. Dampak negatif ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan.
Jenis Tanaman yang Diserang
Anjing tanah memiliki spektrum tanaman inang yang luas, terutama yang memiliki sistem perakaran dangkal atau umbi-umbian di bawah tanah. Tanaman yang rentan terhadap serangan anjing tanah meliputi:
- Tanaman Serealia: Jagung, padi (terutama persemaian), gandum, dan sorgum.
- Tanaman Sayuran: Kentang, wortel, lobak, bawang, kubis, selada, tomat, terong, dan berbagai jenis kacang-kacangan.
- Tanaman Hias: Rumput di lapangan golf, taman, dan halaman rumah. Mereka juga merusak akar tanaman bunga dan semak hias.
- Bibit dan Tunas Muda: Ini adalah yang paling rentan, karena sistem perakaran mereka masih lemah dan mudah diputus.
- Tanaman Perkebunan Muda: Bibit kelapa sawit, kakao, karet, dan kopi yang baru ditanam juga dapat diserang.
Intensitas serangan dan jenis tanaman yang paling disukai dapat bervariasi tergantung pada spesies anjing tanah yang ada dan kondisi lingkungan.
Mekanisme Kerusakan
Kerusakan yang disebabkan oleh anjing tanah dapat dibagi menjadi dua kategori utama:
Kerusakan Langsung (Akibat Konsumsi)
Ini adalah kerusakan paling merugikan. Anjing tanah memakan berbagai bagian tanaman yang berada di bawah tanah:
- Pemutusan Akar: Saat anjing tanah menggali terowongan, mereka seringkali memotong akar-akar tanaman. Akar yang putus tidak dapat menyerap air dan nutrisi, menyebabkan tanaman layu dan akhirnya mati. Ini sangat merusak pada bibit muda.
- Konsumsi Umbi dan Rimpang: Untuk tanaman seperti kentang, ubi jalar, jahe, atau bawang, anjing tanah dapat menggigit dan memakan bagian umbi atau rimpang, membuat lubang atau rongga yang merusak nilai jual dan kualitas produk.
- Pemakan Bibit dan Tunas: Anjing tanah dapat memakan pangkal batang atau tunas muda yang baru tumbuh, terutama di persemaian, menyebabkan kematian bibit secara massal.
- Kerusakan pada Benih: Beberapa spesies juga memakan benih yang baru ditanam sebelum sempat berkecambah.
Kerusakan langsung ini seringkali sulit dideteksi pada awalnya karena terjadi di bawah tanah, baru terlihat ketika tanaman menunjukkan gejala layu atau mati.
Kerusakan Tidak Langsung (Akibat Aktivitas Menggali)
Meskipun tidak secara langsung memakan tanaman, aktivitas penggalian anjing tanah juga dapat menimbulkan kerusakan signifikan:
- Penggemburan Tanah Berlebihan: Di area dengan populasi anjing tanah yang sangat tinggi, aktivitas penggalian dapat membuat tanah terlalu gembur dan tidak stabil. Ini dapat mengganggu penempatan akar tanaman dan membuatnya lebih mudah tumbang.
- Pengeringan Akar: Terowongan yang dibuat anjing tanah dapat menciptakan rongga udara di sekitar akar tanaman. Ini menyebabkan akar menjadi kering dan tidak dapat menyerap air dan nutrisi secara efektif, bahkan jika tanah di sekitarnya lembab.
- Pemisahan Akar dari Tanah: Pada rumput atau tanaman kecil, aktivitas penggalian dapat mengangkat akar dari kontak dengan tanah, menyebabkan akar mengering dan tanaman mati. Ini sering terlihat sebagai bercak-bercak rumput mati.
- Gundukan Tanah dan Gangguan Permukaan: Gundukan tanah kecil yang dibuat anjing tanah di permukaan dapat mengganggu estetika lapangan golf atau taman. Pada lahan pertanian, gundukan ini dapat mengganggu proses penanaman atau pemanenan dengan mesin.
- Peningkatan Risiko Penyakit: Luka pada akar akibat gigitan anjing tanah dapat menjadi pintu masuk bagi patogen tanah seperti bakteri atau jamur, meningkatkan kerentanan tanaman terhadap penyakit.
Kerugian Ekonomi: Dampak anjing tanah sebagai hama dapat sangat besar. Di beberapa wilayah, mereka dapat menyebabkan kegagalan panen total pada tanaman tertentu. Kerugian tidak hanya berasal dari tanaman yang mati, tetapi juga dari biaya pengendalian, tenaga kerja, dan waktu yang dihabiskan untuk mengatasi infestasi.
Memahami mekanisme kerusakan ini membantu dalam identifikasi masalah lebih awal dan pemilihan metode pengendalian yang paling tepat untuk mengurangi kerugian.
Identifikasi Kerusakan dan Keberadaan Anjing Tanah
Mengidentifikasi keberadaan anjing tanah dan kerusakan yang disebabkannya sejak dini adalah kunci untuk pengendalian yang efektif. Ada beberapa tanda dan gejala yang dapat diamati, baik di permukaan maupun di bawah tanah.
Tanda-tanda di Permukaan Tanah
Beberapa indikator visual di permukaan tanah dapat menunjukkan aktivitas anjing tanah:
- Gundukan Tanah Kecil: Mirip dengan gundukan tikus tanah, tetapi biasanya lebih kecil (diameter beberapa sentimeter). Ini adalah hasil dari aktivitas penggalian mereka saat mendorong tanah ke permukaan.
- Terowongan Dangkal/Punggung Bukit yang Terangkat: Di area berumput atau lahan pertanian dengan tanah gembur, anjing tanah dapat membuat terowongan dangkal yang menyebabkan permukaan tanah terangkat seperti punggung bukit. Ini dapat terlihat jelas, terutama setelah hujan.
- Bercak Rumput atau Tanaman Mati: Area berumput yang tiba-tiba layu dan mati secara tidak beraturan, meskipun sudah disiram, bisa menjadi indikasi akar yang rusak oleh anjing tanah. Pada tanaman sayuran, terlihat tanaman layu atau mati secara mendadak tanpa sebab yang jelas.
- Lubang Kecil di Tanah: Terkadang, anjing tanah dapat membuat lubang keluar-masuk yang terlihat di permukaan, meskipun seringkali disamarkan.
- Suara Khas: Pada malam hari, terutama saat musim kawin, Anda mungkin mendengar suara kicauan atau desauan khas anjing tanah jantan yang memanggil betina. Suara ini biasanya berasal dari bawah tanah atau dekat permukaan.
- Penampakan Langsung: Anjing tanah dewasa dapat terlihat terbang menuju cahaya lampu di malam hari, atau sesekali muncul ke permukaan setelah hujan lebat atau saat terganggu.
Tanda-tanda di Bawah Tanah dan Kerusakan Tanaman
Untuk mengkonfirmasi keberadaan dan kerusakan, inspeksi lebih lanjut mungkin diperlukan:
- Sistem Perakaran yang Rusak: Jika Anda mencabut tanaman yang menunjukkan gejala layu, periksa akarnya. Akar yang terputus-putus, terpotong, atau dengan bekas gigitan adalah tanda kuat serangan anjing tanah.
- Kerusakan Umbi atau Rimpang: Pada tanaman seperti kentang, ubi jalar, atau bawang, gali dan periksa umbinya. Bekas gigitan, lubang, atau terowongan di dalam umbi menunjukkan serangan anjing tanah.
- Keberadaan Terowongan: Gali tanah di sekitar tanaman yang rusak. Anda mungkin akan menemukan jaringan terowongan yang kompleks, dan bahkan mungkin menemukan anjing tanah itu sendiri. Terowongan anjing tanah biasanya berdiameter sekitar 1-2 cm dan dapat mencapai kedalaman 30 cm atau lebih.
- Keberadaan Telur atau Nimfa: Dalam beberapa kasus, Anda mungkin menemukan sarang telur atau nimfa anjing tanah saat menggali.
Metode Deteksi Sederhana: Untuk mendeteksi anjing tanah secara aktif, Anda bisa menuangkan larutan sabun (sekitar 2 sendok makan sabun cuci piring per 4 liter air) ke area yang dicurigai. Sabun akan mengiritasi anjing tanah, memaksa mereka keluar ke permukaan dalam beberapa menit. Metode ini efektif di area rumput atau taman.
Perbedaan dengan Hama Penggali Lain
Penting untuk membedakan kerusakan anjing tanah dari hama penggali tanah lainnya:
- Tikus Tanah (Mole): Tikus tanah adalah mamalia. Gundukan tanah yang mereka buat jauh lebih besar dan seringkali berbentuk gunung berapi. Mereka memakan cacing tanah dan serangga, bukan tanaman. Terowongan tikus tanah juga lebih besar.
- Ulat Tanah (Cutworms): Ulat tanah adalah larva ngengat yang memotong batang tanaman di permukaan tanah. Mereka tidak membuat terowongan ekstensif di bawah tanah seperti anjing tanah.
- Tikus Lapangan: Tikus lapangan membuat terowongan dan memakan akar, tetapi terowongan mereka biasanya lebih besar dan tidak seluas anjing tanah. Kerusakan gigitannya juga khas mamalia.
Dengan mengenali tanda-tanda spesifik anjing tanah, petani dan pekebun dapat memastikan diagnosis yang akurat dan memilih strategi pengendalian yang paling sesuai dan efektif.
Strategi Pengendalian Anjing Tanah
Pengendalian anjing tanah memerlukan pendekatan terpadu yang menggabungkan beberapa metode untuk mencapai hasil yang efektif dan berkelanjutan. Strategi Pengelolaan Hama Terpadu (PHT/IPM) sangat dianjurkan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan kimia dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
1. Pengendalian Kultural (Kultivar)
Pengendalian kultural melibatkan modifikasi praktik pertanian untuk membuat lingkungan kurang menarik bagi anjing tanah atau untuk mengurangi dampaknya:
- Pengolahan Tanah yang Tepat: Mengolah tanah secara mendalam sebelum penanaman dapat menghancurkan telur dan nimfa anjing tanah yang berada di lapisan atas tanah. Namun, pengolahan tanah yang terlalu sering juga dapat mengganggu predator alami. Pengolahan tanah yang baik dan aerasi yang teratur dapat mencegah pemadatan tanah yang disukai anjing tanah.
- Waktu Penanaman: Menyesuaikan waktu penanaman agar bibit muda tidak bertepatan dengan puncak aktivitas anjing tanah atau periode penetasan telur dapat mengurangi kerusakan.
- Rotasi Tanaman: Menanam tanaman yang tidak disukai anjing tanah atau yang kurang rentan terhadap kerusakan akar dapat membantu memutus siklus hidup hama dan mengurangi populasi di lahan. Meskipun anjing tanah adalah omnivora dengan spektrum inang luas, rotasi tetap dapat mengurangi tekanan hama.
- Sanitasi Lahan: Membersihkan gulma dan sisa-sisa tanaman dapat mengurangi tempat berlindung dan sumber makanan alternatif bagi anjing tanah.
- Manajemen Kelembaban Tanah: Anjing tanah menyukai tanah yang lembab. Mengurangi kelembaban tanah berlebihan, misalnya dengan drainase yang baik atau irigasi yang efisien (tidak berlebihan), dapat membuat lingkungan kurang menarik bagi mereka, terutama pada tahap telur dan nimfa.
- Pemanfaatan Mulsa: Penggunaan mulsa tebal dapat menghambat anjing tanah untuk mencapai permukaan dan bertelur. Namun, mulsa juga dapat menjaga kelembaban, jadi perlu diseimbangkan.
- Menanam Tanaman Pengusir: Beberapa laporan menyarankan tanaman seperti marigold atau bawang putih memiliki efek pengusir, meskipun efektivitasnya bervariasi.
2. Pengendalian Fisik (Mekanis)
Metode pengendalian fisik melibatkan intervensi langsung untuk menangkap, membunuh, atau menghalangi anjing tanah:
- Penangkapan Manual: Jika populasinya kecil, anjing tanah dapat ditangkap secara manual, terutama pada malam hari saat mereka muncul ke permukaan atau setelah disiram dengan air sabun.
- Perangkap:
- Perangkap Ember/Jebakan Lubang: Menggali lubang dangkal (sekitar 15-20 cm) dan menempatkan ember atau wadah di dalamnya hingga mulut wadah sejajar dengan permukaan tanah. Anjing tanah yang bergerak di permukaan akan jatuh ke dalam perangkap. Efektif jika ditempatkan di jalur terowongan aktif.
- Perangkap Molase/Cairan Fermentasi: Menggunakan wadah berisi campuran air, molase, atau cairan fermentasi (misalnya bir) yang dikubur sejajar dengan permukaan tanah. Aroma manis atau fermentasi menarik anjing tanah, yang kemudian akan tenggelam.
- Barikade Fisik: Untuk melindungi area kecil seperti persemaian atau bedengan, bisa dibuat barikade fisik. Menanam tanaman dalam pot atau menggunakan jaring kawat halus yang ditanam di sekeliling area dapat menghalangi anjing tanah masuk. Kedalaman barikade harus setidaknya 15-20 cm.
- Penggunaan Cahaya: Anjing tanah tertarik pada cahaya. Memasang perangkap cahaya di malam hari dapat menarik anjing tanah dewasa yang sedang terbang, terutama saat musim kawin.
- Pemadatan Jalur Terowongan: Menginjak atau memadatkan gundukan tanah yang terlihat dapat menghancurkan terowongan dan mengganggu aktivitas mereka, meskipun ini adalah solusi sementara.
- Pengairan Banjir: Membanjiri area yang terinfestasi dapat memaksa anjing tanah keluar ke permukaan, di mana mereka dapat dikumpulkan atau menjadi mangsa predator. Namun, metode ini tidak selalu praktis atau ramah lingkungan untuk semua area.
3. Pengendalian Biologi
Pengendalian biologi memanfaatkan musuh alami anjing tanah untuk menekan populasinya. Ini adalah metode yang ramah lingkungan dan berkelanjutan:
Pemanfaatan Predator Alami
Mendorong populasi predator alami anjing tanah adalah strategi kunci:
- Burung: Ayam, itik, burung bangau, dan jenis burung pemakan serangga lainnya dapat menjadi predator efektif jika diizinkan berkeliaran di lahan.
- Mamalia: Beberapa mamalia kecil seperti tikus (rodentia), landak, atau musang dapat memangsa anjing tanah, meskipun tidak selalu diinginkan di lingkungan pertanian.
- Serangga Predator: Beberapa jenis kumbang tanah (carabid beetles) dan laba-laba juga memangsa anjing tanah dan nimfanya.
- Amfibi dan Reptil: Katak, kodok, dan ular tertentu dapat membantu mengendalikan populasi.
Menciptakan lingkungan yang mendukung predator alami ini (misalnya dengan menyediakan habitat atau mengurangi penggunaan pestisida berspektrum luas) sangat dianjurkan.
Nematoda Entomopatogen
Nematoda entomopatogenik adalah cacing mikroskopis yang secara alami memarasit dan membunuh serangga. Beberapa spesies nematoda, terutama Steinernema scapterisci dan Steinernema carpocapsae, sangat efektif dalam mengendalikan anjing tanah. Nematoda ini dapat dibeli secara komersial dan diaplikasikan ke tanah sebagai agen biokontrol.
- Mekanisme Aksi: Nematoda mencari anjing tanah di dalam tanah, memasuki tubuh serangga melalui lubang alami, dan melepaskan bakteri simbiosis yang membunuh inang dalam waktu 24-48 jam.
- Aplikasi: Aplikasi paling efektif saat tanah lembab dan suhu sesuai untuk aktivitas nematoda (biasanya 15-30°C).
Jamur Entomopatogen
Beberapa jenis jamur, seperti Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae, juga dapat digunakan sebagai agen biokontrol. Spora jamur ini menginfeksi anjing tanah saat bersentuhan, tumbuh di dalam tubuh serangga, dan akhirnya membunuhnya.
- Aplikasi: Produk jamur ini tersedia dalam bentuk spora yang dapat dicampur dengan air dan disiramkan ke tanah.
- Kondisi Ideal: Jamur memerlukan kelembaban tinggi untuk berkecambah dan menginfeksi, sehingga aplikasi setelah hujan atau irigasi sangat ideal.
Bakteri
Ada juga bakteri tertentu yang dapat menjadi patogen bagi anjing tanah, namun penggunaannya sebagai biokontrol komersial belum sepopuler nematoda dan jamur.
4. Pengendalian Kimiawi
Penggunaan insektisida kimia harus menjadi pilihan terakhir dan dilakukan dengan sangat hati-hati, mengingat potensi dampak negatifnya terhadap lingkungan, organisme non-target, dan kesehatan manusia. Jika terpaksa, pilih produk yang paling spesifik dan paling tidak berbahaya.
- Umpan Beracun (Baits): Ini adalah metode kimiawi yang paling umum dan seringkali paling efektif. Umpan yang mengandung insektisida dicampur dengan bahan makanan yang menarik bagi anjing tanah (misalnya dedak, bubuk biji kapas, atau pelet) dan disebarkan di area yang terinfestasi. Anjing tanah akan memakan umpan tersebut dan mati.
- Keuntungan: Menargetkan langsung hama, mengurangi paparan ke organisme non-target karena tidak disemprotkan secara luas.
- Perhatian: Harus hati-hati dalam penempatan agar tidak diakses oleh hewan peliharaan atau satwa liar yang tidak ditargetkan.
- Insektisida Granular: Insektisida ini berbentuk butiran dan disebarkan di permukaan tanah, kemudian disiram agar bahan aktifnya meresap ke dalam tanah dan mengenai anjing tanah.
- Insektisida Cair (Drench): Insektisida cair disemprotkan ke permukaan tanah dan kemudian disiram dengan air untuk membawa bahan aktif ke lapisan tanah tempat anjing tanah berada.
- Bahan Aktif Umum: Beberapa bahan aktif yang pernah atau masih digunakan untuk anjing tanah meliputi fipronil, bifentrin, carbaryl, atau acephate. Penting untuk selalu memeriksa peraturan lokal dan petunjuk penggunaan pada label produk, karena banyak insektisida memiliki batasan penggunaan atau telah dilarang karena isu lingkungan.
- Perlakuan Benih: Untuk beberapa jenis tanaman, benih dapat dilapisi dengan insektisida sistemik yang akan melindungi bibit muda dari serangan hama termasuk anjing tanah.
Peringatan Penting Penggunaan Bahan Kimia: Selalu baca dan ikuti petunjuk pada label insektisida. Gunakan alat pelindung diri (APD). Pertimbangkan dampaknya terhadap lebah, hewan peliharaan, satwa liar, dan lingkungan. Hindari penggunaan berlebihan yang dapat menyebabkan resistensi hama dan pencemaran tanah serta air. Prioritaskan metode non-kimiawi jika memungkinkan.
5. Pengelolaan Hama Terpadu (PHT/IPM)
Pendekatan yang paling efektif untuk mengendalikan anjing tanah adalah melalui Pengelolaan Hama Terpadu (PHT). PHT adalah strategi berbasis ekosistem yang fokus pada pencegahan jangka panjang hama atau kerusakan mereka melalui kombinasi teknik seperti pengendalian biologi, manipulasi habitat, modifikasi praktik kultural, dan penggunaan varietas resisten. Pestisida digunakan hanya jika diperlukan dan untuk meminimalkan risiko bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Langkah-langkah dalam PHT untuk anjing tanah meliputi:
- Pemantauan Rutin: Secara teratur memeriksa lahan untuk tanda-tanda anjing tanah (gundukan, terowongan, kerusakan tanaman) untuk mendeteksi masalah sejak dini.
- Identifikasi Ambang Batas: Menentukan tingkat populasi anjing tanah yang dapat ditoleransi sebelum kerusakan ekonomi menjadi signifikan. Pengendalian baru dilakukan jika populasi melebihi ambang batas ini.
- Kombinasi Metode: Menggabungkan beberapa metode pengendalian kultural, fisik, dan biologi. Misalnya, memperbaiki drainase tanah (kultural), menggunakan perangkap (fisik), dan melepaskan nematoda entomopatogen (biologi).
- Penggunaan Pestisida secara Bijak: Jika populasi sangat tinggi dan metode lain tidak memadai, gunakan pestisida sebagai upaya terakhir. Pilih pestisida yang paling spesifik, paling tidak toksik, dan aplikasikan secara tepat sasaran.
- Evaluasi: Terus mengevaluasi efektivitas strategi pengendalian yang diterapkan dan menyesuaikannya jika diperlukan.
Dengan menerapkan PHT, petani dapat mengelola populasi anjing tanah secara lebih efektif, mengurangi kerugian, dan menjaga kesehatan lingkungan pertanian dalam jangka panjang.
Spesies Anjing Tanah yang Umum
Meskipun sering disebut "anjing tanah" secara generik, terdapat banyak spesies dalam famili Gryllotalpidae, dan beberapa di antaranya memiliki distribusi luas serta dampak signifikan. Berikut adalah beberapa spesies anjing tanah yang paling umum dan dikenal:
1. Gryllotalpa africana (Anjing Tanah Afrika)
Ini adalah salah satu spesies anjing tanah yang paling tersebar luas di dunia, ditemukan di sebagian besar Afrika, Asia (termasuk Indonesia), dan bahkan beberapa bagian Eropa. Nama "Afrika" merujuk pada asal-usulnya, tetapi kemampuannya beradaptasi membuatnya menyebar luas.
- Ciri Khas: Ukurannya sedang (sekitar 3-4 cm), berwarna coklat kekuningan hingga coklat gelap. Sayap belakangnya biasanya panjang dan mampu terbang dengan baik.
- Habitat dan Kerusakan: Merupakan hama utama di lahan pertanian, kebun, dan lapangan golf, merusak akar berbagai jenis tanaman. Sangat adaptif terhadap berbagai kondisi tanah dan iklim. Di Indonesia, spesies inilah yang paling sering ditemui dan menyebabkan kerusakan.
2. Gryllotalpa gryllotalpa (Anjing Tanah Eropa)
Spesies ini merupakan anjing tanah asli Eropa dan sebagian Asia. Ini adalah spesies tipe untuk genus Gryllotalpa.
- Ciri Khas: Lebih besar dari G. africana, bisa mencapai 5 cm. Warnanya coklat gelap.
- Habitat dan Kerusakan: Juga merupakan hama di kebun dan pertanian di Eropa, meskipun populasinya di beberapa wilayah telah menurun karena hilangnya habitat dan penggunaan pestisida.
3. Genus Scapteriscus (Anjing Tanah Amerika, Anjing Tanah Mol)
Genus Scapteriscus adalah kelompok anjing tanah yang dominan di Amerika Utara dan Selatan, terutama di Amerika Serikat bagian selatan. Beberapa spesies dalam genus ini telah menjadi hama invasif yang sangat merusak.
- Spesies Umum:
- Scapteriscus vicinus (Southern Mole Cricket): Salah satu hama rumput paling merusak di Amerika Serikat bagian tenggara. Mampu terbang jauh dan berkembang biak dengan cepat.
- Scapteriscus borellii (Tawny Mole Cricket): Juga merupakan hama rumput dan tanaman pertanian yang signifikan.
- Scapteriscus acletus (Shortwinged Mole Cricket): Memiliki sayap yang lebih pendek dan kemampuan terbang yang terbatas, cenderung merusak di area yang sama.
- Ciri Khas: Berukuran mirip Gryllotalpa, tetapi mungkin memiliki variasi warna dan bentuk kaki depan yang sedikit berbeda antarspesies.
- Habitat dan Kerusakan: Sangat merusak rumput di lapangan golf, lahan rumput, dan padang rumput. Mereka juga menyerang bibit tanaman pertanian. Beberapa spesies ini dulunya diperkenalkan secara tidak sengaja dari Amerika Selatan.
4. Genus Neocurtilla
Genus ini juga ditemukan di Amerika, berbagi banyak ciri dengan Scapteriscus, tetapi memiliki beberapa perbedaan morfologi kecil.
- Spesies Umum: Neocurtilla hexadactyla (Northern Mole Cricket).
- Ciri Khas: Ditemukan lebih jauh ke utara di Amerika Utara dibandingkan spesies Scapteriscus.
- Habitat dan Kerusakan: Umumnya kurang merusak dibandingkan Scapteriscus, tetapi masih dapat menjadi hama lokal di beberapa area.
Perbedaan Antar Spesies
Meskipun semua anjing tanah memiliki kaki depan penggali yang khas, ada perbedaan halus dalam morfologi (misalnya jumlah jari pada kaki depan, panjang sayap, bentuk kepala), perilaku (intensitas suara, kebiasaan terbang), dan preferensi habitat/makanan yang digunakan oleh ahli entomologi untuk membedakan spesies. Bagi petani, perbedaan yang paling penting mungkin terletak pada tingkat kerusakan yang ditimbulkan dan efektivitas metode pengendalian yang spesifik untuk spesies dominan di wilayah mereka.
Pentingnya Identifikasi Spesies: Mengidentifikasi spesies anjing tanah yang menyerang dapat sangat membantu dalam memilih strategi pengendalian. Misalnya, nematoda Steinernema scapterisci sangat spesifik untuk spesies Scapteriscus, dan kurang efektif terhadap Gryllotalpa. Konsultasi dengan ahli pertanian lokal atau penyuluh dapat membantu dalam identifikasi yang akurat.
Kini dengan pemahaman tentang beberapa spesies anjing tanah yang umum, kita bisa lebih menghargai keanekaragaman dalam famili ini dan menyesuaikan pendekatan pengendalian kita.
Mitos dan Fakta Seputar Anjing Tanah
Seperti banyak serangga lain yang berinteraksi erat dengan manusia, anjing tanah juga dikelilingi oleh berbagai mitos dan kesalahpahaman. Mari kita luruskan beberapa di antaranya dengan fakta ilmiah.
Mitos 1: Anjing Tanah adalah Cacing Tanah yang Bermutasi
Fakta: Ini adalah kesalahpahaman umum. Anjing tanah adalah serangga sejati, bukan cacing tanah. Mereka termasuk dalam ordo Orthoptera, yang berarti mereka adalah kerabat dekat jangkrik dan belalang. Cacing tanah adalah anelida, filum yang sama sekali berbeda. Meskipun keduanya hidup di dalam tanah dan membuat terowongan, morfologi, siklus hidup, dan fisiologi mereka sangat berbeda. Kaki depan anjing tanah yang besar untuk menggali jelas membedakannya dari cacing tanah yang tidak memiliki kaki.
Mitos 2: Anjing Tanah Berbahaya bagi Manusia atau Hewan Peliharaan
Fakta: Anjing tanah umumnya tidak berbahaya bagi manusia atau hewan peliharaan. Mereka tidak menggigit atau menyengat dengan cara yang berbahaya. Kaki depannya yang kuat memang bisa mencubit jika ditangkap, tetapi tidak menyebabkan cedera serius. Meskipun mereka membawa bakteri simbiosis untuk membantu membunuh mangsa nematoda, bakteri ini tidak patogenik bagi mamalia. Kekhawatiran lebih sering muncul karena dampak pada tanaman, bukan ancaman langsung terhadap kesehatan.
Mitos 3: Anjing Tanah Hanya Memakan Akar Tanaman
Fakta: Anjing tanah adalah omnivora. Meskipun mereka memang memakan akar tanaman (yang menjadikan mereka hama pertanian), diet mereka juga mencakup serangga kecil, larva, telur serangga lain, dan cacing tanah. Beberapa spesies bahkan lebih condong ke arah karnivora. Kebiasaan makan ini bervariasi antarspesies dan mungkin juga berubah seiring tahap perkembangannya.
Mitos 4: Anjing Tanah adalah Hama Sepanjang Waktu
Fakta: Di lingkungan alami dengan populasi yang terkendali, anjing tanah memainkan peran ekologis yang bermanfaat. Aktivitas penggalian mereka membantu aerasi tanah, drainase, dan pencampuran bahan organik. Mereka juga merupakan bagian dari rantai makanan. Mereka hanya menjadi "hama" ketika populasinya meledak, biasanya di lingkungan monokultur pertanian yang menyediakan sumber makanan melimpah tanpa predator alami yang cukup, menyebabkan kerusakan yang tidak dapat ditoleransi oleh manusia.
Mitos 5: Anjing Tanah adalah Predator Tunggal dalam Ekosistem Tanah
Fakta: Anjing tanah adalah pemangsa dan juga mangsa. Mereka dimakan oleh berbagai predator seperti burung, mamalia kecil, serangga predator (kumbang tanah), dan amfibi/reptil. Selain itu, mereka juga rentan terhadap infeksi oleh patogen seperti nematoda entomopatogen dan jamur. Mereka adalah bagian integral dari jaring-jaring makanan yang kompleks di dalam dan di atas tanah.
Mitos 6: Semua Jenis Anjing Tanah Terlihat Sama dan Bertindak Sama
Fakta: Ada banyak spesies anjing tanah yang berbeda di seluruh dunia, masing-masing dengan variasi dalam ukuran, warna, morfologi kaki depan, kemampuan terbang, pola suara, dan preferensi habitat. Misalnya, beberapa spesies di Amerika (genus Scapteriscus) adalah hama yang sangat agresif, sementara spesies Gryllotalpa di Eropa dan Asia juga signifikan tetapi dengan nuansa berbeda. Pemahaman tentang spesies lokal sangat penting untuk strategi pengendalian yang tepat.
Mengapa Penting Membedakan Mitos dari Fakta? Mengetahui fakta tentang anjing tanah membantu dalam pengembangan strategi pengendalian yang lebih efektif, efisien, dan ramah lingkungan. Kesalahpahaman dapat menyebabkan praktik yang tidak perlu atau bahkan merugikan, seperti penggunaan pestisida yang berlebihan padahal metode biologi atau kultural mungkin lebih cocok.
Dengan membedakan antara mitos dan fakta, kita dapat memiliki pemahaman yang lebih akurat tentang anjing tanah dan bagaimana berinteraksi dengannya, baik sebagai bagian dari ekosistem maupun sebagai tantangan dalam pertanian.
Masa Depan dan Penelitian Anjing Tanah
Anjing tanah, sebagai serangga yang penting baik secara ekologis maupun ekonomis, terus menjadi subjek penelitian ilmiah. Pemahaman yang lebih dalam tentang biologi, ekologi, dan interaksinya dengan lingkungan sangat penting untuk pengelolaan yang berkelanjutan di masa depan.
Tantangan dan Tren Penelitian
- Pengendalian Berkelanjutan: Dengan meningkatnya kesadaran akan dampak lingkungan dari pestisida kimia, penelitian terus berfokus pada pengembangan metode pengendalian biologi dan kultural yang lebih efektif. Ini termasuk identifikasi strain nematoda atau jamur entomopatogen baru yang lebih virulen dan spesifik, serta pengembangan praktik pertanian yang mengurangi daya tarik lahan bagi anjing tanah.
- Biologi dan Ekologi Molekuler: Penggunaan teknik molekuler (misalnya, analisis DNA) membantu dalam identifikasi spesies yang lebih akurat, pelacakan jalur penyebaran spesies invasif, dan memahami variasi genetik dalam populasi anjing tanah. Ini juga membantu dalam mengidentifikasi gen-gen yang terlibat dalam resistensi terhadap pestisida atau adaptasi terhadap lingkungan tertentu.
- Perilaku dan Komunikasi: Penelitian tentang pola stridulasi anjing tanah, bagaimana mereka membangun "corong akustik", dan respons betina terhadap panggilan jantan masih terus dilakukan. Pemahaman ini dapat mengarah pada pengembangan perangkap feromon atau perangkat akustik yang mengganggu perkawinan.
- Dampak Perubahan Iklim: Perubahan iklim dapat mempengaruhi distribusi geografis anjing tanah, siklus hidup, dan intensitas serangan. Penelitian diperlukan untuk memprediksi bagaimana spesies ini akan beradaptasi dan bagaimana hal itu akan mempengaruhi pertanian di masa depan.
- Pemetaan Distribusi: Pemetaan yang lebih akurat tentang spesies anjing tanah di berbagai wilayah membantu dalam pengembangan peta risiko dan strategi pengelolaan yang lebih terarah. Teknologi GIS (Sistem Informasi Geografis) berperan besar dalam hal ini.
- Integrasi dengan Sistem Pertanian Berkelanjutan: Penelitian juga mengeksplorasi bagaimana mengintegrasikan manajemen anjing tanah ke dalam sistem pertanian organik, pertanian konservasi, dan agroekologi, di mana tujuan utamanya adalah menjaga kesehatan ekosistem secara keseluruhan.
Pentingnya Kolaborasi dan Pendidikan
Untuk mengatasi tantangan anjing tanah, kolaborasi antara peneliti, petani, penyuluh pertanian, dan pembuat kebijakan sangatlah penting. Transfer pengetahuan dari penelitian ke praktik lapangan harus ditingkatkan. Pendidikan bagi petani tentang identifikasi anjing tanah, siklus hidupnya, dan berbagai metode pengendalian (terutama PHT) akan memberdayakan mereka untuk membuat keputusan yang lebih baik di lahan mereka.
Anjing tanah, meskipun sering dianggap hama, adalah bagian integral dari keanekaragaman hayati tanah. Masa depan pengelolaan anjing tanah kemungkinan akan melibatkan pendekatan yang lebih holistik dan ekosistem-sentris, di mana tujuan bukan hanya untuk memberantas hama, tetapi untuk mengelola populasinya pada tingkat yang dapat diterima sambil menjaga kesehatan lingkungan dan produktivitas pertanian.
Kesimpulan
Anjing tanah, atau orong-orong, adalah serangga penggali yang menakjubkan dengan adaptasi unik untuk kehidupan di bawah tanah. Dari morfologi kaki depannya yang kuat hingga perilaku stridulasi yang khas, setiap aspek kehidupannya menunjukkan evolusi yang luar biasa dalam menempati ceruk ekologisnya.
Meskipun memiliki peran penting dalam aerasi tanah dan sebagai bagian dari rantai makanan di ekosistem alami, anjing tanah seringkali menjadi hama yang merugikan di sektor pertanian. Kerusakan yang ditimbulkannya pada akar, umbi, dan bibit tanaman dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi petani di seluruh dunia.
Pengelolaan anjing tanah yang efektif memerlukan pendekatan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yang memadukan berbagai strategi: mulai dari pengendalian kultural seperti rotasi tanaman dan pengelolaan kelembaban, metode fisik seperti perangkap, pengendalian biologi menggunakan predator alami dan agens biokontrol seperti nematoda entomopatogen, hingga penggunaan pestisida kimiawi sebagai pilihan terakhir dan dengan sangat bijak. Pemahaman yang akurat tentang siklus hidup dan identifikasi spesies juga krusial dalam memilih metode yang paling sesuai.
Dengan terus melakukan penelitian, meningkatkan kolaborasi, dan mengedukasi masyarakat, kita dapat mengembangkan solusi yang lebih berkelanjutan untuk mengelola populasi anjing tanah, menyeimbangkan kebutuhan produksi pangan dengan pelestarian lingkungan. Anjing tanah, dengan segala kompleksitasnya, mengingatkan kita akan pentingnya memahami dan menghormati setiap komponen dalam ekosistem kita.