Agroindustri: Pilar Ekonomi Berkelanjutan Indonesia

Ilustrasi integrasi pertanian dan industri, inti dari agroindustri.

Agroindustri, sebuah konsep yang semakin relevan dalam dinamika ekonomi global, merupakan salah satu pilar utama yang menopang perekonomian banyak negara, termasuk Indonesia. Pada hakikatnya, agroindustri adalah sektor yang mengintegrasikan kegiatan pertanian dengan proses industrialisasi, mengubah hasil-hasil pertanian primer menjadi produk-produk yang memiliki nilai tambah lebih tinggi, baik untuk konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku industri lainnya. Transformasi ini tidak hanya mencakup pengolahan hasil panen, tetapi juga melibatkan seluruh rantai nilai, mulai dari pascapanen, pengemasan, penyimpanan, distribusi, hingga pemasaran produk akhir kepada konsumen.

Di Indonesia, sebagai negara agraris dengan sumber daya alam yang melimpah dan keanekaragaman hayati yang tinggi, potensi pengembangan agroindustri sangatlah besar. Sektor ini memiliki peran strategis dalam mewujudkan ketahanan pangan, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan petani, mengurangi kemiskinan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Namun, pengembangan agroindustri di Indonesia juga dihadapkan pada berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan teknologi, modal, infrastruktur, hingga isu-isu keberlanjutan dan perubahan iklim.

Artikel ini akan mengupas tuntas tentang agroindustri, mulai dari definisi dan ruang lingkupnya, sejarah dan perkembangannya, komponen-komponen utama, jenis-jenisnya, peran dan manfaatnya bagi perekonomian, hingga tantangan dan inovasi yang mendorong masa depannya. Dengan pemahaman yang komprehensif, diharapkan kita dapat melihat bagaimana agroindustri dapat terus berkembang menjadi lokomotif pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia.

Definisi dan Ruang Lingkup Agroindustri

Secara etimologis, "agroindustri" berasal dari dua kata, yaitu "agraris" yang merujuk pada pertanian, dan "industri" yang merujuk pada pengolahan. Dengan demikian, agroindustri dapat diartikan sebagai industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau industri yang menghasilkan produk untuk mendukung pertanian. Namun, dalam konteks modern, definisi ini telah berkembang menjadi lebih luas dan kompleks.

Definisi Komprehensif

Agroindustri tidak hanya sekadar pengolahan produk pertanian. Ini adalah seluruh rangkaian kegiatan yang mengelola bahan baku dari sektor pertanian (termasuk perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan) untuk menghasilkan produk bernilai tambah. Ruang lingkupnya sangat luas, mencakup:

  1. Pengolahan Hasil Pertanian Primer: Mengubah bahan mentah seperti padi menjadi beras, singkong menjadi tapioka, buah menjadi jus atau manisan, susu menjadi keju atau yoghurt, ikan menjadi surimi atau produk olahan beku.
  2. Produksi Input Pertanian: Industri yang menghasilkan pupuk, pestisida, benih unggul, pakan ternak, mesin-mesin pertanian, dan peralatan irigasi yang esensial untuk mendukung produktivitas sektor pertanian.
  3. Layanan Pendukung Agroindustri: Meliputi penelitian dan pengembangan (R&D) bioteknologi pertanian, jasa konsultasi pertanian, sertifikasi produk, logistik dan transportasi hasil pertanian, serta teknologi informasi untuk manajemen rantai pasok.
  4. Pengelolaan Limbah dan Produk Samping: Pemanfaatan limbah pertanian (misalnya sekam padi, ampas tebu, kulit buah) menjadi energi biomassa, kompos, atau bahan baku industri lainnya, yang sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular.

Esensi dari agroindustri adalah menciptakan sinergi antara sektor hulu (produksi bahan baku pertanian) dan sektor hilir (pengolahan dan pemasaran), sehingga terjadi peningkatan efisiensi, produktivitas, dan daya saing produk di pasar.

Ruang Lingkup Kegiatan

Agroindustri mencakup berbagai kegiatan yang terintegrasi dalam suatu sistem yang saling terkait:

Dengan demikian, agroindustri tidak hanya berfokus pada aspek teknis pengolahan, tetapi juga pada aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan yang lebih luas, menjadikannya sektor yang kompleks dan multidimensional.

Sejarah dan Perkembangan Agroindustri di Indonesia

Perjalanan agroindustri di Indonesia memiliki akar yang panjang, seiring dengan sejarah pertanian itu sendiri. Sejak zaman kolonial, Indonesia telah dikenal sebagai produsen komoditas pertanian yang penting, seperti rempah-rempah, kopi, teh, karet, dan kelapa sawit. Namun, pada masa itu, pengolahan hasil pertanian umumnya masih bersifat sangat dasar, dilakukan untuk tujuan ekspor bahan mentah atau semi-olahan.

Masa Awal dan Pra-Kemerdekaan

Pada masa kolonial Belanda, perkebunan-perkebunan besar didirikan untuk menghasilkan komoditas ekspor. Pengolahan yang terjadi lebih banyak berorientasi pada peningkatan efisiensi pengiriman dan kualitas dasar, seperti pengeringan kopi, pengolahan teh hitam, atau produksi gula dari tebu. Industri gula, misalnya, berkembang pesat dengan teknologi pengolahan yang cukup maju pada zamannya, namun keuntungan utamanya dinikmati oleh pihak kolonial.

Era Orde Baru dan Pembangunan Ekonomi

Titik balik penting bagi pengembangan agroindustri di Indonesia terjadi pada era Orde Baru, khususnya dengan dimulainya program-program pembangunan ekonomi yang berorientasi pada industrialisasi. Pemerintah menyadari pentingnya mengolah hasil pertanian di dalam negeri untuk menciptakan nilai tambah, mengurangi ketergantungan pada impor, dan meningkatkan devisa negara.

Era Reformasi dan Globalisasi

Pasca-Orde Baru, tantangan dan peluang agroindustri semakin berkembang. Liberalisasi ekonomi dan globalisasi pasar membuka akses lebih luas bagi produk Indonesia, tetapi juga meningkatkan persaingan. Fokus mulai bergeser ke:

Saat ini, agroindustri di Indonesia terus beradaptasi dengan tren global, seperti permintaan akan produk organik, makanan fungsional, dan produk yang diproduksi secara etis dan berkelanjutan. Sektor ini tetap menjadi tulang punggung perekonomian, dengan potensi yang belum sepenuhnya tergali.

Komponen Utama dalam Sistem Agroindustri

Sistem agroindustri adalah ekosistem yang kompleks, melibatkan berbagai komponen yang saling terkait dan mendukung. Pemahaman yang mendalam tentang komponen-komponen ini sangat penting untuk mengoptimalkan kinerja dan keberlanjutan agroindustri.

1. Sektor Hulu (Input Pertanian)

Ini adalah fondasi dari seluruh sistem agroindustri. Tanpa input yang berkualitas dan memadai, proses pengolahan hilir tidak akan optimal. Komponen ini meliputi:

2. Proses Pengolahan (Industri Hilir)

Ini adalah inti dari agroindustri, di mana bahan baku diubah menjadi produk bernilai tambah. Komponen ini melibatkan:

3. Pemasaran dan Distribusi

Setelah diolah, produk harus sampai ke tangan konsumen dengan efisien. Komponen ini meliputi:

4. Infrastruktur Pendukung

Keberhasilan agroindustri sangat bergantung pada infrastruktur yang memadai:

5. Kebijakan dan Regulasi Pemerintah

Pemerintah memainkan peran krusial dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan agroindustri:

Integrasi dan harmonisasi seluruh komponen ini adalah kunci untuk membangun sistem agroindustri yang tangguh, efisien, dan berkelanjutan.

Jenis-jenis Agroindustri Berdasarkan Bahan Baku

Agroindustri memiliki cakupan yang sangat luas, dan pengelompokan berdasarkan jenis bahan baku adalah cara umum untuk memahami keragamannya. Setiap jenis memiliki karakteristik, teknologi pengolahan, dan tantangan yang unik.

1. Agroindustri Berbasis Tanaman Pangan

Ini adalah sektor yang mengolah komoditas pangan pokok. Contohnya:

2. Agroindustri Berbasis Hortikultura

Fokus pada buah-buahan, sayuran, dan tanaman hias. Produknya seringkali rentan rusak, sehingga pengolahan sangat vital.

3. Agroindustri Berbasis Perkebunan

Mengolah hasil dari komoditas perkebunan yang seringkali memiliki nilai ekonomi tinggi.

4. Agroindustri Berbasis Peternakan

Fokus pada produk hewani dan turunannya.

5. Agroindustri Berbasis Perikanan

Mengolah hasil perairan, baik dari laut maupun budidaya air tawar.

6. Agroindustri Berbasis Kehutanan

Mengolah hasil hutan, baik kayu maupun non-kayu.

7. Agroindustri Berbasis Bioenergi

Meningkatnya kebutuhan energi mendorong pengembangan agroindustri yang menghasilkan bahan bakar nabati.

Keberagaman jenis agroindustri ini menunjukkan potensi besar Indonesia untuk mengembangkan sektor ini lebih lanjut, dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya secara optimal dan berkelanjutan.

Peran dan Manfaat Agroindustri bagi Perekonomian Nasional

Agroindustri adalah sektor yang memiliki dampak multifaset pada perekonomian suatu negara. Di Indonesia, peran dan manfaatnya sangat signifikan, mencakup berbagai aspek dari hulu hingga hilir, dan berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan nasional.

1. Peningkatan Nilai Tambah Produk Pertanian

Ini adalah manfaat paling fundamental dari agroindustri. Dengan mengolah bahan baku mentah, nilai jual produk dapat meningkat berkali-kali lipat. Misalnya, harga singkong mentah jauh lebih rendah dibandingkan dengan tepung tapioka, Mocaf, atau bioetanol yang dihasilkan darinya. Pengolahan mengubah komoditas menjadi produk yang lebih stabil, mudah diangkut, dan memiliki umur simpan lebih lama, sehingga lebih menarik bagi konsumen dan pasar. Peningkatan nilai tambah ini tidak hanya dinikmati oleh pelaku industri, tetapi juga dapat berdampak positif pada pendapatan petani jika ada integrasi rantai pasok yang baik.

2. Penciptaan Lapangan Kerja

Sektor agroindustri padat karya, baik di tingkat pertanian (budidaya, panen), pengolahan (pabrik), maupun distribusi dan pemasaran. Pembangunan pabrik-pabrik pengolahan di pedesaan dapat menyerap tenaga kerja lokal, mengurangi urbanisasi, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah tersebut. Dari tenaga kerja terampil hingga non-terampil, agroindustri menyediakan beragam jenis pekerjaan.

3. Peningkatan Pendapatan Petani dan Kesejahteraan Pedesaan

Agroindustri menciptakan permintaan yang stabil untuk hasil pertanian, sehingga memberikan kepastian pasar bagi petani. Selain itu, dengan adanya pengolahan, petani bisa mendapatkan harga yang lebih baik untuk produk mereka atau bahkan terlibat langsung dalam proses pengolahan skala kecil. Hal ini mendorong diversifikasi usaha petani dan meningkatkan pendapatan mereka, yang pada gilirannya akan memperbaiki kesejahteraan masyarakat pedesaan.

4. Diversifikasi Ekonomi dan Pengurangan Ketergantungan

Dengan mengembangkan berbagai jenis agroindustri, perekonomian negara tidak lagi terlalu bergantung pada satu atau dua komoditas primer. Diversifikasi ini mengurangi risiko gejolak harga komoditas global. Agroindustri juga mengurangi ketergantungan pada impor produk olahan, sehingga menghemat devisa negara.

5. Peningkatan Ketahanan Pangan Nasional

Agroindustri berperan penting dalam memastikan ketersediaan pangan yang cukup, aman, dan bergizi. Dengan mengolah dan menyimpan produk pertanian, risiko kelangkaan pangan akibat musim panen atau masalah distribusi dapat diminimalisir. Teknologi pengolahan juga memungkinkan diversifikasi produk pangan, menyediakan pilihan gizi yang lebih luas bagi masyarakat.

6. Peningkatan Daya Saing Ekspor dan Devisa Negara

Produk olahan agroindustri memiliki nilai jual yang lebih tinggi di pasar internasional dibandingkan bahan mentah. Dengan meningkatkan kualitas dan standar produk, Indonesia dapat bersaing di pasar global dan meningkatkan volume ekspor. Peningkatan ekspor berarti peningkatan devisa negara, yang penting untuk stabilitas ekonomi makro.

7. Pendorong Inovasi dan Pengembangan Teknologi

Untuk tetap kompetitif, agroindustri terus mendorong inovasi dalam proses pengolahan, pengembangan produk baru, dan efisiensi rantai pasok. Hal ini memacu penelitian dan pengembangan di bidang pertanian, pangan, bioteknologi, dan rekayasa. Kebutuhan akan teknologi modern juga membuka peluang bagi industri manufaktur mesin pertanian dan pengolahan.

8. Pemanfaatan Sumber Daya Alam Secara Optimal dan Berkelanjutan

Melalui agroindustri, limbah pertanian dan produk sampingan dapat diolah menjadi produk bernilai tambah, misalnya biomassa menjadi energi, ampas tebu menjadi pupuk, atau kulit buah menjadi pakan ternak. Ini mengurangi limbah, mendukung prinsip ekonomi sirkular, dan mendorong pemanfaatan sumber daya alam secara lebih efisien dan berkelanjutan.

9. Pengembangan Infrastruktur dan Wilayah

Pembangunan pusat-pusat agroindustri seringkali diikuti dengan pembangunan infrastruktur pendukung seperti jalan, listrik, air bersih, dan fasilitas logistik. Hal ini mendorong pengembangan wilayah, khususnya di daerah pedesaan atau daerah terpencil yang memiliki potensi pertanian besar.

Secara keseluruhan, agroindustri bukan hanya sekadar industri pengolahan, melainkan motor penggerak pembangunan yang holistik, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, dan membangun fondasi ekonomi yang lebih kuat dan tangguh bagi Indonesia.

Tantangan dalam Pengembangan Agroindustri di Indonesia

Meskipun memiliki potensi besar dan peran strategis, pengembangan agroindustri di Indonesia tidak lepas dari berbagai tantangan. Tantangan-tantangan ini bersifat kompleks, multidimensional, dan memerlukan solusi yang komprehensif dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, akademisi, maupun masyarakat.

1. Keterbatasan Modal dan Akses Pembiayaan

2. Rendahnya Kualitas dan Kontinuitas Bahan Baku

3. Keterbatasan Teknologi dan Inovasi

4. Sumber Daya Manusia yang Belum Optimal

5. Infrastruktur dan Logistik yang Belum Memadai

6. Peraturan dan Kebijakan yang Kurang Sinkron

7. Perubahan Iklim dan Keberlanjutan Lingkungan

8. Persaingan Pasar Global dan Domestik

Menghadapi tantangan-tantangan ini memerlukan kolaborasi lintas sektor dan komitmen kuat untuk menciptakan ekosistem agroindustri yang kuat, berdaya saing, dan berkelanjutan.

Inovasi dan Teknologi dalam Mendukung Agroindustri Modern

Di era Revolusi Industri 4.0, inovasi dan adopsi teknologi menjadi kunci fundamental untuk mengatasi tantangan dan memaksimalkan potensi agroindustri. Teknologi tidak hanya meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi juga membuka peluang baru untuk pengembangan produk dan pasar.

1. Pertanian Presisi (Precision Agriculture)

Pendekatan ini menggunakan teknologi untuk mengelola pertanian secara lebih tepat dan efisien. Tujuannya adalah mengoptimalkan hasil panen sambil meminimalkan penggunaan sumber daya.

2. Bioteknologi Pertanian

Penerapan ilmu biologi untuk mengembangkan tanaman dan hewan yang lebih unggul.

3. Nanoteknologi dalam Pangan dan Pertanian

Penggunaan material pada skala nanometer untuk inovasi produk dan proses.

4. Teknologi Pengolahan Pangan Lanjutan

Inovasi dalam metode pengolahan untuk meningkatkan kualitas, keamanan, dan umur simpan produk.

5. Digitalisasi dan Manajemen Rantai Pasok

Pemanfaatan teknologi informasi untuk meningkatkan efisiensi seluruh rantai pasok.

6. Ekonomi Sirkular dan Pemanfaatan Limbah

Teknologi untuk mengubah limbah menjadi sumber daya bernilai.

Adopsi inovasi dan teknologi ini bukan hanya pilihan, melainkan keharusan bagi agroindustri Indonesia untuk tetap relevan, kompetitif, dan berkelanjutan di masa depan.

Agroindustri Berkelanjutan: Konsep dan Implementasi

Konsep keberlanjutan telah menjadi imperatif global dalam berbagai sektor, termasuk agroindustri. Agroindustri berkelanjutan berarti sistem yang menghasilkan produk pertanian olahan secara efisien, menguntungkan secara ekonomi, adil secara sosial, dan bertanggung jawab secara lingkungan. Ini adalah pendekatan holistik yang mempertimbangkan dampak jangka panjang dari setiap tahapan produksi.

Prinsip-prinsip Utama Agroindustri Berkelanjutan

  1. Efisiensi Sumber Daya: Mengoptimalkan penggunaan air, energi, dan bahan baku, serta meminimalkan limbah.
  2. Perlindungan Lingkungan: Mengurangi jejak karbon, mencegah pencemaran tanah dan air, melestarikan keanekaragaman hayati, dan meminimalkan dampak negatif terhadap ekosistem.
  3. Tanggung Jawab Sosial: Memastikan praktik kerja yang adil, menghormati hak asasi manusia, mendukung kesejahteraan komunitas lokal, dan berkontribusi pada pembangunan pedesaan.
  4. Kelayakan Ekonomi: Memastikan profitabilitas jangka panjang bagi semua pemangku kepentingan dalam rantai nilai, dari petani hingga konsumen.
  5. Good Governance: Transparansi, akuntabilitas, dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.

Implementasi Agroindustri Berkelanjutan

1. Pengelolaan Bahan Baku yang Berkelanjutan

2. Efisiensi Proses dan Energi

3. Pengelolaan Limbah dan Ekonomi Sirkular

Prinsip utama adalah "reduce, reuse, recycle, recover" (mengurangi, menggunakan kembali, mendaur ulang, memulihkan).

4. Tanggung Jawab Sosial dan Tata Kelola

Agroindustri berkelanjutan bukan hanya sebuah tren, melainkan sebuah keharusan untuk memastikan kelangsungan hidup planet dan kesejahteraan generasi mendatang. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip ini, agroindustri dapat menjadi kekuatan positif dalam pembangunan ekonomi yang bertanggung jawab.

Prospek dan Masa Depan Agroindustri di Indonesia

Agroindustri di Indonesia berdiri di persimpangan jalan menuju masa depan yang penuh potensi dan tantangan. Dengan populasi yang terus bertumbuh, permintaan akan pangan dan produk olahan pertanian akan semakin meningkat. Bersamaan dengan itu, kesadaran akan keberlanjutan, efisiensi, dan inovasi teknologi akan membentuk lanskap agroindustri di tahun-tahun mendatang.

1. Peningkatan Permintaan Pasar dan Potensi Ekspor

2. Peran Sentral dalam Ketahanan Pangan dan Gizi

Agroindustri akan terus menjadi tulang punggung dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Melalui pengolahan, diversifikasi produk pangan, dan perpanjangan umur simpan, agroindustri memastikan ketersediaan pangan yang stabil. Selain itu, pengembangan produk pangan bergizi (fortifikasi, pangan fungsional) akan berkontribusi pada peningkatan status gizi masyarakat.

3. Transformasi Melalui Digitalisasi dan Industri 4.0

Adopsi teknologi Revolusi Industri 4.0 akan semakin intensif di sektor agroindustri. Pertanian presisi, otomasi pabrik, kecerdasan buatan (AI) untuk analisis data, dan blockchain untuk ketertelusuran akan menjadi standar baru. Ini akan meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan meningkatkan kualitas produk secara signifikan.

4. Fokus pada Keberlanjutan dan Ekonomi Sirkular

Tekanan dari konsumen, pemerintah, dan lembaga internasional akan mendorong agroindustri untuk semakin mengadopsi praktik berkelanjutan. Pengelolaan limbah yang inovatif, penggunaan energi terbarukan, dan sertifikasi lingkungan akan menjadi norma. Konsep ekonomi sirkular, di mana limbah dianggap sebagai sumber daya, akan menjadi model bisnis yang dominan, menciptakan nilai dari setiap bagian rantai pasok.

5. Pengembangan Produk Bernilai Tinggi dan Inovatif

6. Kemitraan dan Kolaborasi yang Kuat

Masa depan agroindustri akan ditandai dengan kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, sektor swasta (besar dan UMKM), akademisi, dan petani. Kemitraan ini penting untuk berbagi pengetahuan, teknologi, modal, dan akses pasar, serta untuk mengatasi tantangan bersama.

7. Pengembangan Sumber Daya Manusia Unggul

Kebutuhan akan SDM yang terampil dan berpengetahuan luas di bidang pertanian modern, teknologi pengolahan, manajemen rantai pasok digital, dan keberlanjutan akan semakin meningkat. Investasi dalam pendidikan vokasi dan pelatihan profesional akan menjadi kunci untuk mengisi kesenjangan keterampilan ini.

8. Pembangunan Kawasan Industri Pertanian Terpadu

Pemerintah dapat memfasilitasi pembangunan kawasan agroindustri terpadu (agro-industrial park) yang dilengkapi dengan infrastruktur lengkap, fasilitas pengolahan, pusat penelitian, dan akses ke pelabuhan atau pasar, untuk menarik investasi dan mengoptimalkan produksi.

Dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, mengadopsi teknologi modern, berpegang pada prinsip keberlanjutan, dan membangun kolaborasi yang kuat, agroindustri Indonesia memiliki prospek cerah untuk menjadi kekuatan ekonomi yang dominan dan berkelanjutan di kancah global.

Kesimpulan

Agroindustri merupakan sektor vital yang mengintegrasikan pertanian dengan industrialisasi, mengubah bahan baku primer menjadi produk bernilai tambah tinggi. Di Indonesia, negara agraris dengan sumber daya melimpah, agroindustri memegang peran krusial sebagai pilar ekonomi yang menopang ketahanan pangan, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan petani, mendiversifikasi ekonomi, dan mendorong ekspor.

Perjalanan agroindustri di Indonesia telah berkembang dari pengolahan dasar menjadi sistem yang lebih kompleks, ditopang oleh komponen hulu (input pertanian), hilir (pengolahan, pemasaran), serta infrastruktur dan kebijakan pendukung. Keragaman jenis agroindustri, mulai dari berbasis tanaman pangan hingga bioenergi, mencerminkan kekayaan potensi yang dimiliki.

Meskipun demikian, sektor ini dihadapkan pada sejumlah tantangan, termasuk keterbatasan modal, masalah kualitas dan kontinuitas bahan baku, rendahnya adopsi teknologi, keterbatasan SDM, infrastruktur yang belum memadai, regulasi yang kompleks, serta isu keberlanjutan dan persaingan global. Namun, tantangan ini sekaligus menjadi pendorong bagi inovasi dan adopsi teknologi modern, seperti pertanian presisi, bioteknologi, nanoteknologi, digitalisasi rantai pasok, dan prinsip ekonomi sirkular.

Masa depan agroindustri di Indonesia sangat menjanjikan, dengan proyeksi peningkatan permintaan pasar, potensi ekspor yang kuat, dan peran sentral dalam ketahanan pangan dan gizi. Transformasi melalui digitalisasi, fokus pada keberlanjutan, pengembangan produk inovatif, serta penguatan kemitraan dan SDM akan menjadi kunci untuk mewujudkan potensi ini. Dengan strategi yang tepat dan komitmen bersama, agroindustri dapat terus tumbuh sebagai kekuatan pendorong pembangunan ekonomi yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan bagi Indonesia.