Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK):
Membangun Masa Depan Pendidikan Indonesia

Pendidikan adalah fondasi kemajuan sebuah bangsa. Untuk memastikan pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan tantangan zaman, evaluasi dan asesmen sistematis mutlak diperlukan. Di Indonesia, salah satu inovasi terpenting dalam sistem evaluasi pendidikan adalah Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). ANBK hadir sebagai terobosan signifikan yang menggantikan Ujian Nasional (UN) dengan filosofi dan tujuan yang jauh berbeda, berfokus pada perbaikan kualitas pembelajaran, bukan sekadar pengukuran kelulusan individu. Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk ANBK, mulai dari latar belakang, komponen utama, proses pelaksanaan, hingga manfaat dan implikasinya bagi ekosistem pendidikan di Indonesia.

Ilustrasi Konsep Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK)

Bagian 1: Memahami Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK)

ANBK adalah program evaluasi yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mengukur mutu sistem pendidikan, bukan mutu individu peserta didik. ANBK dirancang untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang hasil belajar kognitif dan non-kognitif, serta lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran di seluruh satuan pendidikan.

1.1 Apa Itu ANBK? Definisi dan Tujuan Utama

Secara harfiah, ANBK adalah singkatan dari Asesmen Nasional Berbasis Komputer. Ini adalah evaluasi yang dilakukan secara daring atau semi-daring menggunakan perangkat komputer sebagai media utamanya. Tujuan utamanya bukan untuk menentukan kelulusan peserta didik, melainkan untuk menghasilkan informasi yang akurat dan relevan untuk perbaikan kualitas belajar-mengajar. ANBK dirancang untuk:

ANBK bukanlah pengganti Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) maupun Ujian Nasional (UN) dalam konteks kelulusan. Sebaliknya, ANBK adalah alat diagnostik sistemik yang berorientasi pada peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

1.2 Pergeseran Paradigma dari Ujian Nasional

Kehadiran ANBK menandai pergeseran paradigma yang fundamental dari Ujian Nasional (UN). Perbedaan kunci antara keduanya meliputi:

Pergeseran ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk beralih dari pengukuran hasil akhir menuju perbaikan proses pembelajaran secara berkelanjutan, dengan fokus pada kompetensi esensial yang diperlukan untuk menghadapi masa depan.

1.3 Tiga Instrumen Utama ANBK: AKM, Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar

ANBK terdiri dari tiga instrumen utama yang bekerja secara sinergis untuk menghasilkan data yang komprehensif:

  1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM): Mengukur kemampuan fundamental peserta didik dalam literasi membaca dan numerasi.
  2. Survei Karakter: Mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan profil pelajar Pancasila.
  3. Survei Lingkungan Belajar (SLB): Mengukur kualitas berbagai aspek input dan proses pembelajaran di satuan pendidikan, yang memengaruhi hasil belajar peserta didik.

Ketiga instrumen ini saling melengkapi. AKM mengukur hasil belajar kognitif, Survei Karakter mengukur hasil belajar sosial-emosional, sementara Survei Lingkungan Belajar mengukur kualitas proses pembelajaran dan iklim sekolah yang memengaruhinya. Kombinasi ketiganya memberikan gambaran menyeluruh yang jauh lebih kaya dibandingkan sekadar nilai ujian mata pelajaran.

Bagian 2: Instrumen Utama ANBK – Pilar Penilaian Kualitas Pendidikan

Memahami ketiga instrumen ANBK adalah kunci untuk mengapresiasi kedalaman dan tujuan asesmen ini. Masing-masing dirancang untuk memberikan informasi spesifik yang esensial bagi peningkatan mutu pendidikan.

2.1 Asesmen Kompetensi Minimum (AKM): Fondasi Literasi dan Numerasi

AKM adalah inti dari ANBK yang berfokus pada pengukuran kompetensi fundamental yang diperlukan peserta didik untuk dapat belajar sepanjang hayat dan berpartisipasi aktif di masyarakat. AKM tidak mengukur penguasaan materi kurikulum secara spesifik, melainkan kemampuan bernalar menggunakan konsep-konsep tersebut.

Simbol untuk Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)

2.1.1 Literasi Membaca: Memahami, Menggunakan, Mengevaluasi, dan Merefleksi

Literasi membaca bukan sekadar kemampuan membaca atau menghafal, melainkan kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksi berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan kapasitas diri sebagai warga Indonesia dan warga dunia agar dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat. Dalam AKM Literasi Membaca, ada beberapa komponen yang diukur:

Contoh soal literasi membaca tidak hanya meminta siswa mencari jawaban di teks, tetapi juga menganalisis argumen, membandingkan dua teks berbeda, atau bahkan menyimpulkan maksud tersirat dari sebuah paragraf. Ini melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi yang krusial.

2.1.2 Numerasi: Berpikir Logis dan Sistematis dengan Angka

Numerasi adalah kemampuan untuk menggunakan, menafsirkan, dan menganalisis informasi kuantitatif serta kemampuan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan angka dan matematika dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari. Ini bukan sekadar menghitung atau menghafal rumus, melainkan kemampuan bernalar matematis. Dalam AKM Numerasi, ada beberapa komponen yang diukur:

Soal numerasi menuntut peserta didik untuk berpikir kritis, seperti menganalisis grafik penjualan, menghitung kebutuhan bahan bangunan, atau memahami data statistik tentang kesehatan masyarakat. Ini memastikan matematika tidak hanya dipelajari sebagai mata pelajaran abstrak, tetapi sebagai alat untuk memahami dunia.

2.1.3 Perbedaan AKM dengan Ujian Mata Pelajaran Konvensional

Penting untuk digarisbawahi bahwa AKM sangat berbeda dengan ujian mata pelajaran konvensional. Ujian mata pelajaran berfokus pada penguasaan konten spesifik yang diajarkan dalam kurikulum mata pelajaran tertentu. Sementara itu, AKM menguji kemampuan peserta didik dalam menggunakan konsep-konsep dasar dari berbagai mata pelajaran (bukan hanya Bahasa Indonesia dan Matematika) untuk menyelesaikan masalah yang relevan dengan kehidupan nyata. AKM berupaya mengukur kompetensi lintas mata pelajaran yang esensial, bukan ingatan atau hafalan konten.

2.2 Survei Karakter: Membangun Profil Pelajar Pancasila

Survei Karakter dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari aspek sosial-emosional dan nilai-nilai luhur yang sejalan dengan Profil Pelajar Pancasila. Asesmen ini penting karena pendidikan tidak hanya tentang kecerdasan intelektual, tetapi juga pembentukan karakter.

Ilustrasi untuk Survei Karakter

2.2.1 Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang Diukur

Survei Karakter mengukur enam dimensi utama Profil Pelajar Pancasila:

  1. Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia: Mencakup akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, serta akhlak bernegara.
  2. Berkebinekaan Global: Memahami keberagaman budaya, mampu berkomunikasi lintas budaya, serta merefleksikan dan bertanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.
  3. Gotong Royong: Meliputi kolaborasi, kepedulian, dan berbagi dalam menyelesaikan tugas atau masalah bersama.
  4. Mandiri: Memiliki kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi, serta memiliki regulasi diri untuk mencapai tujuan.
  5. Bernalar Kritis: Mampu memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksikan pemikiran dan proses berpikir, serta mengambil keputusan.
  6. Kreatif: Mampu menghasilkan gagasan yang orisinal, serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.

Survei ini disajikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan berbasis skenario atau pernyataan yang harus dipilih oleh peserta didik. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran tentang seberapa jauh nilai-nilai ini telah terinternalisasi dalam diri mereka, bukan untuk menghakimi individu, melainkan untuk melihat pola di tingkat sekolah.

2.2.2 Pentingnya Pengukuran Karakter dalam Pendidikan

Pengukuran karakter melalui ANBK menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya berorientasi pada aspek kognitif, tetapi juga pada pembentukan manusia seutuhnya. Hasil survei ini membantu sekolah memahami kekuatan dan area yang perlu diperbaiki dalam pengembangan karakter peserta didik. Informasi ini krusial untuk menciptakan iklim sekolah yang positif, menumbuhkan empati, kolaborasi, dan tanggung jawab sosial.

2.3 Survei Lingkungan Belajar (SLB): Mengukur Iklim dan Proses Pembelajaran

Survei Lingkungan Belajar adalah instrumen yang paling unik dalam ANBK, karena tidak hanya ditujukan untuk peserta didik, tetapi juga untuk guru dan kepala sekolah. Tujuannya adalah mengidentifikasi faktor-faktor di lingkungan sekolah yang mendukung atau menghambat kualitas pembelajaran.

Simbol untuk Survei Lingkungan Belajar

2.3.1 Aspek-Aspek yang Diukur dalam SLB

SLB mengukur berbagai aspek penting dalam lingkungan belajar, di antaranya:

Dengan melibatkan guru dan kepala sekolah, SLB memberikan perspektif ganda (dari siswa dan dari pendidik) yang sangat berharga untuk menilai kondisi riil di lapangan. Data ini membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin tidak terlihat dari asesmen hasil belajar saja.

2.3.2 Tujuan dan Pentingnya SLB bagi Perbaikan Sistem

Tujuan utama SLB adalah memberikan informasi yang kaya tentang konteks dan kualitas proses di sekolah. Hasil SLB akan dipetakan bersama hasil AKM dan Survei Karakter untuk menyusun Rapor Pendidikan setiap sekolah. Rapor ini akan menjadi landasan bagi sekolah untuk melakukan refleksi diri dan merancang program perbaikan yang lebih tepat sasaran. Tanpa pemahaman tentang lingkungan belajar, upaya perbaikan hanya akan berfokus pada hasil akhir tanpa menyentuh akar permasalahan.

Bagian 3: Peserta dan Pelaksanaan ANBK

Pelaksanaan ANBK memerlukan koordinasi yang matang antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan pendidikan. Ada beberapa tahapan dan karakteristik khusus yang membedakannya dari asesmen sebelumnya.

3.1 Siapa Saja Peserta ANBK? Jenjang dan Sampel

Tidak seperti UN yang melibatkan semua siswa di jenjang akhir, ANBK menggunakan sistem sampling untuk peserta didik, sementara guru dan kepala sekolah mengikuti asesmen secara penuh.

Sistem sampling pada peserta didik bertujuan agar asesmen tidak membebani semua siswa, tetapi tetap representatif untuk menggambarkan kondisi sekolah secara keseluruhan.

3.2 Mekanisme Pemilihan Sampel Peserta Didik

Pemilihan sampel peserta didik dilakukan secara otomatis oleh sistem Kemendikbudristek. Proses ini bersifat acak dan berkeadilan, memastikan bahwa setiap peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih. Langkah-langkah umumnya adalah:

  1. Sekolah mengunggah data peserta didik (Dapodik/EMIS) ke sistem.
  2. Sistem secara otomatis memilih sejumlah peserta didik sebagai sampel utama dan sejumlah peserta didik cadangan.
  3. Sekolah akan menerima daftar peserta didik yang terpilih dan wajib mengikutsertakan mereka dalam ANBK. Peserta cadangan akan digunakan jika ada peserta utama yang berhalangan hadir.

Mekanisme ini menghilangkan potensi bias dalam pemilihan peserta dan memastikan representativitas data.

3.3 Persiapan Teknis di Sekolah: Sarana, Prasarana, dan SDM

Karena ANBK berbasis komputer, persiapan teknis di sekolah menjadi krusial. Sekolah perlu memastikan ketersediaan:

Bagi sekolah yang belum memiliki sarana prasarana memadai, Kemendikbudristek mendorong skema menumpang (mengikuti ANBK di sekolah lain yang fasilitasnya lebih siap) atau menggunakan moda semi-online (soal diunduh dari server pusat ke server lokal sekolah, kemudian diakses siswa, jawaban diunggah setelah selesai). Hal ini memastikan bahwa tidak ada sekolah yang terhambat partisipasinya karena keterbatasan infrastruktur.

3.4 Simulasi dan Gladi Bersih: Memastikan Kesiapan

Sebelum pelaksanaan utama, sekolah wajib mengikuti serangkaian simulasi dan gladi bersih. Tahapan ini sangat penting untuk:

Simulasi dan gladi bersih adalah bagian integral dari persiapan ANBK, memastikan semua pihak siap menghadapi pelaksanaan sebenarnya.

3.5 Pelaksanaan Utama: Moda Online dan Semi-Online, serta Pengawasan

Pelaksanaan ANBK utama berlangsung dalam beberapa sesi (biasanya 2-3 sesi per hari) untuk mengakomodasi jumlah perangkat dan peserta. Ada dua moda pelaksanaan:

Pengawasan dilakukan secara ketat untuk menjamin integritas data. Proktor bertanggung jawab atas aspek teknis, sementara pengawas memastikan tidak ada kecurangan dan menjaga kondusivitas ruang asesmen.

3.6 Peran Proktor dan Pengawas

Keberhasilan ANBK sangat bergantung pada peran proktor dan pengawas:

Keduanya bekerja sama di bawah koordinasi kepala sekolah sebagai penanggung jawab asesmen di satuan pendidikan.

Bagian 4: Manfaat dan Tujuan Jangka Panjang ANBK

ANBK bukan sekadar program asesmen baru, melainkan sebuah instrumen strategis untuk mencapai tujuan jangka panjang peningkatan kualitas pendidikan nasional. Manfaatnya dirasakan di berbagai tingkatan.

Simbol untuk Manfaat dan Peningkatan Kualitas Pendidikan

4.1 Bukan untuk Kelulusan Individu: Fokus pada Perbaikan Sistem

Penegasan bahwa hasil ANBK tidak menentukan kelulusan individu adalah pilar utama dari filosofi asesmen ini. Dengan menghilangkan tekanan kelulusan, ANBK membebaskan sekolah, guru, dan peserta didik dari mentalitas "mengajar untuk ujian" dan "belajar untuk nilai". Ini memungkinkan mereka untuk fokus pada:

Fokus beralih dari akuntabilitas individu ke akuntabilitas sistem, mendorong kolaborasi untuk perbaikan bersama.

4.2 Peta Mutu Pendidikan Nasional dan Daerah

Data ANBK dikumpulkan dari ribuan sekolah di seluruh Indonesia, menghasilkan peta mutu pendidikan yang sangat detail dan akurat. Peta ini menunjukkan:

Informasi ini menjadi dasar bagi Kemendikbudristek dan Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota untuk membuat kebijakan yang berbasis data, mengalokasikan sumber daya secara efektif, dan merancang program-program intervensi yang tepat sasaran.

4.3 Dasar Perencanaan Program Perbaikan Pembelajaran

Hasil ANBK, yang disajikan dalam Rapor Pendidikan, menjadi alat diagnostik yang ampuh bagi setiap sekolah. Rapor Pendidikan menyajikan informasi yang terstruktur tentang kekuatan dan kelemahan sekolah dalam berbagai aspek yang dinilai ANBK. Dengan rapor ini, sekolah dapat:

Dengan demikian, ANBK mendorong budaya perbaikan berkelanjutan di setiap satuan pendidikan.

4.4 Mendorong Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Berorientasi pada Literasi-Numerasi

Fokus AKM pada literasi membaca dan numerasi mengirimkan sinyal kuat kepada seluruh ekosistem pendidikan: kedua kompetensi ini adalah fondasi yang harus dikuasai oleh setiap peserta didik. Hal ini mendorong guru untuk:

Pergeseran ini diharapkan akan menghasilkan lulusan yang tidak hanya menguasai konten, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir esensial untuk menghadapi tantangan global.

4.5 Meningkatkan Kualitas Guru dan Kepala Sekolah

Keterlibatan guru dan kepala sekolah dalam mengisi Survei Lingkungan Belajar, serta penggunaan Rapor Pendidikan, secara langsung berkontribusi pada peningkatan profesionalisme mereka. Data dari ANBK dapat menjadi bahan refleksi bagi guru untuk memperbaiki metode pengajaran dan bagi kepala sekolah untuk meningkatkan kepemimpinan instruksional serta manajemen sekolah. Program pelatihan dan pengembangan profesional yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek juga dapat lebih terarah berdasarkan data ANBK.

4.6 Mendorong Inovasi Pembelajaran

Dengan tidak adanya tekanan kelulusan individu, ANBK memberikan ruang bagi sekolah dan guru untuk lebih berani berinovasi dalam pembelajaran. Mereka dapat mencoba pendekatan-pendekatan baru, memanfaatkan teknologi secara kreatif, dan menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan lokal tanpa khawatir akan dampak negatif pada hasil ujian. Inovasi ini penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan relevan.

Bagian 5: Tantangan dan Solusi dalam Implementasi ANBK

Meskipun ANBK membawa banyak harapan, implementasinya tentu tidak lepas dari tantangan. Mengidentifikasi dan mencari solusi atas tantangan ini adalah kunci keberhasilan ANBK dalam jangka panjang.

Simbol untuk Tantangan dan Solusi

5.1 Kesenjangan Infrastruktur Digital

Salah satu tantangan terbesar adalah kesenjangan infrastruktur digital antar daerah. Banyak sekolah, terutama di daerah terpencil dan tertinggal, masih belum memiliki akses internet yang stabil, listrik yang memadai, atau perangkat komputer yang cukup untuk menunjang ANBK. Hal ini dapat menghambat partisipasi dan menghasilkan data yang kurang representatif.

5.2 Pemahaman Konsep ANBK di Lapangan

Pergeseran paradigma dari UN ke ANBK masih belum sepenuhnya dipahami oleh semua pihak, mulai dari guru, kepala sekolah, orang tua, hingga masyarakat. Masih ada kekhawatiran bahwa ANBK akan menggantikan UN sebagai penentu kelulusan atau menjadi ajang ranking, padahal tujuan utamanya adalah perbaikan.

5.3 Pelatihan dan Pendampingan untuk Guru dan Kepala Sekolah

Guru dan kepala sekolah membutuhkan pelatihan dan pendampingan yang memadai, tidak hanya dalam aspek teknis pelaksanaan ANBK, tetapi juga dalam interpretasi hasil dan pemanfaatan Rapor Pendidikan untuk perencanaan perbaikan pembelajaran.

5.4 Peran dan Kapasitas Pemerintah Daerah

Keberhasilan implementasi dan pemanfaatan ANBK sangat bergantung pada peran aktif pemerintah daerah (Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota). Kapasitas dan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung sekolah serta menindaklanjuti hasil ANBK bervariasi.

5.5 Peningkatan Literasi Digital bagi Peserta Didik

Meskipun ANBK berbasis komputer, tidak semua peserta didik memiliki tingkat literasi digital yang sama. Beberapa mungkin belum terbiasa menggunakan komputer atau perangkat digital lainnya, yang dapat memengaruhi kinerja mereka dalam asesmen.

Bagian 6: Menjelajah Hasil ANBK dan Pemanfaatannya

Hasil ANBK adalah harta karun informasi yang jika dimanfaatkan dengan tepat, dapat menjadi motor penggerak perbaikan pendidikan. Memahami bagaimana hasil ini disajikan dan bagaimana cara menggunakannya adalah langkah krusial.

Visualisasi data dan analisis hasil ANBK

6.1 Bentuk Laporan Hasil ANBK (Rapor Pendidikan)

Laporan hasil ANBK bagi sekolah dan pemerintah daerah disajikan dalam bentuk Rapor Pendidikan. Rapor ini bukanlah ranking atau peringkat, melainkan profil komprehensif yang menampilkan:

Rapor Pendidikan diakses melalui platform khusus yang disediakan oleh Kemendikbudristek, dan sifatnya terbuka untuk internal sekolah dan dinas pendidikan, sehingga dapat menjadi alat kolaborasi.

6.2 Bagaimana Sekolah Menginterpretasikan Hasil?

Interpretasi hasil ANBK memerlukan pemahaman yang cermat. Sekolah harus melihat Rapor Pendidikan secara holistik, bukan hanya angka-angka terpisah. Langkah-langkah interpretasi yang efektif meliputi:

  1. Pahami Setiap Indikator: Mengerti arti setiap skor dan kategori, serta apa yang diukur di dalamnya.
  2. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan: Mencari area di mana sekolah sudah unggul dan area mana yang memerlukan perhatian lebih.
  3. Cari Keterkaitan Antar Indikator: Misalnya, jika skor literasi rendah, apakah ada kaitannya dengan iklim dukungan pembelajaran yang rendah di SLB? Atau apakah profil karakter siswa menunjukkan kurangnya kemandirian?
  4. Bandingkan dengan Data Lain: Menggabungkan hasil ANBK dengan data internal sekolah (nilai harian, absensi, survei internal) untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap.
  5. Libatkan Semua Pemangku Kepentingan: Diskusi hasil dengan guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan perwakilan orang tua untuk mendapatkan berbagai perspektif.

Interpretasi yang baik akan mengarah pada identifikasi akar masalah yang lebih akurat dan solusi yang lebih tepat.

6.3 Tindak Lanjut Berdasarkan Hasil (Rapor Pendidikan)

Setelah interpretasi, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana tindak lanjut. Rapor Pendidikan dilengkapi dengan rekomendasi otomatis, tetapi sekolah juga perlu menyesuaikannya dengan konteks lokal. Contoh tindak lanjut:

Tindak lanjut harus spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan memiliki batas waktu (SMART).

6.4 Contoh Pemanfaatan Data untuk Perbaikan

Berikut adalah contoh konkret bagaimana data ANBK dapat dimanfaatkan:

Studi Kasus: SD Bintang Cemerlang

Setelah ANBK, SD Bintang Cemerlang mendapatkan Rapor Pendidikan. Hasilnya menunjukkan bahwa skor AKM Numerasi peserta didiknya berada di kategori "Dasar," sementara skor literasi cukup baik di kategori "Cakap". Dari Survei Lingkungan Belajar, terungkap bahwa guru-guru merasa kurang kompeten dalam mengajarkan numerasi secara kontekstual, dan banyak siswa menyatakan matematika adalah pelajaran yang "membosankan" dan "sulit".

Tindak Lanjut SD Bintang Cemerlang:

  1. Rapat Dewan Guru: Kepala sekolah memimpin rapat untuk menganalisis Rapor Pendidikan, khususnya pada aspek numerasi.
  2. Program Pelatihan Guru: Mengadakan in-house training untuk guru-guru tentang "Pembelajaran Numerasi yang Menyenangkan dan Kontekstual," bekerja sama dengan pengawas sekolah dan narasumber ahli.
  3. Modifikasi Kurikulum Lokal: Mengintegrasikan proyek-proyek numerasi dalam kegiatan sehari-hari, seperti "Minggu Belanja Sehat" di mana siswa menghitung anggaran, membandingkan harga, dan menganalisis gizi produk.
  4. Penyediaan Media Pembelajaran: Mengalokasikan dana BOS untuk membeli alat peraga matematika dan software edukasi interaktif.
  5. Monitoring dan Evaluasi: Kepala sekolah dan tim kurikulum secara rutin memonitor implementasi program dan mengevaluasi dampaknya terhadap minat dan pemahaman siswa terhadap numerasi.

Dengan demikian, ANBK tidak berhenti pada pengukuran, tetapi menjadi katalisator perubahan dan perbaikan yang terencana dan berbasis data.

Bagian 7: ANBK sebagai Jantung Transformasi Pendidikan

ANBK adalah lebih dari sekadar asesmen; ia adalah jantung dari upaya transformasi pendidikan Indonesia menuju kualitas yang lebih baik dan relevan di era globalisasi.

7.1 Kaitannya dengan Gerakan Merdeka Belajar

ANBK adalah salah satu pilar utama dalam inisiatif Merdeka Belajar. Gerakan Merdeka Belajar bertujuan untuk memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada satuan pendidikan, guru, dan peserta didik untuk berinovasi dan mengembangkan potensi secara maksimal. ANBK mendukung hal ini dengan:

Melalui ANBK, Merdeka Belajar bukan hanya slogan, tetapi terwujud dalam data dan tindakan nyata di lapangan.

7.2 Peran Orang Tua dan Masyarakat dalam Mendukung ANBK

Keberhasilan ANBK tidak bisa lepas dari dukungan orang tua dan masyarakat. Peran mereka meliputi:

Dukungan kolektif dari seluruh elemen masyarakat akan memperkuat implementasi ANBK dan dampaknya pada pendidikan.

7.3 Masa Depan Asesmen Nasional: Berkelanjutan dan Adaptif

ANBK dirancang sebagai asesmen yang berkelanjutan dan adaptif. Ke depan, Kemendikbudristek akan terus menyempurnakan ANBK berdasarkan masukan dari lapangan dan perkembangan kebutuhan pendidikan. Hal ini mungkin mencakup:

ANBK adalah komitmen jangka panjang untuk terus memantau dan meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, memastikan bahwa setiap anak mendapatkan kesempatan belajar terbaik.

Demikianlah gambaran lengkap mengenai Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Dari pemahaman mendalam tentang komponennya hingga implementasi dan pemanfaatan hasilnya, ANBK adalah langkah maju yang signifikan dalam upaya kita bersama untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih berkualitas, inklusif, dan relevan dengan tantangan abad ke-21. Dengan dukungan dari semua pihak, ANBK akan terus menjadi instrumen vital dalam mewujudkan cita-cita pendidikan nasional yang berpihak pada peserta didik dan berorientasi pada masa depan bangsa.